G30S PKI
TERBONGKAR! Fakta Siapa Sesungguhnya Dalang G30S/PKI, Mengapa Soeharto Tidak Diculik & Dibunuh PKI?
Di antara berbagai teori tentang dalang G30S, ada yang meyakini Soeharto-lah yang sebenarnya berada di balik peristiwa G30S.
Dalam buku Mengapa G30S/PKI Gagal?: Suatu Analisis (2004) karya Samsudin, Latief mengaku jenderal-jenderal itu dibunuh atas perintah Syam. Syam duduk dalam pimpinan intel Cakrabirawa.
Sebenarnya dalam perundingan tidak ada rencana untuk membunuh para jenderal.
Pada awalnya, niat mereka untuk membawa para jenderal menghadap kepada Presiden/Pangti Soekarno di Istana.
Pelaksanaannya oleh resimen "Cakrabirawa" yang dikomandoi Letkol Untung.
Dalam G30S, Fakta atau Rekayasa? (2013) karya Julius Pour, Untung membagi eksekutor ke dalam tiga satuan tugas.
Satgas Pasopati pimpinan Letnan I (Inf) Abdul Arief dari Resimen Tjakrabirawa bertugas menangkap tujuh jenderal yang jadi sasaran.
Satgas Bimasakti dipimpin Kapten (Inf) Soeradi Prawirohardjo dari Batalyon 530/Brawijaya, bertugas mengamakan Ibu Kota dan menguasai kantor Pusat Telekomunikasi dan Studio RRI Pusat.
Terakhir, satgas Pringgodani di bawah kendali Mayor (Udara) Soejono, bertugas menjaga basis dan wilayah di sekeliling Lubang Buaya, yang rencananya akan jadi lokasi penyanderaan para jenderal.
Julius Pour mencatat dalam buku G30S, Fakta atau Rekayasa? (2013), operasi penculikan di bawah Untung direncanakan secara serampangan.
Banyak yang akan dilibatkan, tak jadi datang. Jumlah pasukan kurang dari 100 personel, jauh dari yang diharapkan mampu memantik revolusi.
Yang berikutnya terjadi persis yang dikhawatirkan Untung. Penculikan berubah jadi serangan berdarah.
Pukul 03.30, anggota Batalyon I Resimen Tjakrabirawa Sersan Kepala Bungkus mengingat pasukannya yang terakhir diberangkatkan dari Lubang Buaya.
Ia khawatir, alokasi 15 sampai 20 menit untuk meluncurkan penculikan Menteri/Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal (Letjen) Ahmad Yani, tak akan cukup.
"Saya sendiri berpikir kok hanya 20 menit, peluangnya pasti singkat sekali? Meski begitu saya tidak lupa. Perintahnya jelas, saya mendengar langsung dari Letnan I Abdul Arief, '...tangkap sasaran, hidup atau mati'," kata Bungkus.
Letnan Dua Arief mengaku instruksi itu datang dari Sjam. Sjam menginstruksikan bila mengalami kesulitan menghadapi para jenderal diambil hidup atau mati.
Sesampai di kediaman Yani di Jalan Lembang, Menteng, Jakata Pusat, Bungkus dan rekan-rekannya segera meminta Yani ikut dengan alasan akan dibawa ke hadapan presiden.
Yani pun meminta waktu untuk mandi dan berganti pakaian. Bungkus dan rekan-rekannya menolak permintaan itu dan marah.
Yani menampar salah satu prajurit dan mencoba menutup pintu rumahnya.
Salah satu prajurit melepaskan tembakan, dan mengenai Yani hingga membunuhnya.
Di kediaman Menteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan Jenderal Abdul Haris Nasution juga menerima tembakan dari Tjakrabirawa. Akibatnya, anaknya Ade Irma Suryani dan ajudannya Pierre Tendean mati.
Sedangkan Jenderal AH Nasution berhasil menyelamatkan diri dengan memanjat tembok belakang.
Memasuki fajar, seluruh pasukan G30S kembali ke Lubang Buaya. Wakil Komandan Satgas Pringgodani Mayor (Udara) Gatot Soekrisno kebingungan ketika para prajurit menurunkan empat orang yang terikat dan ditutup matanya, serta tiga mayat.
Gatot bingung apa yang akan dihadapkan ke Presiden jika sasaran sudah meninggal.
"Saya segera menghubungi Mayor (Udara) Soejono, Komandan Satgas Pringgidani di Cenko I, minta petunjuk, bagaimana menangani kondisi baru yang menyimpang dari skenario awal tersebut," kata Gatot.
Siang itu, eksekutor G30S akhirnya mengumumkan penangkapan dan pembunuhan yang telanjur terjadi.
RRI menyiarkan pengumuman soal ditangkapnya sekelompok orang yang disebut Dewan Jenderal.
Penangkapan dilakukan oleh Dewan Revolusi yang mencegah tindakan Dewan Jenderal yang ingin mengkudeta Presiden Sukarno. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kenapa Para Jenderal Dibunuh PKI? dan Mengapa Soeharto Tidak Diculik dan Dibunuh PKI?