Parodi Situasi
Gara-Gara Om Mini Bus Lou
Demo menolak omnibus law alias Undang-undang yang berhubungan dengan cipta kerja bergerak serentak di beberapa kota besar
POS-KUPANG.COM - Demo menolak omnibus law alias Undang-undang yang berhubungan dengan cipta kerja bergerak serentak di beberapa kota besar di tanah air.
Termasuk di kota kelahiran Jaki, Rara, dan kedua sahabatnya yang lain. Pokoknya demo dan pokoknya tolak. Namanya pokoknya ya pokoknya akibatnya.
***
"Pokoknya saya tidak setuju! Tolak itu undang-undang yang merugikan kebutuhan dasar kami senang-senang," demikian Jaki mati-matian bersihkeras turun ke jalan dan berteriak-teriak sambil mengacungkan kepalan tangannya tinggi-tinggi. "Tolak Om Mini BusLou, tolak Om Mini Bus Lou," demikian teriak Jaki sambil memprovokasi untuk membakar apa saja yang bisa dibakar.
• Plt Dirut Bank NTT Hary Alexander Riwu Kaho: Ibu Rumah Tangga jadi Member DIA BISA
"Om Mini Bus Lou yang mana?" tanya Rara.
"Om Mini Bus Lou! Itu om yang biasa jual laru alias tuak alias moke di ujung jalan tuh!"
"Kenapa tolak? Om Mini itu berhubungan dengan air kata-kata alias pintar bicara setelah telan satu dua gelas! Jangan tolak OmMiniBus! Kalau dia tidak ada lagi kita mau dapat laru dari mana lagi?" kata Rara. Pertengkaran pun terjadi. Yang satu tolak mati-matian, yang satu lagi mati-matian pula berteriak agar Om Mini Bus tetap ada.
• Tanggapan Doni Monardo Saat Mengetahui Ada Pendemo Kedapatan Reaktif Covid-19
***
Untung ada Benza yang melerai dan Nona Mia yang menjelaskan apa yang menjadi silang sengketa antara Jaki dan Rara. Kedua laki-laki itu hanya menganga karena tidak mengerti apa-apa tetapi sibuk demo dengan berteriak-teriak.
"Om MiniBus Lou harus tetap ditolak!" teriak Jaki. "Om Mini Bus Lou harus tetap ada," Rara tidak mau kalah. Nona Mia dan Benza hanya bisa geleng-geleng kepala dan menahan tawa.
"Om Mini Bus Lou yang jual laru maksudnya? Jual moke? Jual arak? Jual minuman keras di ujung gang itu?" tanya Nona Mia dan dijawab serentak dengan koor dan adu jotos lagi. "Hei, bukan Om Mini Bus Lou yang didemo.
"Terus Om Mini Bus Lou yang mana lagi? Hanya dialah satu-satunya yang kami tahu, kami bisa utang dulu, kami bisa atur dapat arak terenak," jawab Rara. "Bagaimana bisa seluruh Indonesia tolak dia. Demo bakar-bakaran api, rusak sana-sini, buat susah kita semua. Kalau Om Mini Bus tidak ada, saya mau dapat tuak dari mana?"
"Hei, teman! Jangan salah mengerti!" kata Benza. "Sadar! Sadar dulu baik-baik inti masalahnya, baru kalian berdua bertengkar mempertahankan pendapat," Benza tertawa lucu mengingat Om Mini Bus penjual tuak yang diperguncingkan dan jadi sumber pertengkaran Jaki dan Rara.
"Salah mengerti apa?" Jaki dan Rara langsung memasang mata dan telinga.
***
"Omnibus lawitu menurut pendapat para ahli, merupakan suatu rancangan undang-undang. Ada beberapa aspek undang-undang yang digabung menjadi satu. Ahli lain lagi katakan bahwa omnibus adalah proses pembuatan aturan yang sifatnya rumit, kompleks, sehingga memerlukan waktu lama untuk disahkan.
Sifatnya kompleks karena ada banyak materi yang digabungkan yang berkaitan satu sama lain maupun yang tidak terkait."
"Ooooh," Jaki dan Rara sama-sama menganga dan membuang muka. Entah karena malu atau karena marah pada Nona Mia. Ya, Nona Mia juga Benza yang selalu saja menemukan hal-hal prinsip yang sesuai, meskipun tidak sesuai dengan pikiran Jaki dan Rara.
"Jadi itu tentang undang-undang?" keduanya bertanya serentak. "Tentang buruh buruh seperti kami berdua?" keduanya pun sama-sama memukul testa. "Baru saja dirancang dan sudah disahkan kah? Kami juga tolak itu soalnya semua orang juga tolak. Lihat saja demo dimana-mana."
"Kamu sudah baca?" tanya Nona Mia. "Sudah tahu apa isinya? Pasal-pasal mana yang bermasalah? Bagian mana ayat berapa yang berpontensi merugikan kalian berdua sebagai buruh?" pertanyaan Nona Mia dijawab dengan geleng kepala dan terus menggeleng.