Gerakan 30 September

Disaksikan Anak Bungsu Eddy, Ini Detik-detik Jenderal Ahmad Yani Ditembak Mati PKI G30S: Pak Bangun!

Tragedi subuh kelam 1 Oktober 1965 imbas gerakan pemberontak G30S PKI 1965, satu Jenderal TNI AD tewas dibunuh pasukan Cakrabirawa.

Editor: Benny Dasman
istimewa
Rabu, 30 September 2020 07:00 tribunnewslihat foto tribunnews Kolase Foto Fransiskus Adhiyuda/Tribunnews.com/Istimewa Anak Jenderal Ahmad Yani, Irawan Sura Eddy saksikan sang ayah dibunuh pasukan Cakrabirwa G30S PKI. 

POS KUPANG, COM -  Tragedi subuh kelam 1 Oktober 1965 imbas gerakan pemberontak G30S PKI 1965, satu Jenderal TNI AD tewas dibunuh pasukan Cakrabirawa.

Detik-detik Jenderal Ahmad Yani ditembak mati dan diberlakukan tak pantas oleh bawahannya yang memberontak kala itu.

Peristiwa berdarah di kediaman Jenderal Ahmad Yani disaksikan oleh anak bungsu sang jenderal, Irawan Sura Eddy atau Eddy Yani.

Dilansir dari Sosok.id, sebuah suasana keheningan dini hari menyelimuti sebuah kediaman Menteri Angkatan Darat, Jalan Lembang, Jakarta pada Jumah (1/10/1965).

Bangunan rumah yang ditinggali oleh Panglima Angkatan Darat kala itu,

Letnan Jenderal Ahmad Yani menjadi saksi bisu peristiwa berdarah yang pernah terjadi di Indonesia.

Irawan Sura Eddy, kala itu berusia 7 tahun terbangun dan mendapati ia sendirian kemudian bergegas mencari ibundanya.

Tetapi sang ibunda tak ada, karena sedang berada du rumah lainnya di Jalan Taman Surapati.

Maka ia membangunkan Mbok Mirah, pembantu dirumah Ahmad Yani kala itu untuk menemaninya duduk di ruang keluarga belakang.

Eddy, sapaannya ingin menunggu sang ibu pulang kerumah agar bisa melanjutkan tidur malamnya kala itu.

Detik selanjutnya, terdengar suara gaduh dari tempat penjagaan rumah dinas Panglima AD tersebut.

Heningnya malam itu terpecah oleh kegaduhan tersebut oleh kedatangan sepasukan tentara tak dikenal dengan cepat masuk ke halaman rumah.

Dalam buku "Titik Silang Jalan Kekuasaan Tahun 1966", menuliskan bagaimana tentara yang berseragam Cakrabirawa dengan senjata lengkap tersebut datang ke rumah sang Jenderal.

Tentara yang dipimpin Pembantu Letnan Satu Mukidjan dan Sersan Raswad segera masuk ke dalam rumah melalui belakang.

Pintu belakang rumah sengaja tak dikunci sebab Nyoya Yayu Rullah Ahmad Yani belum pulang kerumah.

Sepasukan tentara tersebut segera bergerak mengepung rumah dari segala penjuru.

Begitu tutur Irawan Sura Eddy dalam buku karya Rum Aly tersebut.

Bertemulah anggota tentara tersebut dengan Eddy dan Mbok Milah yang kala itu sedang duduk di ruang belakang dan tak jauh dari pintu belakang rumah.

Mereka pun bertanya keberadaan ayah dari bocah laki-laki berusia tujuh tahun tersebut.

"Bapak masih tidur", jawab Mbok Milah, dikutip dari buku "Titik Silang Jalan Kekuasaan Tahun 1966".

Dengan mengatasnamakan perintah presiden Sukarno untuk segera menjemput Ahmad Yani, mereka berhadapan dengan Eddy dan Mbok Milah.

Pembantu rumah tangga tersebut terdiam dan tak beranjak dari tempat duduknya.

Tentara-tentara itupun meminta Eddy untuk membangunkan sang ayah yang masih terlelap dalam tidurnya.

Dengan alih-alih bahwa mereka diutus presiden untuk membawa sang Jenderal menghadap kepada orang nomor satu, Eddy pun dengan pelan beranjak menuju kamar ayahnya.

Dengan menggoyangkan kaki ayahnya tersebut bocah laki-laki itu membangunkan ayahnya sembari berkata,

"Pak bangun pak. Ada Tjakrabirawa mencari bapak. Bapak diminta datang ke Istana".

Ahmad Yani perlahan membuka mata dan bertanya ada apa sepagi ini ada tentara datang mengganggu istirahatnya.

Sang Jenderal melihat melalui jendela kaca yang menghubungkan ruang makan dengan ruang belakang.

Ternyata pasukan tersebut telah masuk kedalam rumah dan siap siaga membawa senjata yang mereka genggam.

Eddy dengan perasaan takut langsung berlari keruang belakang dan berdiri didekat kolam ikan.

Dari tempat ini ia bisa mendengar jelas percakapan antara Jenderal dengan prajurit-prajurit tersebut.

Panglima Angkata Darat itupun mendekati tentara-tentara yang telah memenuhi rumahnya.

Percakapan sengitpun terjadi hingga kemarahan Ahmad Yani terdengar oleh Eddy, anaknya.

Hingga tembakan pun terdengar membuat Sang Jenderal tersungkur di lantai ruang makan kediamannya tersebut.

Sontak saudara-saudara Eddy terbangun dan keluar ke ruang makan, mereka mendapati ayahnya tengah diseret dan bersimpah darah.

Salah satu dari tentara tersebut membentak saudara-saudara Eddy untuk masuk kembali ke kamar masing-masing.

Mereka diancam akan ditembak kalau tak mengindahkan perintah tersebut.

Dini hari pukul 04.00 1 Oktober 1965 menjadi peristiwa yang tak dapat dilupakan oleh Irawan Sura Eddy atas meninggalnya ayahandanya. (*)

Tautan:

https://sosok.grid.id/read/411847063/kala-anak-ahmad-yani-kisahkan-detik-detik-mendebarkan- g30spki-irawan-sura-eddy-pak-bangun-pak-ada-tjakrabirawa-mencari-bapak?page=all

https://manado.tribunnews.com/2020/09/30/detik-detik-jenderal-ahmad-yani-ditembak-mati-pki- g30s-disaksikan-si-anak-bungsu-eddy-pak-bangun?page=4

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved