TRIBUN WIKI - Galeri Tenun Ikat Kampung Adat Praingu Prailiu Tawarkan Motif Khas Sumba Timur

Berbagai jenis motif adat kain tenun khas Sumba Timur ditampilkan di Galeri Tenun Ikat Kampung Adat Praingu Prailiu

Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/Oby Lewanmeru
Pengunjung sedang berada di Galeri Tenun Ikat Sumba, Kampung Prailiu, Kabupaten Sumba Timur, Minggu (6/9/2020) 

POS-KUPANG.COM | WAINGAPU - Berbagai jenis motif adat kain tenun khas Sumba Timur ditampilkan di Galeri Tenun Ikat Kampung Adat Praingu Prailiu, Kabupaten Sumba Timur. Kain tenun ini ada yang menggunakan bahan benang biasa dan juga dari pewarna alam.

Pantauan POS-KUPANG.COM, Minggu (6/9/2020), ada galeri ini berada di dalam sebuah bangun rumah khas Sumba.

Galeri tenun ikat Sumba kampung adat Praingu Prailiu ini terletak di Kelurahan Prailiu, Kecamatan Kambera, sekitar 1 Km dari Kota Waingapu atau bisa ditempuh dengan waktu 5 Menit saja dari pusat Kota Waingapu.

Pilkada Sumba Timur - Umbu Lili Pekuwali Ajak Pendukung Agar Jaga Suasana

Walaupun berada di tengah kota, masyarakat di kampung ini masih sangat memelihara dan melestarikan adat dan budaya leluhur Sumba. Hal ini bisa kita lihat dari keunikan dan budaya yang ada di kampung tersebut.

Bangunan adat dan kuburan-kuburan dari batu alam dan semen.

Di Kampung ini menenun menjadi salah satu mata pencaharian, terutama bagi kaum wanita. Untuk meningkatkan ekonomi keluarga,maka menenun adalah yang paling cepat mendatangkan uang.

Pilkada Manggarai 2020, Yeni Veronika Ajak Pendukung Deno-Madur Berpolitik Santun dan Beretika

Ada sekitar 20-an perajin tenun ikat yang ada di kampung ini.

Harga tenun ikat ini bervariasi mulai ratusan ribu hingga belasan juta per lembar. Harga tenun ikat yang cukup mahal, yakni yang dibuat dengan perwarna alam dengan berbagai corak warna dan motif. Semua motif yang ada itu mengandung nilai budaya dan fisolofis tersendiri.

Suasana di kampung Prailiu ini cukup nyaman dan tenang. Tentu siapa saja yang menginjakkan kaki ke tanah Sumba tidak lengkap apabila tidak mengunjungi galeri ini.

Rumah galeri berbentuk panggung dan di bawah panggung atau dek, tempat ibu-ibu menenun.
Saat itu ada tiga ibu berada di dalam galeri tersebut, masing-masing Melda Hunggu Hawu, Yeren dan Maria Laka Ana Ama.

Biasanya jika tidak ada pengunjung, maka mereka menenun di bawah panggung rumah galeri. Ketika ada pengunjung, maka mereka meninggalkan pekerjaan tenun dan naik ke atas galeri untuk melayani tamu.

Melda Hunggu Hawu mengatakan, kondsi di galeri itu mulai sepi saat adanya Pandemi Covid-19.

Namun, dengan adanya teknologi, maka proses pemasaran tetap dilakukan secara online.

"Memang mulai adanya Corona itu, sepi sekali. Tidak ada pengunjung. Apalagi ketika penerbangan ditutup," kata Melda.

Dikatakan, sebelum adanya Covid-19,maka banyak pengunjung, terutama pengunjung domestik.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved