Berita Ende Terkini
Di Bawah Lampu Temaram Kafe Pantai Ria Bocah-bocah di Ende - NTT Mengais Rupiah
Salah satu membawa ukulele, tiga lainnya mengekor. Dari satu meja ke meja lain. Ada yang menyambut mereka dengan ceria ada pula yang acuh tak acuh.
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oris Goti
POS-KUPANG.COM | ENDE - Empat bocah laki-laki malu-malu mondar mandir di salah satu kafe di Pantai Ria Kota Ende, Selasa (22/9/2020).
Salah satu membawa ukulele, tiga lainnya mengekor. Dari satu meja ke meja lain. Ada yang menyambut mereka dengan ceria ada pula yang acuh tak acuh.
Di bawah lampu kafe yang temaram, empat bocah ini bernyanyi, berusaha menghibur para pengunjung sembari berharap mendapat lembar rupiah.
Berapapun yang diberi, mereka terima sembil tersenyum malu-malu, tak lupa ucap terima kasih.
Saat mendekati meja POS-KUPANG.COM, empat bocah ini nampak bingung. Mereka terdiam sambil garuk-garuk kepala. "Ayo nyanyi," seru POS-KUPANG.COM.
Muhammad si pemain ukulele langsung merespon, empat rekannya Muhammad Subahan, Imam, Taufan serempak bernyayi lagu gembira.
Usai bernyanyi tidak ada satu pun dari meminta uang. Lagi-lagi mereka terdiam. "Sudah lama kalian mengamen di sini," tanya POS-KUPANG.COM.
Kata Muhammad, mereka sudah lama mengamen di Pantai Ria, sejak pandemi Covid-19.
Imam menceritakan, ia mengamen agar bisa membeli handphone android dan membayar uang sekolah. Katanya, handphone android buat belajar online.
Selain untuk belajar online, lanjutnya, dengan handphone android ia bisa berkomunikasi (video call) dengan ayahnya yang saat ini tengah merantau di Malaysia.
"Bapa saya di Malaysia saya belum pernah ketemu langsung dengan dia lagi. Selama ini lihat bapa di hp saja, pakai hp teman. Bapa ke Malaysia waktu saya masih kecil sekali," ungkapnya.
Selain mengamen, kata Imam, ia juga sering menjual ikan dan 'naik jala' (bantu nelayan menjala ikan). "Saya sudah biasa begitu, saya bisa berenang," ungkapnya.
Ditanya apakah mereka setiap malam mengamen, Muhammad menuturkan, sebenarnya mereka ingin setiap malam mengamen, namun takut. Jika terlalu sering, kata dia, pengunjung bisa bosan.
"Tidak setiap malam, kadang malam ini ngamen, besoknya tidak, lusanya baru ke sini lagi. Satu malam kami bisa dapat 100 ribu. Itu kami bagi-bagi," ungkapnya.
• Di Malaka - NTT, Warga Kobalima Dapat Pelayanan Kesehatan Gratis dari TNI

4 Lampiran