Prancis vs Portugal: Motivasi Tinggi Ronaldo

EMPAT tahun lalu dalam final Piala Eropa 2016 di Stade de France, Saint-Denis, Cristiano Ronaldo menangis tersedu-sedu

Editor: Kanis Jehola
Janerik HENRIKSSON / TT NEWS AGENCY / AFP via Tribunnews.com
Penyerang Portugal Cristiano Ronaldo merayakan gol pembuka, gol ke-100nya untuk Portugal, selama pertandingan sepak bola UEFA Nations League antara Swedia dan Portugal pada 8 September 2020 di Solna, Swedia. Janerik HENRIKSSON / TT NEWS AGENCY / AFP 

POS-KUPANG.COM - EMPAT tahun lalu dalam final Piala Eropa 2016 di Stade de France, Saint-Denis, Cristiano Ronaldo menangis tersedu-sedu setelah ditarik keluar karena cedera di menit ke-25.

Dengan kaki pincang dibalut gips, dan bertumpu tongkat, Ronaldo berdiri di pinggir lapangan. Bak seorang pelatih dia menyemangati rekan-rekannya. Hasil akhirnya membahagiakan. Portugal sukses mengalahkan tuan rumah Prancis 1-0 untuk jadi juara Piala Eropa.

Empat tahun berlalu. Senin (12/10) dini hari nanti, Ronaldo akan menyambangi Stade de France kembali saat Portugal menantang Prancis dalam pekan ketga grup 3A Nations League.

Perkenalkan Perpustakaan SimpaSio Institute: Oa Eda dapat Warisan Tentang Flotim

Banyak yang berubah dalam periode empat tahun. Prancis semakin kuat di berbagai sektor hingga mereka dengan relatif mudah menjuarai Piala Dunia 2018 Rusia.

Kylian Mbappe muncul jadi bintang baru di Les Bleus. Saat Piala Eropa 2016 digelar di negaranya, dia baru berusia 17 tahunan, dan masih sibuk meniti karier di AS Monaco, sebelum pindah ke Paris Saint Germany, dan melesat jadi pemain dunia. Mbappe digadang-gadang sebagai calon pemain pengganti Cristiano Ronaldo, dan Lionel Messi.

Anya Geraldine: Edukasi Seks

"Dengan fakta bahwa Messi, dan Ronaldo sudah makin berumur. Saat ini ada ruang kosong untuk pemain bintang baru. Saya pikir Mbappe, dan Neymar pantas menempati ruang kosong itu," kata legenda Prancis, Michale Platini.

Di Saint Dennis dini hari nanti, Ronaldo punya peluang untuk menunjukkan kepada Platini, kepada Mbappe, dan juga kepada dunia bahwa dirinya masih sangat tajam.
Bahkan mungkin lebih tajam dari saat berusia 31 tahun ketika dia mentas di final Piala Eropa 2016. Fakta menunjukkan, makin bertambah umur, Ronaldo memang makin berbahaya.

Musim lalu, "CR7" membuat dunia terpukau ketika dia melompat menyundul bola dengan ketinggian sampai 2.56m yang membuatnya dibandingkan dengan legenda bola basket, Michael Jordan. Julukan "Air Ronaldo" pun sempat mengemuka.

Bulan lalu, dua gol Ronaldo ke gawang Swedia di Nations League menjadikannya pemain Eropa pertama yang menembus 100 gol internasional.

Kini dia mengantongi 101 gol dari 166 laga. Ada target di depan mata yang harus dikejar: Ali Daei (109 gol) yang jadi topskor dunia sepanjang masa.

Ronaldo yang sangat ambisius pasti ingin, dan akan mengejar rekor legenda dari Iran tersebut. Namun, mengingat usia yang makin senja, jika diperkenankan pelatih dia hanya akan memilih laga-laga prioritas.

"Jika itu terserah saya, saya hanya akan main di laga pilihan. Di liga Champions, atau di laga spesial yang memotivasi saya," kata Ronaldo di France Football.

Dan laga kontra Prancis pastinya adalah laga spesial yang akan memompa motivasi CR7. Dia pasti penasaran tak bisa main 90 menit di final Piala Eropa lalu. Dia juga pasti penasaran tak bisa bobol gawang Prancis dalam empat pertemuan sebelumnya.

Dan tentu saja, dia bernafsu melewati rekor gol Ali Daei. Motivasi tinggi Ronaldo akan menjadi ancaman besar untuk Les Bleus.

"Dia legenda hidup," kata gelandang Prancis, Paul Pogba. "Tapi kita juga punya sejumlah calon legenda. Kami punya (Antoine) Griezmann, (Klylian) Mbappe, dan (Olivier) Giroud."

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved