Elkan Klaas, Remaja NTT Juara Lomba Antariksa 2020, Info

Siswa kelas X SMK St. Maria Malang itu mengungguli siswa SMAN 1 Bogor, Inggar Pratiwi yang menyabet juara II dan Dimas Rouz Wicaksana

Penulis: Ryan Nong | Editor: Rosalina Woso
zoom-inlihat foto Elkan Klaas, Remaja NTT Juara Lomba Antariksa 2020, Info
Dok pribadi untuk POS-KUPANG.COM
Elkan M.E. Klaas, siswa Kelas X SMP St Maria Malang yang menyabet juara pertama dalam Lomba Papercraft / 3D Paper Model dalam Festival Sains Antariksa 2020.

Elkan Klaas, Remaja NTT Juara Lomba Antariksa 2020, Info

POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Remaja asal Provinsi Nusa Tenggara Timur, Elkan M.E. Klaas berhasil menyabet juara pertama dalam Lomba Papercraft / 3D Paper Model dalam Festival Sains Antariksa 2020. 

Dalam lomba yang digelar peringatan World Space Week oleh Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) itu, Elkan Klaas yang membuat karya desain Satelit Nusa Model Rumah Tongkonan yang multiguna bagi kehidupan berhasil keluar sebagai pemenang. 

Siswa kelas X SMK St. Maria Malang itu mengungguli siswa SMAN 1 Bogor, Inggar Pratiwi yang menyabet juara II dan Dimas Rouz Wicaksana dari SMA Pradita Dirgantara yang menyabet juara III. 

Festival Sains Antariksa (FSA) 2020,digelar menggunakan konsep daring dan mengangkat tema “Satellite for Better Life”. Tema ini diadopsi dari tema umum World Space Week yaitu “Satellites Improve Life”.

Elkan yang dihubungi POS-KUPANG.COM dari Kupang pada Sabtu (10/10) mengaku bahagia dan bangga dapat menyabet juara dalam lomba nasional itu. "Saya merasa senang, bahagia dan bangga," kata remaja berkacamata yang lahir di Puskesmas Bakunase Kupang. 

Elka mengaku mendapat informasi tentang Lomba Desain 3D Papercraft itu dari internet. 

Berbekal semangat dan kecakapannya, cucu dari S.H. Klaas, pensiunan dosen Fakultas Hukum Undana dan Ibu Naniek J.S Klaas, pensiunan guru SMPN 3 Naikolan Kupang itu kemudian membuat papercraft model rumah adat Tongkonan dari Toraja. Ia mengaku, ide awal membuat desain papercraft itu berangkat dari semangat cinta budaya dan keinginan kuat agar bangsa Indonesia dapat maju. 

"Saya ingin mendesain satelit bernuansa Indonesia. Satelit merupakan teknologi maju dan perlu sebuah representasi budaya Indonesia yang melambangkan tekad rakyat Indonesia di seluruh nusantara untuk maju," kata Elkan. 

Putra pasangan Dua K.S.Y. Klaas, Ph.D dan dr. Ika Sudiayem itu menjelaskan, pilihannya membuat desain dengan model rumah adat itu karena menurutnya, rumah adat melambangkan karakter dasar dan semangat rakyat Indonesia, yaitu gotong-royong dan pengelolaan alam secara terpadu. 

"Ide rumah adat Toraja karena secara arsitektur rumah ini unik dan bermuatan filosofis tentang kehidupan. Saya gabungkan ide ini dengan desain panel surya satelit yang mampu berotasi 360 derajat sesuai dengan sudut inklinasi matahari untuk meningkatkan efisiensi paparan sinar surya terhadap proses pembangkitan listrik untuk Satelit," jelas Elkan. 

Ia menjelaskan, sebagai salah satu sumber energi terbaharui, satelit selain energi propulsi elektromagnetik yang memanfaatkan interaksi antara medan elektromagnetik satelit dan medan magnet bumi. 

"Saya memberi nama NUSA 2020 untuk satelit desain saya. NUSA adalah singkatan dari National Unmanned Space Advancement. Nusa juga berarti kepulauan dalam bahasa Sanskerta," jelasnya. 

Satelit NUSA, lanjut Elkan, merupakan kombinasi antara satelit komunikasi dan satelit pencitraan. Satelit tersebut didesain untuk mengakomodasi pembangunan berkelanjutan di Indonesia, yaitu pembangunan yang diiimbangi dengan usaha konservasi dan manajemen lingkungan terpadu.

Ketika ditanya soal keyakinannya untuk juara sejak awal, Elkan mengaku tidak mematok target saat mengikuti lomba itu. 

"Bagi saya, saya senang bisa ikut berpartisipasi dalam lomba dan yang paling penting bisa menuangkan ide saya untuk bisa dinilai secara nasional oleh LAPAN," katanya. 

Menurut Elkan, banyak peserta lain juga memiliki ide-ide brilian dan luar biasa. 

"Jika saya mendapatkan juara itu adalah anugerah Tuhan dan kebanggaan tersendiri. Saya berharap bisa ini menjadi inspirasi bagi teman-teman lain di seluruh Indonesia," katanya. 

Kepada POS-KUPANG.COM, Elkan mengaku ingin terus mengembangkan minat dan ide - idenya di bidang sains. Ia juga ingin terus menjadi inspirasi dan berkat bagi banyak anak bangsa. 

"Saya ingin terus mengasah kemampuan yang ada dan selalu terbuka untuk pengembangan ide-ide baru lain, termasuk lomba-lomba lain ke depan. Intinya adalah mengisi waktu dengan kegiatan yang berguna," katanya. 

Prestasi nasional yang diraih Elkan Klaas juga menjadi kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri bagi kedua orangtuanya, Dua K.S.Y. Klaas, Ph.D dan dr. Ika Sudiayem serta keluarga besar. Kepada POS-KUPANG.COM, keduanya mengaku sangat bergembira. 

"Kami sangat bergembira. Kami berharap prestasi ini bisa menginspirasi teman-teman lainnya untuk sama-sama maju," ujar Dua Klaas kepada POS-KUPANG.COM, Sabtu (10/10). 

Terkait dengan lomba LAPAN, Dua Klaas mengaku informasinya diperoleh melalui website. Ide tersebut kemudian diskusikan secara interaktif di rumah. 

"Bukan kebetulan, kedua anak kami, Elkan dan Eldav sejak kecil memang senang dengan sains dan teknologi," kata Dua Klaas yang merupakan dosen di Politeknik Negeri Kupang. 

Ia mengatakan, keduanya sudah menulis empat buku tentang sains. Judulnya adalah "Belajar Alam Semesta melalui Eksperimen Sains (Bumi dan Air, Energi, Cahaya, dan Gaya)". 

Terkait ide model dalam lomba itu, jelas Dua Klaas, kemudian dikembangkan oleh Elkan dan divisualisasikan melalui video olehnya. 

"Kami bersyukur dan berterima kasih ada lebih dari 6 ribu views dan lebih dari 2 ribu "like" dari pemirsa," katanya. 

Terkait dengan dukungan bagi Elkan, jelas Dua Klaas, sebagai orang tua mereka selalu mendukung kedua anak itu untuk mengembangkan minat dan talenta mereka. Mereka memiliki dua putra dengan minat dan bakat yang berbeda dan selalu berusaha memberi motivasi bagi keduanya untuk mengembangkan potensi mereka. 

"Kami bersyukur kepada Tuhan atas apa adanya mereka. Kami mencoba mengetahui apa minat mereka dan tidak memaksa mereka melakukan sesuatu yang bukan minat mereka. Kami kemudian mencoba memberikan mereka wawasan akan pilihan-pilihan hidup bagi mereka. Merekalah yang kemudian memilih dan menikmati hasilnya," ungkap Dua Klaas. 

Ia menyampaikan rasa syukur pada Tuhan, anak anak mereka sempat mengenyam pendidikan dasar dan menengah di Australia, yang secara akademis juga sejalan dengan pola pendidikan yang diterapkan di keluarga. 

"Di sana setiap anak diberi motivasi dan didukung untuk memilih kesukaan dan minat mereka untuk dikembangkan tanpa paksaan. Di sana, ilmu seperti sains dari kehidupan sehari-hari dipelajari dengan riang sebagai bagian permainan. Anak diberi kesempatan untuk belajar secara eksploratif semua kemungkinan untuk kemudian mereka pilih sesuai minat mereka," jelasnya. 

Ia mencontohkan, Elkan sejak primary school (sekolah setingkat SD di Indonesia) telah menaruh minat pada hal-hal yang berkaitan dengan desain, komputer dan musik. Sekolah kemudian memfasilitasi siswa dengan aktifitas semi akademis yang berkaitan dengan komputer misalnya pemrograman dan desain grafis. Juga kegiatan musik kolaboratif dengan teman lain. 

Hasilnya, Elkan tiga kali meraih penghargaan Principal Award untuk desain, seni (menggambar), dan olahraga (sepak bola), dan juga adalah kapten untuk bidang musik. Dengan bekal kemampuan dari sekolah tersebut, Elkan dapat dengan baik mendesain Satelit NUSA 2020 yang memenangkan penghargaan LAPAN kemarin. 

Ia mengatakan, jelas ada keterkaitan antara minat anak, dukungan orang tua dan sekolah dan prestasi anak. 

"Walaupun bagi kami, sekalipun anak-anak kami tidak meraih juara pun kami tetap bangga mereka telah berusaha sembari terus memberi evaluasi dan semangat untuk terus maju," ungkapnya. 

Seperti puisi Kahlik Gibran "Anak2 adalah mata panah dan orang tua adalah busurnya", tambah Dua Klaas, makan sebagai orang tua, mereka bertugas mengasah mata panah, menarik busur sekuat-kuatnya, dan mengarahkan menuju arah yang benar.  "Bagi kami, jerih lelah dan pendapat anak-anak selalu perlu dihargai. Dan tentunya dukungan dari keluarga, lingkungan dan yang terpenting adalah iman dan doa kami sebagai keluarga Kristen karena bagi keluarga kami Tuhan Yesus adalah satu-satunya andalan dan harapan kami," ungkap Dua Klaas. 

Sebagai orang tua, tambah Dua Klaas, mereka berharap dan terus berdoa agar anak mereka, Elkan dan Eldav berhasil mencapai harapan dan cita-cita mereka sendiri. 

Selain juara lomba Papercraft, Elkan juga baru mendapatkan Juara 2 nasional Lomba Esai tentang energi terbarukan yang diselenggarakan oleh Adhesi Energy pada 8 Oktober 2020 lalu. 

Berdasarkan keterangan resmi Pusat Sains Antariksa - LAPAN, kegiatan edukasi antariksa pada Festival Sains Antariksa (FSA) tahun 2020 digelar berupa Lomba Poster dengan 2 kategori yaitu SD dan SMP sederajat dan Lomba pembuatan Papercraft/ 3D Paper Model untuk SMA sederajat dengan mengusung tema Satellite For Better Life serta Kompetisi Astrofotografi yang diperuntukan kepada kalangan umum.

Acara puncak kegiatan Festival Sains Antariksa (FSA) 2020 berupa Webinar Keantariksaan dengan mengangkat judul Pemanfaatan Satelit: Peluang dan Tantangan Sains Antariksa untuk Masa Depan. 

Baling-Baling Kapal Tujuan Pulau Sukun Patah, Basarnas Maumere Lakukan Pencarian, Yuk Simak !

Penerimaan Bantuan Langsung Tunai Dana Desa di Kabupaten Kupang Diperpanjang Hingga Desember

"Harapannya melalui berbagai kegiatan ini dapat menarik antusias generasi muda untuk mengenal lebih dekat lagi mengenai bidang keantariksaan," tulis panitia di laman resmi Pusat Sains Antariksa - LAPAN. (Laporan Wartawan POS-KUPANG.COM, Ryan Nong) 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved