WASPADA! Kasus Kejahatan Semakin Marak, Dalam Semenit Tercatat 375 Kasus Melalui Aplikasi Digital
Perkembangan dan penggunaan pembayaran digital, lanjutnya, memudahkan para penjahat siber untuk menipu pengguna dan mengambil uang mereka.
WASPADA! Kasus Kejahatan Semakin Marak, Dalam Semenit Tercatat 375 Kasus Melalui Aplikasi Digital
POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Dalam setahun terakhir, terhitung 2019 hingga tahun 2020 ini, transaksi e-payment atau pembayaran elektronik di Indonesia meroket hingga 173 persen.
Ini merupakan imbas dari tren masyarakat Indonesia yang semakin menghindari penggunaan tarik tunai ATM dan kartu debit sebagai metode pembayaran utama.
Kemudahan dari pembayaran digital merupakan poin plus bagi konsumen, namun mereka juga harus berhati-hati dalam bertransaksi untuk menghindari kejahatan siber.
375 Ancaman baru
Menurut laporan terbaru McAfee, Covid-19 Threat Report: July 2020, McAfee Labs menemukan adanya 375 ancaman baru setiap menitnya melalui aplikasi jahat, kampanye phishing, malware, dan lainnya.
Selain itu, jumlah serangan siber yang memanfaatkan konten Covid-19 di Indonesia mencapai 88 juta dari bulan Januari hingga April.
“Pelaku kejahatan siber bergerak sangat cepat untuk memanfaatkan pembayaran non-tunai atau cashless dengan menggunakan teknologi dan keterampilan yang canggih untuk menciptakan cara penipuan yang mudah dipercaya,” ujar Shashwat Khandelwal Head of Southeast Asia Consumer McAfee.
Perkembangan dan penggunaan pembayaran digital, lanjutnya, memudahkan para penjahat siber untuk menipu pengguna dan mengambil uang mereka.
"Maka, masyarakat Indonesia perlu mengetahui berbagai tips keamanan bertransaksi secara digital untuk menghindari penipuan,” katanya.
• Inilah Batas Waktu, Tata Cara dan Waktu Terbaik Shalat Dhuha, Ada 7 Keutamaan yang Tidak Sia-sia
• Inilah Kunci Jawaban Tema 3 Kelas 3 Subtema 1 Pembelajaran 2 Buku Tematik Halaman 13 14 15 17 18
Sulit Kenali Tanda-Tanda Penipuan
Lebih lanjut dipaparkan, sebagian besar masyarakat Indonesia yang beradaptasi dengan perubahan digital merupakan sasaran utama penipuan atau kejahatan siber.
Tingginya penggunaan teknologi digital yang memiliki peran penting di kehidupan sehari-hari pengguna meningkatkan kemungkinan adanya penipuan dan serangan siber.
Namun bagi pengguna digital baru, informasi mengenai penipuan dan cara mengenali tanda-tanda penipuan masih susah diperoleh.
Generasi yang lebih tua kemungkinan besar merupakan “digital immigrants.” di mana banyak pengguna digital dari generasi ini memiliki kesulitan dalam proses digitalisasi, serta pengertian dasar mengenai aplikasi seluler dan situs online.
Untuk memastikan seluruh segmen pengguna dapat bertransisi ke pembayaran non-tunai atau cashless secara aman, harus ada pemahaman yang lebih mengenai risiko keamanan siber.
Jumlah dan kerumitan penipuan akan terus berkembang setiap tahunnya dan semakin memburuk sejak adanya pandemi.
Seluruh segmen masyarakat termasuk bisnis hingga penyedia kebutuhan utama, serta pemerintah sedang mempercepat transformasi teknologi untuk memenuhi kebutuhan digital yang sekarang bukan lagi hanya untuk alat hiburan.