Gerakan G30S PKI

Panglima TNI Hadi Tjahjanto Didesak Putar Kembali Film G30S/PKI di Televisi Seperti Zaman Soeharto

Sosok legendaris dalam film G30S/PKI menjadi film wajib diputar di seluruh bioskop, stasiun televisi tanah air, hingga bioskop

Editor: Hasyim Ashari
tangkap layar Youtube/ Tentara Siber Muslim via Intisari
Cerita Putri Sulung AH Nasution tentang kematian Ade Irma Suryani ketika G30S/PKI 

Panglima TNI Hadi Tjahjanto Didesak Putar Kembali Film G30S/PKI di Televisi Seperti Zaman Soeharto

POS-KUPANG.COM -  Film sejarah G30S/PKI pada masa Orde Baru menjadi tontonan wajib bagi para siswa sekolah di masa itu. 

Selama 13 tahun film tersebut diputar pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

Sosok legendaris dalam film G30S/PKI menjadi film wajib diputar di seluruh bioskop, stasiun televisi tanah air, hingga bioskop dadakan di pelosok-pelosok daerah.

Dan sudah lama film sejarah itu tidak wajib diputar baik di televisi maupun di bioskop. 

Dan kini ada permintaan dari berapa ormas seperti Front Pembela Islam (FPI), GNPF Ulama, Persaudaraan Alumin - PA 212 dan kawan-kawan, Aliansi Nasional Anti Komunis - ANAK NKRI, meminta film tersebut ditayangkan lagi. 

Gabungan Ormas tersebut kemudian menerbitkan seruan terkait peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang jatuh pada 1 Oktober.

ANAK NKRI meminta TNI mengupayakan pemutaran film G30S/PKI.

"Kepada Panglima TNI dan KASAD untuk mengupayakan pemutaran film G30S/PKI di seluruh televisi nasional, baik televisi pemerintah ataupun televisi swasta, pada tanggal 30 September 2020," demikian poin pertama seruan ANAK NKRI, seperti dalam keterangan tertulis, Jumat (25/9/2020).

Seruan ANAK NKRI ini diterbitkan hari ini. Dalam seruannya, ANAK NKRI juga menyinggung perihal Jas Merah.

Terkait Jas Merah, ANAK NKRI menyebut pengkhianatan PKI merupakan fakta.

Mereka menegaskan sejarah pengkhianatan PKI tidak boleh disembunyikan.

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan nya. Dan bangsa yang mencintai tanah airnya adalah bangsa yang selalu waspada dan mengingat para pengkhianat bangsanya," kata ANAK NKRI.

Terdapat 5 poin seruan dari ANAK NKRI. Berikut ini seruannya:

1. Kepada Panglima TNI dan KASAD untuk mengupayakan pemutaran film G30S/PKI di seluruh televisi nasional baik televisi pemerintah ataupun televisi swasta pada tanggal 30 September 2020.

2. Kepada TNI untuk tidak tinggal diam terhadap kelompok-kelompok yang berupaya mengganti Pancasila dengan Trisila/Ekasila jika TNI masih jadi Garda terdepan dalam mengawal Pancasila dan UUD'45 serta bersatu dengan Ulama dalam memimpin gerakan umat dalam melawan kebangkitan Neo PKI.

3. Kepada seluruh Rakyat Indonesia jangan lewatkan bersama keluarga untuk menonton kembali film Pengkhianatan G30S/PKI baik melalui televisi ataupun handphone masing-masing pada tanggal 30 September 2020.

4. Kepada Rakyat Indonesia untuk Mengibarkan bendera merah putih setengah tiang pada tanggal 30 September 2020 dan kibarkan bendera satu tiang penuh pada tanggal 1 Oktober 2020.

5. Kepada Rakyat Indonesia khususnya Santri, laskar, jawara, pendekar, brigade untuk Tetap Waspada dan siap siaga terhadap gerakan kebangkitan Neo PKI yang ingin mengganti Pancasila.

Demikianlah seruan ini disampaikan agar menjadi kewaspadaan dalam menghadapi gerakan Neo PKI.

* Istilah Terkenal 'Jas Merah' Ternyata Bukan Berasal dari Bung Karno, Ini Kata Sejarawan

Singkatan "Jas Merah" dari pidato Bung Karno, menurut sejarawan banyak yang salah mengartikannya. Selama ini istilah Jas Merah diartikan sebagai 'jangan sekali-kali melupakan sejarah. 

Namun, ternyata sejarawan Rushdy Hoesein mengatakan, singkatan "Jas Merah" untuk judul pidato "Djangan Sekali-kali Meninggalkan Sedjarah!" bukan berasal dari Presiden Indonesia Pertama Soekarno atau Bung Karno.

"Menurut AH Nasution, 'Jas Merah' adalah judul yang diberikan Kesatuan Aksi 66 terhadap pidato Presiden, bukan judul yang diberikan Bung Karno," kata Rushdy dalam bedah pidato Bung Karno di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Rabu (15/5/2019).

Rushdy mengatakan, Bung Karno sama sekali tidak menyinggung istilah "Jas Merah" saat menyampaikan pidato berjudul "Djangan Sekali-kali Meninggalkan Sedjarah!" pada 17 Agustus 1966.

Bung Karno, menurut dia, memberikan judul tersebut pada pidatonya untuk mempertahankan garis politiknya yang berlaku.

Dalam pidato tersebut Bung Karno menyebutkan beberapa hal penting seperti tahun-tahun yang gawat, dan konflik sesama anak bangsa.

Menurut Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta Suyatno, pidato tersebut merupakan pidato kepresidenan terakhir Bung Karno.

"Saya mencatat, terdapat 89 kata revolusi dan 50 kata sejarah dalam pidato tersebut. Itu menunjukkan betapa penting revolusi dan sejarah bagi Bung Karno," tuturnya.

Pidato tersebut disampaikan pada peringatan 21 tahun kemerdekaan Indonesia.

Selama 21 tahun, revolusi Indonesia penuh dengan dinamika, romantika dan dialektika.

Roro Daras

Sementara penulis Roso Daras mengemukakan perlunya paya untuk menjembatani pemikiran-pemikiran Bung Karno dengan generasi muda.

"Harus ada penafsiran terhadap pidato-pidato dan karya-karya Bung Karno dalam konteks kekinian sehingga generasi muda bisa memahami Bung Karno," kata penulis "Aktualisasi Pidato Terakhir Bung Karno, Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah" itu.

Menurut Roso, generasi muda Indonesia harus diajak memahami pemikiran para pendiri bangsa, tidak hanya Bung Karno.

"Pemikiran-pemikiran Bung Hatta, Tan Malaka, Sutan Syahrir juga sangat luar biasa. Perlu ada upaya menjembatani generasi muda dengan pemikiran-pemikiran mereka," tuturnya. (Antara)

Saran Sang Ayah

PRESIDEN pertama Republik Indonesia Ir Soekarno ternyata punya cara efektif agar bisa menguasai bahasa asing dari berbagai negara di dunia.

Kisah itu bermula saat ayahnya, Raden Soekemi Sosrodihardjo, menyarankan Bung Karno agar memiliki kekasih orang asing.

Menurut Soekemi, jika Bung Karno memiliki kekasih wanita asing, secara otomatis ia bisa menirukan dan mengerti dengan sendirinya bahasa asing tersebut.

Ternyata, saran sang ayah itu hanya diterima tanpa dijalankan oleh Bung Karno.

Kisah tersebut diceritakan oleh Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah, yang diberikan kehormatan langsung oleh Megawati Sukarnoputri selaku anak kandung sang proklamator.

Ahmad Basarah menceritakan hal itu dalam acara Megawati Sukarnoputri Bicara Sejarah, 'Tentang yang Tersurat dan Tersirat dari Pemikiran Bung Karno', di Museum Nasional, Jakarta, Sabtu (17/11/2018).

"Bung Karno disarankan oleh ayahnya, agar mencari pacar orang asing, mencari pacar orang bule, supaya mudah cepat mempelajari bahasa asing. Namun, itu satu syarat yang tidak dipenuhi oleh Bung Karno kala itu," ungkap Ahmad Basarah.

Bapak Proklamator itu jusru memberikan petunjuk serta pembelajaran bagi putra-putrinya kelak, bahwa dalam memperoleh ilmu pengetahuan harus dimulai dengan membaca buku.

"Cara keluarga Bung Karno memberikan arahan kepada putra-putrinya untuk bagaimana menguasai ilmu pengetahuan dengan membaca buku-buku," beber Ahmad Basarah menyampaikan pesan Megawati Sukarnoputri.

Menurut Megawati Sukarnoputri, seperti yang disampaikan oleh Ahmad Basarah, Bung Karno juga merupakan sosok pemikir besar yang amat teliti, dan seorang yang gemar membaca.

Bahkan, Bung Karno kerap membaca buku dari berbagai macam bahasa. (Fransiskus Adhiyuda)

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul FPI, ANAK NKRI, PA212 Minta Panglima TNI Memutar Film G30S/PKI di Televisi: Jangan Lupa Sejarah, https://wartakota.tribunnews.com/2020/09/26/fpi-anak-nkri-pa212-minta-panglima-tni-memutar-film-g30spki-di-televisi-jangan-lupa-sejarah?page=all

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved