Berita Timor Leste
Wanita Pemberontak Timor Leste Ini Lolos dari Maut, Kampanye Sudutkan Indonesia di Amerika dan Eropa
Bella Galhos memiliki kisah yang tak biasa. Ia berhasil selamat dengan menyusup sebagai tentara Indonesia.
Mengutip Japan Times, dua adik laki-laki Galhos tidak seberuntung itu.
Mereka berdua dibunuh saat masih anak-anak oleh tentara Indonesia.
"Alasan saudara laki-laki saya terbunuh adalah karena mereka menangis karena kelaparan," katanya Galhps.
Sementara itu, saat Galhos masih seorang siswa sekolah dasar berusia 10 tahun, suatu hari tentara muncul di sekolah dan menuntut agar semua siswa perempuan berbaris di luar gedung sekolah.
Mereka kemudian disuntik dengan Depo Provera untuk menyebabkan kemandulan. Para prajurit tidak berhenti sampai di sini.
"Mereka datang ke setiap rumah, setiap sekolah. Mereka mengantre semua wanita - bahkan wanita yang sudah menikah - dan mereka menyuruh kami memberikan tubuh kami ke Indonesia," kata Galhos.
Pada awal 1980-an, pemerintah Indonesia meluncurkan program "keluarga berencana" di Timor Lorosae.
Seperti yang diamati oleh pemenang Hadiah Nobel Perdamaian, Uskup Carlos Belo, "Dengan begitu banyak yang tewas, kami tidak memiliki masalah populasi di sini."
Pada tahun 1994, Uskup Belo melaporkan bahwa perempuan desa menjadi sasaran "program sterilisasi sistematis" di klinik desa yang berada di bawah pengawasan pos militer.
Pengalaman Galhos membawanya untuk mulai bekerja dengan perlawanan pada tahun 1989, ketika dia berusia 17 tahun.
Pada tahun 1991, ia menjadi anggota resmi gerakan kemerdekaan klandestin, dan sejak saat itu ia mendorong wanita lain untuk bergabung.
Pada November 1991, dia membantu mengorganisir demonstrasi damai untuk memprotes pembunuhan seorang pemuda Timor oleh Tentara Indonesia.
Setelah demonstran berbaris ke pemakaman di Dili, ibu kota Timor Leste, pasukan Indonesia tiba-tiba melepaskan tembakan, menewaskan sedikitnya 271 orang.
Setelah pembantaian tersebut, Galhos harus berpura-pura setia kepada pemerintah Indonesia.
Untuk melindungi dirinya dan keluarganya, dia mendaftar ke korps pemuda militer Indonesia dan bertugas di dalamnya selama tiga tahun sambil terus aktif dalam perlawanan bawah tanah.