Timor Leste Ngotot Ingin Merdeka, Nyatanya Pengangguran Masih Tinggi Meski 21 Tahun Lepas dari NKRI
Dengan tekanan internasional, akhinta Indonesua menyetujui penyelenggaran referendum. Hasillnya leih dari tiga prempat warga Timor Timur ingin menolak
Timor Leste Ngotot Ingin Merdeka, Nyatanya Pengangguran Masih Tinggi Meski 21 Tahun Lepas dari NKRI
POS KUPANG.COM -- Timor Leste saat masih menjadi Provinsi ke-27 Indonesia dengan nama Timor Leste terus ngotot ingin merdeka agar bisa maju dan sejahtara
Dengan tekanan internasional, akhinta Indonesua menyetujui penyelenggaran referendum. Hasillnya leih dari tiga prempat warga Timor Timur ingin menolak otonomi khusus yang ditawarkan Pemerintah Indonesia.
Mereka lebih memilih merdeka agar bisa manidiri dan maju
Pemerintah Indonesuia akhirnya meninggalkan Timor Leste bulan September 1999. Namun negara itu baru resmi diakui merdeka pada 20 Mei 2002.
Data UNDP menyeutkan, kini setelah 21 tahun mandiri, Timor Leste malah terjun bebas ke jurang kemisikinan. Negara itu kini menjadi negara tersmikin dengan posisi berada di 152 dari 162 negara
Pengangguran di Timor Leste juga sangat tinggi dan menjadi penyumbang yang menjadikan negara itu miskin
Kerumunan pemuda Timor Leste yang berdiri di depan Kedutaan Besar Portugal di Dili menjadi pemandangan yang tidak asing lagi dalam beberapa tahun terakhir.
• Siswi SMP Nyambi Jadi PSK Usai Pamit Bikin Konten, Sang Ibu Histeris Hingga Hampir Pingsang
• PASTIKAN Kecocokan Pasangan Anda Sesuai Zodiak: Gemini dan Capricorn, Taurus & Sagitarius
• Mbak You Ramal Ariel NOAH Nikah Tahun 2020 ini dengan Sosok ini,Pacaran Tapi Belum Berani GoPublic
• Celine Evangelista dan Stefan Wiliams Serius Pelajari Islam Diungkap Ustaz Riza, Sampai Pakai Hijab
Mereka berharap mendapatkan paspor Portugal dengan harapan melihat masa depan yang lebih baik di Eropa.
Mereka begitu ingin meninggalkan negara tersebut dengan alasan minimnya lapangan pekerjaan sebagaimana dilansir dari The Interpreter, Jumat (2/10/2020).
Menurut analisis dari Sensus Penduduk dan Perumahan Timor-Leste terbaru, pemuda yang berusia antara 15 hingga 24 tahun merupakan 20 persen dari total populasi pada 2015.
Ironisnya, laporan dari Sensus Analisis Angkatan Kerja menunjukkan bahwa tingkat pengangguran kelompok pemuda pada 2015 mencapai 12,3 persen, jauh lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 4,8 persen.
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi pula risiko menganggur.
Persentase pengangguran pada kaum muda yang tidak berpendidikan atau nonformal adalah di bawah 10 persen.

Sementara pemuda yang tamat sekolah menengah, persentase penganggurannya adalah 18 persen. Ironisnya, persentase penganggutan pemuda yang lulus perguruan tinggi adalah 20 persen.
Sementara itu, Sensus Laporan Analisis Pendidikan melaporkan bahwa pemuda yang tidak bekerja dan tidak berpendidikan atau tidak memiliki pelatihan persentasenya adalah 27,7 persen.
Ironisnya lagi, sebanyak 53,4 persen pemuda yang telah menyelesaikan pendidikannya tidak bekerja pada saat pencacahan tahun 2015.
Tingginya angka pengangguran di Timor Leste setidaknya disebabkan dua hal yakni kurangnya kesempatan kerja dan kurangnya keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja.
Tidak adanya pekerjaan bagi kaum muda telah banyak diberitakan di media Timor Leste dan disoroti oleh organisasi masyarakat sipil.
Demikian pula, masalah keterbatasan kesempatan kerja di dalam negeri membuat para pekerja di Timor Leste untuk pergi dan menjadi pekerja migran di Inggris, pekerja musiman di Australia, dan program kerja sementara di Korea.
Pada saat yang bersamaan, pengusaha Timor Leste juga kesulitan menemukan pekerja yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Misalnya, pengusaha menemukan bahwa sebagian besar karyawannya kurang memiliki keterampilan lunak seperti komunikasi dan manajemen yang sangat mereka hargai.
Di sisi lain, Survei Kewirausahaan dan Keterampilan yang dilakukan oleh Sekretariat Pemuda dan Tenaga Kerja Timor Leste pada 2017 mengidentifikasi sektor konstruksi, ritel, dan otomotif membutuhkan tenaga kerja yang cukup besar.
Karena sektor-sektor ini dapat menyediakan pekerjaan bagi banyak pemuda, temuan semacam itu harus ditanggapi dengan serius. Kehadiran banyak kaum muda yang menganggur di negara ini dengan sendirinya merupakan fakta yang mengkhawatirkan.
Realitas anak muda yang pergi ke Eropa atau program pemerintah yang mengirim pekerja ke Australia dan Korea Selatan menunjukkan kurangnya peluang yang perlu ditangani.
Perekonomian Timor Leste juga sangat bergantung pada pengeluaran pemerintah. Dan selama bertahun-tahun, sektor publik telah menjadi pemberi kerja terbesar di sektor formal.
Oleh karena itu, pemerintah memainkan peran penting untuk dalam menangani pengangguran para pemuda.
Sebagian Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "21 Tahun Merdeka dari Indonesia, Pengangguran Timor Leste Masih Tinggi, Ini Sebabnya", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/global/read/2020/10/05/154135970/21-tahun-merdeka-dari-indonesia-pengangguran-timor-leste-masih-tinggi-ini?page=all.