Manggarai Masih Bebas ASF, 281 Ekor Babi Mati Diduga Streptococcus dan Penyakit Lainya
untuk di Kabupaten Manggarai belum ada ternak babi yang diserang ASF artinya Kabupaten Manggarai masih bebas dari penyakit ASF.
Penulis: Robert Ropo | Editor: Rosalina Woso

Manggarai Masih Bebas ASF, 281 Ekor Babi Mati Diduga Streptococcus dan Penyakit Lainya
POS-KUPANG.COM | RUTENG---Sampai dengan saat ini ternak babi milik masyarakat petani ternak di Kabupaten Manggarai belum diserang virus African Swine Fever (ASF).
Kepala Dinas Perternakan Kabupaten Manggarai, Ir Dan Konstantinus menyampaikan itu kepada POS-KUPANG.COM, Kamis (19/11/2020).
Kadis Konstantinus didampingi Kabid Keswan dan Kesmasfet Dinas Peternakan Kabupaten Manggarai, Drh Imelda Bai mengatakan, serangan ASF kepada ternak babi di NTT pertama terjadi di daratan Timor kemudian menyebar ke Flores, namun untuk di Kabupaten Manggarai belum ada ternak babi yang diserang ASF artinya Kabupaten Manggarai masih bebas dari penyakit ASF.
"harapan saya dan harapan kita bersama supaya ASF ini jangan menyerang ternak babi di Manggarai,"ungkap Kadis Konstantinus.
Meskipun belum diserang ASF, Kata Kadis Konstantinus, dalam rangka mencegah penularan ASF untuk ternak babi di Manggarai, pihaknya sudah mengambil sejumlah langka dimana sesuai instruksi gunernur yang diturunkan melalui instruksi bupati Manggarai untuk pelarangan sementara pemasukan dan pengeluaran ternak babi ke Kabupaten Manggarai.
Selain itu, terkait instruksi ini juga pihaknya juga telah melakukan pengumuman-pengumuman baik di mimbar gereja dan juga telah dibuatkan surat pengumuman resmi untuk diumumkan sampai pada tingkat kecamatan maupun desa tentang pelarangan-pelarangan ini.
Dalam rangka pencegahan ASF ini juga, kata Kadis Konstantinus, pihaknya menyemperotkan disinfektan di kandang-kandang ternak babi milik petani peternak. Dengan jumlah kandang babi yang sudah dilakukan disinfektan sebanyak 613 kadang dan sampai dengan saat ini masih dilakukan penyemprotan disinfektan.
Dikatakan Kadis Konstantinus, terkait ada kematian sejumlah ternak babi, pihaknya juga melakukan investigasi untuk mengetahui faktor penyebab kematian babi itu. Terkait dengan kematian babi dengan gejala klinis diduga karena diserang bakteri streptococcus bukan ASF.
"kami juga sudah melakukan penanganan terkait 1.116 ekor babi yang sakit dengan melakukan pengobatan dan itu sembuh. Kalau ASF maka jika babi dalam satu kandang 10 ekor, kalau 1 ekor kena Penyakit maka semua akan kena, tapi ini tidak satu kena yang lain tidak meskipun dalam satu kandang, makanya dugaan kami bahwa bukan ASF tetapi karena diduga karena diserang bakteri Streptococcus,"ungkap Kadis Konstantinus.
Namun untuk memastikan penyebab kematian babi itu apakah terkena ASF atau bakteri streptococcus ataupun kematian karena penyakit lainya, Kata Kadis Konstantinus, pihaknya mengirimkan sampel yang diambil dari organ babi yang mati ke Balai Besar Veteriner Denpasar untuk dilakukan uji laboratorium dan saat ini pihaknya masih menunggu hasil tersebut.
"sebelum isu ASF ini pada bulan Agustus lalu ada tim Balai Besar Veteriner Denpasar melakukan kegiatan surveilanse di kabupaten Manggarai dengan pengambilan sampel darah babi sebanyak 50 sampel untuk pengujian ASF dan hog cholera,"ungkap Kadis Konstantinus.
Lanjutannya bahwa dari hasil uji laboratorium di Balai Besar Veteriner itu, Kabupaten Manggarai negatif terhadap penyakit ASF dan hog cholera.
Baca juga: Sulit Dapat Data Teknis Dari Perangkat Daerah di NTT
Baca juga: Ini Fokus APBD 2021 Kabupaten Lembata
Drh Imelda Bai juga menambahkan, data kasus kematian ternak babi dari bulan Januari- Oktober 2020 dari 12 Kecamatan yang ada berjumlah 281 ekor babi mati. Dari 281 ekor babi, 120 kasus diantaranya disebabkan oleh infeksi bakteri streptococus dan berbagai penyakit lain seperti helmintiasis, tetanus dan collibacilosis. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Robert Ropo)