Berita Internasional
China Klaim Sudah Dapat Restu dari WHO untuk Pemakaian Vaksin Covid-19 Sejak Juli 2020
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mendukung usaha China untuk menggunakan vaksin Covid-19 dalam kondisi darura
Dalam sebuah pernyataan yang diposting di situs Sinopharm bulan ini, perusahaan ini menyatakan, dua kandidat vaksinnya telah diberikan "ratusan ribu kali" di bawah program penggunaan darurat yang disetujui oleh pemerintah.
Vaksin tersebut digunakan pada para profesional medis, diplomat yang dikerahkan ke negara-negara berisiko tinggi, dan karyawan perusahaan milik negara yang bekerja di luar negeri.
"Tidak ada satu kasus pun yang menunjukkan efek negatif yang signifikan, juga tidak ada yang terinfeksi," kata penasihat umum Sinopharm, Zhou Song dalam sebuah pernyataan.
Uji coba fase 3 untuk vaksin Sinopharm sedang dilakukan di Uni Emirat Arab, Bahrain, Peru, Maroko, dan Argentina.
Pekan lalu, UEA menyetujui penggunaan darurat vaksin Sinopharm untuk pekerja garis depan, menurut kementerian kesehatan negara itu.

Kandidat vaksin dalam uji coba tahap 3 yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech, perusahaan farmasi Tiongkok lainnya, juga termasuk dalam program penggunaan darurat Tiongkok, menurut Reuters.
Program itu muncul setelah pemerintah China menyetujui penggunaan kandidat vaksin yang berbeda untuk militer negara itu pada bulan Juni.
Negara-negara Kaya Sudah Kuasai 51 Persen Pasokan Vaksin Virus Corona, Rugikan Negara Berkembang
Kasus infeksi virus corona secara global hari ini hampir mencapai 30 juta, sementara sejumlah kecil negara kaya sudah menguasai lebih dari separuh jumlah produksi vaksin dunia.
Berdasarkan telaah dari Oxfam, sekelompok negara makmur yang dihuni sekitar 13 persen dari populasi dunia sudah menguasai sekitar 51 persen produksi calon vaksin covid-19.
Paling tidak sekarang ini ada lima calon vaksin yang sedang memasuki tahap uji coba terakhir.
Perusahaan-perusahaan farmasi yang membikin virus itu, menurut Oxfam, mampu memproduksi sekitar 5,9 miliar dosis, yang cukup untuk sekitar tiga milliar orang.
TONTON JUGA
Namun, lanjut Oxfam yang dikutip scmp.com, Kamis, 17 September 2020, sekitar 51 persen dari jumlah tersebut sudah dipesan oleh sejumlah kecil negara yang kaya, antara lain Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Eropa.
"Seharusnya akses untuk mendapatkan vaksin yang menyelamatkan hidup tidak tergantung pada di mana kamu hidup, dan berapa banyak duit yang kamu punya," kata Robert Silverman dari Oxfam America.