Berita Rocky Gerung

Rocky Gerung Tertawakan Ali Mochtar Ngabalin, Bintang ILC: Jokowi Pelihara Orang Tak Paham Sejarah

Awalnya, Hersubeno Arief memberikan prolog tentang sebuah media online yang terang-terangan menulis pernyataan Ali Mochtar Ngabalin.

Penulis: Hasyim Ashari | Editor: Hasyim Ashari
Youtube Rocky Gerung
Rocky Gerung dan Ali Mochtar Ngabalin 

Sebab, para pendemo yang turun ke jalan tengah berjuang menuntut keadilan.

Itu sah di mata undang-undang. Apalagi belakangan rakyat marah lantaran Pemerintah yang dipilihnya justru seolah bersekongkol dengan DPR untuk membatalkan harapan hidup mereka melalui UU Omnibus Law Cipta Kerja.

“Nah ini dari dalam pagar, seorang di dalam pagar malah menghina jutaan orang, apa nggak dungu? Nggak ada yang mau timpukin Ngabalin, karena dia sudah dungu,” papar Rocky.

Rocky Gerung kemudian menyindir Presiden Jokowi yang sepertinya tidak mampu menempatkan orang-orang terbaik.

"Jokowi memelihara orang-orang yang tidak paham sejarah," tegasnya.

Sebelumnya, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin menyebut pendemo yang menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja di tengah pandemi Covid-19 sebagai sampah demokrasi.

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin sangat menyayangkan pemanfaatan dari media sosial (medsos) untuk kepentingan yang merusak demokrasi.

Dilansir TribunWow.com, Ali Ngabalin mengakui bahwa di dalam negara demokrasi setiap warganya bebas untuk menyampaikan pandangan dan pendapatnya.

Namun Ali Ngabalin menyayangkan sikap dari masyarakat yang justru berlebihan dalam memanfaatkan medsos itu sendiri dalam rangka untuk menyampaikan hak demokrasinya.

Menurutnya tidak bisa dipungkiri bahwa media sosial sudah seperti menjadi alat untuk menyampaikan pendapat sebebas-bebasnya.

Entah itu pendapat yang sifatnya pujian, masukan ataupun kritikan

Ali Ngabalin lantas meminta kepada semua pihak untuk bisa memanfaatkan dengan bijak keberadaan medsos.

Ia tidak ingin proses demokrasi ini dirusak atau dikotori oleh sampah-sampah yang tidak mengerti maksud demokrasi itu sendiri.

"Kalau media sosial enggak bisa dong seenaknya perut orang bercerita kemudian menghujat, mencaci maki orang, intoleransi, mengkafir-kafirkan orang, menolak Pancasila, rusak demokrasi dan lain-lain," ujar Ali Ngabalin.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved