Pangdam Jaya Bikin FPI dan Pendukung Rizieq Shihab Panas Dingin, Dudung Tak Takut Jabatannya Dicopot
Pangdam Jaya, Mayjen TNI Dudung Abdurachman, menyatakan tak takut jabatannya dicopot terkait langkah tegasnya menangani polemik Habib Rizieq Shihab.
Pangdam Jaya Bikin FPI dan Pendukung Rizieq Shihab Panas Dingin, Dudung Tak Takut Jabatannya Dicopot
POS KUPANG.COM -- Perintah Pangdam Jaya, Mayjen Dudung Abdurachman untuk menurunkan semua baliho Rizieq Shihab sedikit membuat geram para pendukung pemimpin Front Pembela Islam atau FPI
Apalagi pria berpangkat bintang dua di lingkungan TNI AD itu pun berani melontarkan kalimat bernada anjuran agar ormas FPI dibubarkan bila tak mengikuti aturan yang berlaku di negara ini
Dia Pangdam Jaya, Mayjen TNI Dudung Abdurachman, menyatakan tak takut jabatannya dicopot terkait langkah tegasnya menangani polemik Habib Rizieq Shihab.
Dudung mengatakan, dirinya dulu adalah tukang koran. Ketika bisa menjadi Pangdam jaya, menurutnya sudah sangat bersyukur.
"Dulunya (saya) tukang koran. Jadi kalau saya jadi Pangdam (sudah) bersyukur banget dan Bapak saya cuma PNS . Jadi misalnya dicopot gara-gara ini, copot lah, saya nggak pernah takut, benar saya nggak takut," jelasnya di Makodam Jaya, Senin 23 November 2020.
Baca juga: Barbie Kumalasari Habiskan Rp 8 Miliar untuk Permak Tubuh dan Wajah, Begini Rupanya Tanpa Makeup
Baca juga: Dul Jaelani Hengkang dari Rumah Ahmad Dhani, Tak Tahan dengan Anak-anak Mulan Jameela
Baca juga: Derita Veronica Tan Berlanjut, Ahok yang Tak Kuuat Makan Ati Putuskan Kontak dengan Mantan Istri
Baca juga: Artis Wulan Guritno Bongkar Rahasia Turun-temurun Keluarga Agar Selalu Sehat
Saat ini, nama Dudung ramai diperbincangakan lantaran pencopotan baliho HRS yang menimbulkan pro kontra.
Meski begitu, ia mengatakan tak pernah takut bila hal tersebut justru berdampak pada jabatannya saat ini sebagai Pangdam.
Kehidupan sewaktu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Bandung yang dijalani sebagai loper koran, membuatnya tak takut bila sewaktu-waktu ia harus kehilangan jabatannya.
Pasalnya, ia sudah terbiasa menjalani hidup secara sederhana hingga harus memilih masuk sekolah siang demi berjualan koran di pagi harinya.

"Sepeninggalan bapak itu bisa jualan pasar keliling warung-warung ke Kodam, ke kantin. Pas ke sekolah SMA kelas X harusnya saya masuk SMA yang pagi, saya bilang ke ibu saya kalau bisa masuknya siang karena saya mengatakan ingin jadi loper koran. Jadi dapatnya siang,"
"Nah jadi kita masuk siang, tapi pagi dari pukul 04.00 WIB sudah berangkat yang beli koran sampai pukul 08.00 WIB," katanya.
"Ada 270 buah koran, ada majalah dan segala macam. Nah setelah itu antar lagi makanan ke Kodam, ke warung-warung dan habis itu biasa nyari kayu bakar. Sebab cara masak apa kayu bakar," jelasnya.
Menurutnya, langkah tegasnya ini sudah sesuai dengan aturan yang ada.
Pihaknya hanya membantu pemerintah daerah untuk melakukan pencopotan terhadap spanduk, poster hingga baliho yang ilegal.