Ikat Kepala dan Mahkota Kepala Perhiasan Masyarakat Alor yang Eksentrik
Ikat Kepala dan Mahkota KepalaPerhiasan Masyarakat Alor yang Eksentrik
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: maria anitoda
POS-KUPANG.COM | KUPANG -
Masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) terbentuk dari berbagai macam budaya daerah masing - masing yang menjadi ciri khas.
Salah satunya adalah aksesori yang biasanya dipakai dalam acara - acara adat dan keagamaan. Namun saat ini, pernak - pernik perhiasan tersebut bisa dipakai dalam kegiatan apapun.
Baca juga: Pangdam Jaya Bikin FPI dan Pendukung Rizieq Shihab Panas Dingin, Dudung Tak Takut Jabatannya Dicopot
Baca juga: Ketua Fosmab Dan Badan Pengurus Periode 2020/2021 Dilantik, Ini Pesan Dewan Penasehat
Baca juga: FORUM Satu Bangsa Usulkan Dialog Nasional Sikapi Polemik Habib Rizieq Shihab, Situasi Politik Panas
Bagi masyarakat Kabupaten Alor, perhiasan kepala untuk laki - laki dan perempuan dikenal eksentrik.

Untuk perempuan, perlengkapan yang biasa dipakai adalah ikat kepala, yang berbentuk huruf V Dan terbuat dari muti berwarna merah, putih dan hitam.
Pembuat perlengkapan aksesori budaya Alor Pria dan Wanita di Kota Kupang, Lewi Tangwal mengakui, dengan usahanya yang bernama Pondok Kreatif Margeta, dia membuat aksesori dengan tujuan membantu pariwisata NTT.
Usahanya yang bertempat di RT 011/ RW 004, Kelurahan Maulafa, Kecamatan Maulafa L, Kota Kupang ini seringkali dipesan bukan hanya oleh orang Kupang tetapi juga dari Bandung, Surabaya, Mataram, Kalimantan sampai ke negara tetangga, Malaysia.

Aksesori khas Kabupaten Alor ini dipelajari Lewi secara otodidak karena menurut dia, anak - anak muda harus mengenal dan mencintai budaya daerah masing - masing, termasuk perlengkapan aksesori khas daerah.
Perhiasan wanita Alor seperti ikat kepala, kata Lewi, sulit untuk mengetahui namanya dalam bahasa Alor karena Kabupaten Alor memiliki bahasa yang sangat banyak dibanding Kabupaten lain.

"Kalo nama dalam bahasa Alor sangat sulit karena jarang orang omong dan hanya dikenal dengan nama aksesori perlengkapan budaya Alor" ujarnya pada Jumat (20/11/2020).
Untuk melengkapi penampilan dengan perhiasan khas Alor, selain ikat kepala, para wanita juga menambah dengan anting, kalung, gelang dan ikat pinggang. Disamping itu ada juga perhiasan untuk kedua lengan.

Sementara untuk laki - laki, perhiasannya berupa mahkota kepala, dasi, perhiasan lengan kiri dan kanan ditambah ikat pinggang.
Bahan - bahan yang dibutuhkan untuk perhiasan perempuan adalah sorti benang, muti hitam, merah dan putih serta pembatas. Sementara untuk perhiasan laki - laki, kain merah, karpet, lem lilin, muti dan juga bulu unggas.

Selain membuat perhiasan khas Alor untuk dijual, Lewi juga menyewakan aksesorinya. Dia juga membantu memberikan pelatihan sehingga menambah wawasan bagi pelajar maupun mahasiswa serta pelaku UMKM dibidang pembuatan aksesori serta bidang kreatif lainnya.
Lewi mengungkapkan rasa terimakasihnya kepada Dekranasda Provinsi NTT, Irjen Pol. Drs Johanis Asadom S.I.K.,M. Hum, serta semua yang mendukungnya.
Dia juga meminta bantuan karena membutuhkan modal dan tempat usaha karena permintaan aksesori terlalu banyak sementara modal dan tempat usahanya masih belum memadai.
Dia berharap selalu ada anak muda yang bergelut dibidang perlengkapan aksesori budaya sehingga jangan sampai hilang atau punah.(cr4)