Berita Kupang Hari ini

Dinas Kesehatan NTT Gempur Demam Berdarah Dengue: Target Nol Kematian Akibat DBD

PEMERINTAH Provinsi NTT melalui Dinas Kesehatan berkomitmen memerangi demam berdarah dengue ( DBD) selama tahun 2020

Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/RYAN NONG
Sekretaris Dinas Kesehatan NTT David Mandala 

POS-KUPANG.COM - PEMERINTAH Provinsi NTT melalui Dinas Kesehatan berkomitmen memerangi demam berdarah dengue ( DBD) selama tahun 2020. Berbagai upaya beserta strategi dilakukan untuk mewujudkan zero (nol) kematian akibat DBD.

Apa saja program yang dilaksanakan? Bagaimana implementasinya? Seperti apa perilaku masyarakat NTT? Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT, David Mandala SKep Ns, MKes dan Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit, Ir Erlina R Salmun, MKes diwawancara wartawan Pos Kupang, Novemy Leo dalam acara Ngorbol Asyik Bareng Pos Kupang, Jumat (16/10/2020) sore. Berikut petikan wawancaranya:

DBD merupakan penyakit infeksi berbasis lingkungan yang disebabkan oleh virus dan ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti dan aedes albopicus. Kenapa disebut sebagai penyakt inveksi berbasis lingkungan?

DBD disebut sebagai penyakit berbasis lingkungan karena melibatkan lingkungan sebagai tempat perindukan atau perkembanbiakan yang baik bagi nyamuk. Apalagi lingkungan kotor, tidak dikelola dengan baik akhirnya di situ ada sampah, selokan yang tersumbat atau barang lain yang bisa menampung air dan lainnya, di situlah menjadi tempat perindukan nyamuk.

Apa saja faktor yang berperan terhadap peningkatan kasus DBD?

Kalau faktor tentu paling banyak adalah lingkungan yang kotor, tidak bersih. Itu salah satu faktor yang bisa meningkatkan kasus DBD. Kedua, adalah suhu. Ketiga, perilaku masyarakat. Perilaku masyarakat penting karena terkait dengan bagaimana kita membangun kesadaran masyarakat agar bisa berperilaku baik dalam mengendalikan penyebaran nyamuk atau vektor ini.

Baca juga: Edu Nabunome Gemar Menolong

Karena kita tahu bahwa yang menularkan virus adalah nyamuk. Intinya kita, bagaimana supaya perilaku kita bisa membantu menghilangkan habitat dari nyamuk ini. Tempat pemukiman yang padat juga bisa menjadi penyebab DBD jika lingkunganya tidak bersih.

Jika lingkungannya bersih maka tidak ada masalah meskipun perumahannya padat. Jangka panjangnya, kita perlu membangun rumah sesuai dengan tata kota yang ada. Sedangkan jangka pendek kita mengendalikan vektor nyamuk sebagai penyebar virus ini dengan cara bagaimana kita bisa membersihkan saluran air, botol-botol bekas dan lingkungan sekitarnya.

Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus lebih banyak menyerang anak-anak atau orang dewasa? Apakah ada pergeseran polanya?

Memang nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus banyak menyerang anak-anak usia 5-15 tahun. Untuk tahun 2020 dengan kasus 5.669 dan kematian 58 orang itu, yang usai anak-anak 5-15 tahun sebanyak 49 persen. Sedangkan untuk usia dewasa 5-40 sebanyak 30 persen.

Baca juga: Mendagri Ingatkan Pentingnya Masker

Berarti ada pergeseran. Usia produktif juga bisa kena ini menunjukkan bahwa orang dewasa juga kurang waspada. Nyamuk ini biasa menyerang pada jam 09.00-10.00 dan jam 16.00-17.00. Walaupun ada ahli yang mengatakan bahwa ada nyamuk yang juga bsia menyerang pada malam hari. Nyamuk vektor ini pertumbuhannya mengalami dinamika survelens ada perubahan pola dari waktu ke watu sehingga kita perlu mewaspadainya.

Ada sejumlah aturan mengenai DBD. Permenkes No 581 Tahun 1992 tentang Pemberantasan DBD, Permenkes No 374 Tahun 2010 tentang Pengendalian Vector. Permenkes No 949 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini KLB dan Permenkes No 1501 Tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Tertentu yang Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. Sejauh mana peraturan ini disosialisasi? Apakah efektif dilaksanakan?

Prinsipnya setiap aturan teknis yang dikeluarkan pemerintah pusat pasti akan ditindaklanjuti oleh dinas terkait, termasuk Dinkes NTT, kabupaten dan kota. Teman yang membidangi akan mempelajari dan kita diundang mendengar sosialisasi lalu kita teruskan ke masyarakat. Namun, tidak semua orang membaca dan memahami serta menerapkan aturan dengan baik. Itu faktanya. Kami Dinkes NTT tentunya terus mensosialisasi, bimtek atau tranning agar bisa mengingatkan ada panduan teknik untuk bekerja di lapangan. Sehingga kita bisa melakukan penanganan dan pencegahan dengan pemikiran yang sama dari tingkat provinsi hingga kabupaten/kota.

Apakah ada korelasi perilaku masyarakat yang masih bandel dengan daerah yang kasus DBD banyak?

Beberapa penelitian menyebutkan perilaku masyarakat sebagai penyumbang terbesar. Saya ambil contoh, setiap Jumat ASN pemprov turun ke lokasi untuk membersihkan lingkungan, tapi masih ada masyarakat yang hanya menonton saja. Pemberdayaan masyarakatnya tidak jalan. Kita bekerja di samping atau di belakang rumahnya, angkat sampah di situ tapi pemilik rumah malah nonton saja, tidur di dalam. Perlu peran dari lintas sektor, seluruh level pemerintah hingga tingkat RW dan RT hendaknya menyadarkan masyarakat agar tidak membuang sampah di sembarang tempat, rajin membersihkan lingkungan.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved