Regional NTT
Cegah Stunting dan Ibu Hamil Anemia, YPII Kampanye SCP di Nagekeo
Yayasan Plan Internasional Indonesia ( YPII) menyelenggarakan kampanye Sustainable Consumption and Production (SCP).
Penulis: Apolonia M Dhiu | Editor: Apolonia Matilde
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Apolonia Matilde Dhiu
POS-KUPANG.COM|KUPANG - Yayasan Plan Internasional Indonesia ( YPII) menyelenggarakan kampanye Sustainable Consumption and Production (SCP) atau Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan.
Kegiatan tersebut merupakan implemetasi dari Proyek Mari Kita Kreatif dan Arif agar Ikan Lestari (Mata Kail) yang bertujuan untuk mempromosikan konsumsi dan produksi berkelanjutan di sektor pengolahan ikan, pengangguran kaum muda (khususnya perempuan), dan persoalan kekurangan gizi di desa.
Kegiatan tersebut diselenggarakan di Aula VIP Bupati Nagekeo, Kamis (3/9).
• Kompak Unggah Foto Nikah Mischa Chandrawinata-Cut Syifa, Serasi Balutan Busana Nikah, Fans Baper
Hadir para kepala desa dan kader posyandu dari 10 desa yang diundang, antara lain Nangadhero, Marapokot, Tonggurambang, Waekokak dan Nggolonio di KecamatanAesesa, serta Desa Keli, Mbaenuamuri, Udiworowatu, Witurombaua, dan Desa Kotodirumali, Kcamatan Keo Tengah.
Sekertaris Daerah (Sekda) Kabupaten Nagekeo, Drs. Lukas Mere, yang membuka kegiatan tersebut menyampaikan apresiasi dan dukungannya kepada YPII yang menyelenggarakan kegiatan tersebut.

"Terima kasih kepada YPII yang memfasilitasi program kampanye SCP di tingkat Kabupaten Nagekeo," kataya.
• Kisah Kolonel Dading di Operasi Seroja Timor Timur Kini Timor Leste, Hanya Modal Topi & Celana Jeans
Lukas berharap para kepala desa untuk menerapkan prinsip SCP dan penanganan stunting di masing-masing desa dan menjadikan ini sebagai program prioritas.
Menurut Lukas, program SCP perlu direplikasi dalam RKPD dengan mengundang Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa.
Karena, kata Lukas, perlindungan anak dan pemberdayaan masyarakat ada di dinas tersebut.
Dia mengatakan, kegiatan tersebut mesti dijadikan sebagai program prioritas tidak hanya untuk 10 desa di Nagekeo, tetapi di 97 desa.
"Posyandu juga perlu direvitalisasi. Jangan sampai kasus stunting meningkat karena terbatasnya fasilitas dan kurangnya penyadaran.
• Bapaslon CREDO Resmi Daftar di KPU Ngada, Ito Loko Tidak Hadir
Hal ini akan membahayakan generasi Nagekeo.
Perlu diperhatikan asupan gizi dan makanan tambahan untuk ibu dan bayi," kata Lukas.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo, Ignatia Kuswardhani Anita Settu, S.Si, Apt, dalam materinya tentang 'Pencegahan Stunting Melalui 1000 Hari Pertama Kehidupan', mengatakan stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi.
Menurutnya, stunting adalah kondisi dimana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan ia lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya.
"Penanganan stunting harus sejak dari dalam kandungan. Itu artinya para ibu hamil mesti menjadi subyek pertama yang diperhatikan," katanya.
Ignatia mengatakan, di Nagekeo, banyak ibu hamil yang mengalami anemia.
Hanya sedikit ibu hamil yang Hb darahnya di atas 12.
• Ashanty Curhat Sebagai Ibu Sambung, Aurel Nangis Minta Ditemani di Pelaminan, Gantikan Krisdayanti?
Selebihnya, hampir 90 persen ibu hamil di Nagekeo Hb darahnya di bawah 10.
Dikatakanya, ibu hamil mesti memperhatikan asupan gizi yang cukup.
Pastikan ibu memiliki status gizi baik sebelum dan selama hamil, tidak mengalami kurang energi kronik (KEK) dan anemia.
Setelah melahirkan, katanya, ASI eksklusif harus diberikan sampai usia anak enam bulan.
Pemberian makanan penguatASI dilakukan setelah 6 bulan atau periode 6-24 bulan (540 hari).
Pastikan ibu mengetahui jenis, bentuk (konsistensi), dan frekuensi pemberian makanan yang tepat pada periode ini.
• Blanko E-KTP di Dukcapil Ende Sudah Tersedia, Prioritas Calon Mahasiswa dan Tes TNI-Polri
Selain itu, katanya, ibu diajarkan pemberian makanan mulai dari makanan cair / lumat (6-8 bulan), lembek / lunak / semi padat (8-12 bulan) dan padat (12-24 bulan) terutama makanan yang murah dan bernilai gizi tinggi.
Sementara, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, Kabupaten Nagekeo, Elias Tae, S.Pi, mendorong masyarakat Nagekeo terutama ibu hamil perlu banyak mengkonsumsi ikan untuk mengatasi stunting.
Diakuinya, walaupun kadang harga ikan di Nagekeo mahal pada waktu tertentu, tetapi ikan tetaplah sumber protein yang paling murah dan paling sering dikonsumsi.
Elias mendorong perlunya regenerasi nelayan, karena saat ini, Nagekeo tergolong kabupaten dengan jumlah nelayan yang paling sedikit dan rata-rata usianya sudah tua sehingga sulit untuk mendapatkan tangkapan ikan dalam jumlah banyak.
Menurutnya, faktor tersebut ikut memicu mahalnya harga ikan selain cuaca dan alam.
• Pilkada 2020 - PSI Sumba Timur Arahkan Dukungan ke ULP-YHW
Elias mengapresiasi YPII yang peduli dengan orang muda Nagekeo melalui pelatihan soft skill maupun hard skill dalam sektor pengolahan ikan yang saat ini sedang dilakukan maupun intervensi teknologi tepat guna oleh Kopernik.
Konsultan lokal Proyek Mata Kail Kabupaten Nagekeo, Vitalis Wolo, S.Fil, yang mewakili Manajer Program Mata Kail, Wiwid Widiyanto, menjelaskan kampanye ini untuk mendorong adanya kebijakan penerapan SCP di tingkat desa dan kabupaten, mempromosikan proses pengolahan ikan yang efisien, promosi makan ikan yang berkontribusi pada peningkatan asupan gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu sinergitas dengan stakeholder di tingkat desa, kabupaten.
• Begini Komentar Rizki DA Terkait Isu Keretakan Rumah Tangga Dengan Nadya Mustika
Bentuk konkrit dari sinergitas tersebut dapat dilakukan seperti rangkaian pertemuan, diskusi, sharing pembelajaran dengan stakeholder terkait di tingkat desa dan kabupaten, sehingga dapat merumuskan kebijakan atau rencana aksi bersama.
Vitalis mengatakan, kegiatan itu juga disepakati tindak lanjut kampanye SCP di 10 desa dan promosi pola asuh dan pola makan untuk peningkatan kualitas hidup pada 1000 hari pertama kehidupan bagi orang tua dan pengasuh dengan fasilitatornya adalah para kader Posyandu di desa.
(*)