Berita Regional
Politani Negeri Kupang Memproduksi Benih Kacang Merah dan Kedelain Melalui Kegiatan PPUPIK
pengembangan kedua komoditas tersebut tentunya membutuhkan benih yang tepat mutu, jumlah, tempat, waktu, dan harga. De
POS KUPANG.COM--- Program Pengembangan Usaha Produk Intelektual Kampus (PPUPIK) produksi benih kacang merah dan kedelai di dataran rendah Politeknik Pertanian Negeri Kupang telah dilakukan selama 3 tahun (2018 – 2020) berlokasi di kebun Baumata dan kebun kampus. Tahun 2020 diprediksi produksi benih kacang merah dan kedelai yang dihasilkan mengalami peningkatan 50%.
Yosefina Lewar, SP.,MP dosen Politeknik Pertanian Negeri Kupang selaku ketua tim pelaksana program ini mengatakan bahwa pasca kegiatan PPUPIK diharapkan politani akan menjadi salah satu sentra produksi benih kacang merah dan kedelai bermutu di dataran rendah yang bersifat komersil dan tersedia secara kontinyu.
Menurut Yosefina bahwa tanaman kacang merah merupakan jenis hortikultura sayuran biji yang memiliki kandungan protein tinggi.
Salah satu varietas nasional kacang merah yang berasal dari Nusa Tenggara Timur adalah Varietas Inerie yang dibudidayakan di dataran tinggi. Daerah NTT lebih didominasi oleh dataran rendah dengan kondisi agroklimat lahan kering.
Terbatasnya dataran tinggi yang ada, maka pengembangan tanaman kacang merah di dataran rendah perlu dilakukan. Namun, pada pengembangannya terkendala dengan ketinggian tempat yang sesuai dengan pertumbuhan kacang merah.
Perbedaan ketinggian tempat akan berpengaruh terhadap perbedaan iklim terutama iklim mikro (suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya). Oleh karena itu diperlukan teknologi yang dapat memodifikasi iklim mikro tersebut.
Teknologi sederhana yang telah dihasilkan dari beberapa penelitiannya bersama Ir. Ali Hasan, MSi menunjukan bahwa kacang merah Varietas Inerie dapat dikembangkan di dataran rendah. Lebih lanjut dikatakan bahwa di dataran rendah tanaman tersebut mempunyai potensi hasil mencapai 0,9 - 1,0 ton/ha, ukuran biji sedang 0,4 – 0,5 g/butir, kadar protein 20,8%, kadar lemak benih 0,88%, dan karbohidrat 58,30 – 61,55%. Potensi tersebut hampir menyamai potensi di dataran tinggi (Golewa – Ngada).
Kedelai juga merupakan komoditas penting sebagai sumber protein, bahan baku berbagai industri pangan dan bahan pakan ternak. Beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya permintaan kedelai di dalam negeri adalah meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap gizi dan protein, makin mahalnya harga lauk pauk yang berasal dari hewani, meluasnya penggunaan dan ekspor kecap, serta beralihnya industri pengolahan kedelai dari industri rumah tangga menjadi industri sedang hingga besar.
Hal senada dikatakan oleh Haryati Sengaji salah satu anggota tim PPUPIK. Peningkatan produktivitas kedelai sangat dibutuhkan, khusus untuk Nusa Tenggara Timur kebutuhan kedelai cukup tinggi untuk industri pengolahan tempe dan tahu. Rata-rata industri tempe dan tahu di NTT masih mengimpor kedelai dari luar NTT sebagai bahan bakunya. Diharapkan dengan ketersediaan benih kedelai yang mencukupi dan kontinyu maka petani tidak kesulitan benih bersertifikat untuk kegiatan budidayanya.
Menurut Ali Hasan (anggota tim PPUPIK) bahwa pengembangan kedua komoditas tersebut tentunya membutuhkan benih yang tepat mutu, jumlah, tempat, waktu, dan harga. Dengan bergulirnya program usaha peningkatan produksi setiap komoditas, maka kebutuhan potensial benih bermutu cukup besar. Kebutuhan benih bina kacang merah dan kedelai di NTT cukup tinggi.
Produksi benih yang tepat jumlah dan tepat mutu akan membantu dalam pengembangan tanaman kacang merah dan kedelai terutama di dataran rendah lahan kering beriklim kering.
Kegiatan PPUPIK ini melibatkan mahasiswa dan alumni dari Politani Kupang, serta tenaga kerja dari masyarakat sekitar lokasi PPUPIK. Lioba Pamur adalah salah satu mahasiswa yang terlibat mengatakan bahwa mereka sangat terbantu dengan adanya kegiatan PPUPIK ini dalam menyelesaikan tugas akhir berupa penelitian terapan yang dilakukan.
Sekarang ia telah diwisuda pada 15 Oktober 2020 lalu dengan penelitian yang telah dilakukan pada obyek tanaman kacang merah Inerie. Tim pelaksana juga mengatakan bahwa dalam memproduksi benih tersebut mereka bekerjasama dengan pengawas benih dari UPTD Pengawasan dan Sertifikasi Benih NTT untuk melakukan pengawasan lapangan.
Selain memproduksi benih kacang merah dan kedelai, kegiatan PPUPIK juga memproduksi produk tambahan lainnya yakni melon, cabai rawit, bawang merah lokal, dan jagung pulut manis.
Kata Maria Salli bahwa adanya produk tambahan ini sebagai bentuk rotasi tanaman famili leguminosa (kacang-kacangan) dengan famili non legum. Hal ini dilakukan untuk memutuskan siklus hidup hama dan penyakit. Limbah dari tanaman tersebut kemudian diolah menjadi pupuk organik (kompos).