Berita Kupang Terkini
Care Bersama CIS Timor Berbagi Pembelajaran Program PFR-SP 2016-2020
Care Indonesia bersama CIS Timor terus berkolaborasi dalam upaya membantu warga menghadapi berbagai persoalan yang diha
Penulis: Edy Hayong | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Edy Hayong
POS-KUPANG.COM I KUPANG---Care Indonesia bersama CIS Timor terus berkolaborasi dalam upaya membantu warga menghadapi berbagai persoalan yang dihadapi dalam hidup.
Untuk maksud ini, kedua lembaga menggelar workshop dalam upaya berbagi pembelajaran melalui Program Parters for Resilence-Startegic Partnership (PfR SP).
Project Coordinator PfR Care – CIS Timor, Maria Roswita Djaro, dalam rilisnya yang dikirim ke Pos-Kupang,Kamis (22/10) disebutkannya, Tema kegiatan workshop adalah : "Menerapkan Kaidah Pengelolaan Risiko Terpadu Dalam Kebijakan Perencanaan Pemerintah Untuk Membangun Ketangguhan Masyarakat Guna Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan".
Menurutnya, Program Parters for Resilence-Startegic Partnership (PfR SP) adalah sebuah program kemitraan global bertujuan meningkatkan ketangguhan mayarakat akibat bencana karena perubahan iklim atau karena kerusakan ekosistem.
Menurutnya, bencana baik alam maupun non-alam mengancam dan menggunggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, sebagaimana diketahui bencana tidak netral gender dimana perempuan dan kelompok rentan lainnya sering sekali menerima dampak lebih parah .
Menggunakan lensa gender dalam penanggulangan Bencana sangat diperlukan untuk memastikan strategi yang komprhensif mulai dari hulu ke hilir, dari perencaan pembangunan , kebijakan, program, identifikasi kerentanan serta kebutuhan kelompok terdampak, sampai dengan praktek nyata sehari-hari.
Dalam pelaksanaanya, program PfRSP menggunakan pendekatan integrated risk management-IRM (Pendekatan Risisko Terpadu-PRT).
Pendekatan ini mengintegrasikan PRB, API, dan MER diintegrasikan mulai dari aspek pengetahuan berujung pada kesadaran, keterampilan, serta bermuara pada aksi, integrasi ruang dan waktu tertentu.
Untuk memastikan IRM/PRT terintegrasi dalam kebijakan dan program , maka dialog menjadi pilihan strategis program dengan menggunakan IRM sebagai teropong melihat kebijakan, investasi dan praktek yang sudah dilakukan sebagai bukti dalam setiap upaya pengintegrasiannya.
Dia menegaskan, langkah-langkah yang diambil diantaranya, membangun dialog dan kolaborasi dengan pemerintah untuk memperkenalkan, mereplikasi, mangadopsi IRM dalam perencanaan, implementasi, kebijakan dan peraturan.
Juga memfasilitasi dan membangun kapasitas masyarakat desa terutama desa dampingan mitra PfR) Kebupatan TTS, Kabupatan Kupang dan Kota Kupang dalam proses perencanaan pembangunan yang sudah memiliki pendekan PRT.
Langkah berikutnya yaitu mendorong pemerintah desa tentang pentingya aspek gender; akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat dalam rencana pembangunan desa, serta memahami strategi pengarusutamaan gender ke dalam rencana pembangunan di semua level.
Kemudian memperkuat kapasitas pemerintah, pendamping, fasilitator, , dan masyarakat selain melalui pelatihan dan peningkatan partisipasi dalam kajian IRM, dikembangkan juga strategi atau mekanisme mekanisme dengan menyusun seperti modul pembelajaran atau pedoman) yang diterapkan guna membantu fasilitator desa memahami pentingnya IRM, dan bagaimana memasukkan komponen IRM (PRB, perubahan iklim, masyarakat dan lingkungan) ke dalam perencanaan desa.
Selanjutnya meningkatkan upaya- upaya kolaborasi dalam rangka memperkuat koordinasi dengan pemerintah sebagai main duty barrier pada level yang startegis sperti pembetukan/revitalisasi sekretariat bersama (SEKBER) di level Kabupaten.
Proyek fase 2 (dua) ini telah dimulai sejak 2016.
Pada tahun 2020 ini adalah tahun terakhir pelaksanaan program PfR SP, dimana dipenghujung tahun ini memasuki tahap penutupan program.
Berkaca dari pelaksanaan 5 tahun pelaksanaan program, banyak proses yang telah dilakukan selama intervensi, ada tantangan, capian atau pembelajaran yang didapat.
Oleh karenanya CARE dan CIS Timor mengadakan “Learning Event” , dalam kegiatan yang dilaksanakan pada Kamis 22 Oktober 2020 ini dengan skema daring zoom meeting.
"Kami berbagi berbagai pembelajaran baik kepada pemerintah, masyarakat, atau institusi lain yang tertarik. Kegiatan menjadi sarana yang tepat dan strategis dimana pemerintah dan masyarakat yang langsung akan menyampaikan pembelajaran program," bebernya.
Dia mencontohkan pembelajaran yang dibagikan berupa, Pertama) kapasitas atau praktek – praktik baik yang dirasakan masyarakat serta berdampak pada kehidupan mereka.
Kedua) bagiamana keterlibatan aktif masyarakat dalam membangun dialog dengan pemerintah dan unsur terkait desa untuk mempengaruhi perencaan pembangunan agar lebih berprespektif PRT/IRM.
Ketiga) pemerintah di level kabupaten akan berbagi mengenai kontribusi program PfR-SP dalam proses perencanaan misalnya melalui pengembangan dokumen startegis seperti KLHS RPJMD.
Keempat) pelembagaan dialog seperti pembentukan SEKBER di level kabupaten.
Dalam kegiatan ini akan menghadirkan peserta dari wilayah non-dampingan untuk mendengar dan belajar langsung mengenai manfaat pendekatan IRM bagi masyarakat dampingan dan diharapkan bisa menjadi model yang bisa dugunakan dalam perencaan pembangunan di wilayahnya.
Adapun tujuan kegiatan ini adalah: Berbagai pengalaman selama 5 tahun pelaksanaan program terkait pengintegrasian prinsip – prinsip Pengelalaan Terpadu dalam Kebijakan Perencanaan Pembangunan khususnya di Provinsi NTT kepada pemerintah dan stakeholders lainnya.
Baca juga: Pemain Maung Latihan Gym, Robert Ingin Tahu Kekurangan Pemain Persib Bandung, Simak INFO
Area lampiran
