Berita Timor Leste

Jeremy Teti Ditodong Pistol Saat Liput Konflik Timor Leste, Menolak Beritakan Polisi Bunuh Warga

Pembawa acara Jeremy Teti membagikan pengalaman tak terlupakannya saat meliput secara langsung situasi konflik di Timor Leste pada tahun 1999.

Editor: Hasyim Ashari
Kolase Instagram
Lama Hilang, Kondisi Jeremy Teti Kini, Tak Lagi Mulus, Kini Tampil Sangar, Idap Penyakit Berbahaya 

Hasilnya 344.580 suara (78,5 %) menolak otonomi, 94.388 (21 %) suara mendukung otonomi, dan 7.985 suara dinyatakan tidak valid.

Hasil referendum tersebut kemudian diumumkan secara resmi di Dili pada 4 September 1999, akhirnya masyarakat Timtim memilih untuk memisahkan diri dari Indonesia.

Habibie mengutarakan alasan dan fakta yang sangat cerdas.

1. Alasan Pertama

"Timtim dengan populasi sekitar 700.000 rakyat telah menarik minat dunia. Tapi saya punya 210 juta rakyat. Jika saya biarkan tentara asing mengurus Timtim, secara implisit saya berarti mengakui bahwa TNI tak bisa menjalankan tugasnya dan ini bisa berakibat buruk bagi stabilitas negara. Dan saya tak mau ambil risiko ini."

"Masalah Timor Timur sudah harus diselesaikan sebelum Presiden ke-4 RI dipilih, sehingga yang bersangkutan dapat mencurahkan perhatian kepada penyelesaian masalah nasional dan reformasi yang sedang kita hadapi."

2. Alasan Kedua

Saya menganggap Australia sejak lama telah menjadi 'sahabat' Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan 1945.

"Saya yakin bila saya biarkan tentara Australia masuk ke Indonesia, saya tidak hanya akan menghina dan mempermalukan TNI, tapi juga bila Australia masuk, apa pun keputusannya nanti, yang kalah akan menyalahkan Australia."

Atas alasan cerdas inilah Habibie pun mendapat respons yang baik dari belahan dunia, karena tidak mengandalkan kekerasan dan menumpahkan darah.

Bahkan jika dilihat dari segi ekonomi, Indonesia mendapatkan hal yang baik dari Timor-Timur.

Kini Timor Leste butuh pembangunan di infrastruktur, alhasil tender pembangunan di sana dimenangkan BUMN Indonesia dengan hal ini Indonesia diuntungkan.

Pasalnya, sebagai negara merdeka, mereka tidak memakan dana dari Indonesia. Bahkan mereka mengeluarkan dana untuk keuntungan di pihak BUMN.

Dan apapun yang dikirim ke Timor Leste sekarang menjadi ekspor dan mendapatkan keuntungan devisa bagi negara. (*) 

* Meski sudah 21 tahun berpredikat sebagai negara mandiri, namun Timor Leste masih menjadi negara paling miskin di dunia.

Kondisi kemiskinan yang meluas di negara itulah, kemudian mendorong pemuda Timor Leste  ini untuk pergi merantau. Dan, negara yang dituju adalah Australia.

Kisah pemuda Timor Leste ini merantau ke Australia, menjadi inspirasi bagi generasi muda di negara yang dulunya merupakan provinsi ke-27 di Indonesia itu.

Timor Leste yang pernah menjadi bagian dari Republik Indonesia, kini telah berdiri sendiri menjadi sebuah negara.

Hal itu dimulai 21 tahun silam, tepatnya pada 30 Agustus 1999, setelah referendum yang didukung Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengakhiri konflik yang terjadi sebelumnya.

Meski Timor Leste membutuhkan waktu 3 tahun untuk resmi diakui sebagai negara secara internasional, yaitu pada 2002.

Baru-baru ini negara dengan nama resmi Republik Demokratik Timor Leste ini merayakan 21 tahun kemerdekaanya.

Bagaimana kondisi Timor Leste setelah 21 tahun berdiri sebagai sebuah negara pun mendapat banyak sorotan, terutama bagaimana perekonomian negara ini.

Sayangnya, data menunjukkan bahwa negara ini masih 'terseok-seok', jauh di bawah kawasan maupun dunia.

Mengutip Kompas.com yang melansir laman Heritage, skor kebebasan ekonomi Timor-Leste adalah 45,9.

Hal itu menjadikan Timor Leste menduduki peringkat ke-171 negara di dunia dalam indeks 2020.

Di kawasan Asia-Pasifik, Timor Leste berada di peringkat ke-40 diantara 42 negara dan skor keseluruhannya jauh di bawah rata-rata kawasan maupun dunia.

Perekonomian Timor Leste mencatat sedikit tanda-tanda kebebasan ekonomi sejak dimasukkan dalam Indeks pada tahun 2009.

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)-nya lemah.

Perekonomian negara itu bergantung pada pengeluaran pemerintah yang didanai oleh penarikan dari Dana Perminyakan.

Kini Timor Leste masih menjadi negara paling miskin di dunia.

Negara ini masih mengandalkan pemasukan dari hasil minyak.

Selain itu, seperti banyak negara lainnya, hambatan untuk kebebasan ekonomi pun datang dari korupsi yang merajalela dan tidak efektifnya peradilan, sehingga melemahkan integritas pemerintah.

Di sisi lain, Komisi Antikorupsi independen tidak memiliki kewenangan untuk menangkap atau menuntut. Sebagian besar proses pengadaan publik masih buram.

Sejalan dengan kondisi Timor Leste yang demikian, rupanya semangat juang pemuda negara tersebut tak padam.

Simak Kisah Cornelio Dos Santos Ini

Kisah Pemuda Timor Leste Merantau ke Australia Demi Capai Kemakmuran
Melansir devpolicy.org, Cornelio Dos Santos lahir di Lepo Covalima, sebuah tempat yang membutuhkan perjalanan sehari yang panjang melintasi pegunungan di barat daya dari ibukota Timor Leste, Dili.

Seperti banyak orang lain di Timor-Leste, ia mengungkapkan bahwa keluarganya merupakan keluarga besar.

"Keluarga saya besar dan ketika saya masih kecil kami kebanyakan tinggal di luar negeri. Ayah merawat kebunnya, ibu menjaga kami, anak-anak. Ada banyak dari kita - saya adalah yang tertua dari enam, empat perempuan dan dua laki-laki. Meskipun kami sangat miskin, kami punya waktu, dan satu sama lain. Saya memiliki banyak kenangan indah dari hari-hari itu," tulisnya.

Meski berasal dari keluarga sederhana, namun sebagai anak tertua, Cornelio diupayakan oleh keluarganya untuk mendapatkan pendidikan yang baik.
Awalnya, ia bersekolah di sekolah-sekolah lokal, namun akhirnya ia dan keluarganya memutuskan untuk mengirimnya ke perguruan tinggi pertanian di Maliana.

"Saya berada di sana selama tiga tahun dan itu tidak mudah. Tidak hanya ibu dan ayah yang mengkhawatirkan saya berada jauh dari rumah, tetapi mereka berjuang untuk membayar biaya sekolah," ungkapnya.

Kemudian, ia lulus pada 2013 dengan nilai yang cukup baik untuk memulai kursus agronomi di Universitas Nasonal Timor Leste.

Namun, lagi-lagi masalah ekonomi yang dihadapinya.

"Sekali lagi, uang adalah masalah. Saya tinggal di rumah kost ( kost ) yang harganya $ 50 sebulan! Dalam hal itu, dan segala macam cara lain, Dili mahal, tetapi sekali lagi ayah dan ibu bertekad saya akan lulus," katanya.

Setelah melalui perjalanan panjangnya di Universitas Dili, juga mendapatkan beasiswa satu semester belajar agronomi di Portugal pada 2017, kemudian ia memulai perjalanan lain.

Ia melihat kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan di Australia pada 2019.

"Saya kebetulan melihat pengumuman online dari Sekretaris Negara untuk Pelatihan dan Ketenagakerjaan Kejuruan (SEFOPE) yang mengatakan mereka sedang mencari orang untuk bekerja di Australia selama tiga tahun dengan Skema Perburuhan Pasifik (PLS) )," katanya.

Rupanya keberuntungan memihak pemuda ini, dan ia tiba di Warrnambool, Australia pada Agustus 2019.

"Saya menikmati waktu saya di Australia sejauh ini. The landscape di sekitar kita indah," ungkapnya berpendapat tentang tempat tinggalnya kini.

Setelah perjalanan panjang itu, rintangan tak berhenti dihadapi Cornelio.

Kini ia harus merasakan tinggal di negara lain dengan menghadapi pandemi Covid-19.

"Adapun bagaimana perasaan kami tentang itu semua - itu menantang. Kita tidak bisa bergerak seperti yang kita bisa sebelum pandemi sehingga kita cenderung menghabiskan lebih banyak waktu di akomodasi kita," ungkapnya.

Pemuda ini mengakui bagaimana kerinduannya terhadap keluarganya di kampung halaman.

"Di saat-saat seperti ini kami terutama merindukan keluarga kami, tetapi tentu saja mengunjungi mereka juga tidak mungkin," katanya.

Ia pun memiliki cita-cita untuk kembali ke Timor Leste memanfaatkan gelarnya di bidang agronomi.

"Saya belum punya istri atau anak, jadi hal pertama adalah membangun rumah baru untuk orang tua saya dan berinvestasi dalam bisnis pertanian, sesuatu yang kecil pada awalnya,"

"Mereka adalah petani dan saya memiliki gelar di bidang agronomi. Kita bisa membangunnya. Saya juga ingin mendapatkan gelar Master saya.

"Saya percaya bahwa jika kita ingin beralih dari kemiskinan menuju kemakmuran, diperlukan inisiatif dan disiplin.

"Rencana saya adalah bekerja sekeras yang saya bisa selama di sini, baik menabung maupun mengirim kembali," ungkapnya. 

* Dulu Ngotot Pisah,Kini Warga Timor Leste Mau Bersatu Lagi dengan Indonesia,BANK DUNIA Ungkap Alasan

Masih jelas dalam ingatan katika warga Timor Leste ngotot ingin pisah dari Indonesia. 
Bahkan Timor Leste menilah Indonesia sebagai negara penjajah.

Melalui refrendum yang dimotori Australi dan Portugal, tepat tanggal 30 Agustus 1999 Timor Leste resmi berpisah dari Indonesia. 

Kini 21 tahun sudah Timor Leste berdiri sendiri sebagai negara merdeka. Namun bukannya makmur, Timor Leste malah terpuruk menjadi negara termiskin di dunia.

Meski telah menjadi provinsi ke-27 kala itu, gejolak yang terjadi selama 25 tahun di kawasan tersebut membuat mereka ingin menjadi negara merdeka.

Refrendum pun dilaksanakan dengan dukungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengakhiri konflik berdarah di sana.

Atau tepatnya pada tahun 2002, selepas referendum diadakan di wilayah yang dulunya bernama Timor Timur tersebut.

Ternyata meski telah menjadi sebuah negara sendiri selama 21 tahun, fakta menarik terungkap akhir-akhir ini.

Banyak isu mengenai warga negara Timor Leste memilih untuk bergabung dengan Indonesia kembali bila diberi kesempatan kedua.

Hal tersebut pun menggemparkan banyak pihak lantaran getolnya warga Timor Leste pada akhir abad ke 20 lalu yang menginginkan kemerdekaan sebagai sebuah negara.

Namun ternyata fakta yang diungkap oleh bank dunia ini menjadi bukti kuat alasan banyak warga Timor Leste ingin kembali ke pelukan Ibu Pertiwi.

Mengutip dari Kompas.com yang melansir dari laporan United National Development Programme (UNDP), Timor Leste berada di peringkat 152 negara sebagai negara termiskin di dunia dari 162 negara.

Hal itu sangat jomplang dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Laman Heritage bahkan menyebutkan skor kebebasan ekonomi Timor Leste adalah 45,9.

Skor tersebut menjadikan negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia tersebut menduduki peringkat 171 negara di dunia dalam indeks 2020.

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di Timor Leste diungkap sebagai sebabnya, lantaran lemah meski ada peningkatan sejak tahun 2009.

Tak hanya itu saja, perekonomian negara tersebut hanya bergantung pada pengeluaran pemerintah.

Sedang dana masuknya hanya diperoleh dari Dana Perminyakan saja.

Dengan kata lain seperti apa yang diungkap dari laporan resmi Bank Dunia tahun 2020, menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Timor Leste paling lambat dibanding dengan negara Asia Tenggara lainnya.

Oleh sebab itu, negara dengan nama resmi Republica Democratica de Timor Leste masuk dalam daftar negara paling miskin di dunia.

Angka PDB per kapita Timor Leste diperkirakan akan mencapai 2.356 dollar AS atau sekitar Rp 34,23 juta (kurs Rp 14.532) pada Desember 2020.

Capaian itu masih di bawah pendapatan per kapita Indonesia pada tahun 2019 lalu sebesar 4.174,9 dollar AS atau sekitar Rp 60 juta.

Sejumlah sektor ekonomi Timor Leste sebenarnya masih sangat bergantung pada Australia dan Indonesia, terutama barang-barang impor.

Timor Leste sendiri masih mengandalkan pemasukan dari hasil minyak.

Pada tahun 2019 lalu, produksi minyak Timor Leste mencapai 38 juta barel setara minyak (BOE) yang banyak dikerjasamakan dengan Australia.

Sementara itu, mengutip data Timor Leste Economic Report yang dirilis Bank Dunia pada April 2020, ekonomi Timor Leste bakal semakin terpuruk di 2020 karena pandemi virus corona (Covid-19) dan kondisi politik yang belum stabil.

Pemerintah Timor Leste sudah mencairkan dana sebesar 250 juta dari Petroleum Fund di mana 60 persennya digunakan untuk penanganan Covid-19.

Hambatan lain untuk kebebasan ekonominya adalah korupsi yang merajalela dan tidak efektifnya peradilan, sehingga melemahkan integritas pemerintah.

* Rakyat Timor Leste Kini Nyesal Sampai Ingin Kembali ke NKRI, Bank Dunia Ungkap Alasan, Negara Termiskin  

Timor Leste kini sudah resmi menjadi negara merdeka. Sudah 21 Tahun, sejak jejak pendapat akhir Agustus 2019 lalu

Hasil jejak pendapat yang dihitung di Australia secara tertutup itu adalah  76 persen warga Timor Leste memilih menolak otonomi khusus yang ditawarkan pemerintah  Indonesia

Pemerintah Indonesia mulai meninggalkan Timor Leste pada Oktober 1999 disusuk masuknya pasukan Australia dibawa kendali PBB yang disebut INTERFET

30 Agustus 1999 menjadi hari bersejarah bagi negara tetangga Indonesia yang berbatasan langsung ini.

Tepat 21 tahun lalu, Timor Leste mengadakan jajak pendapat atau referendum untuk memilih melepaskan diri atau tetap bersama Indonesia.

Meski telah menjadi provinsi ke-27 kala itu, gejplak yang terjadi selama 25 tahun di kawasan tersebut membuat mereka ingin menjadi negara merdeka.

Referendum pun dilaksanakan dengan dukungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengakhiri konflik berdarah di sana.

Meski telah mejadi negara merdeka dan terlepas dari Indonesia, Timor Leste baru mendapatkan pengakuan dunia 3 tahun kemudian.

Atau tepatnya pada tahun 2002, selepas referendum diadakan di wilayah yang dulunya bernama Timor Timur tersebut.

Ternyata meski telah menjadi sebuah negara sendiri selama 21 tahun, fakta menarik terungkap akhir-akhir ini.

Banyak isu mengenai warga negara Timor Leste memilih untuk bergabung dengan Indonesia kembali bila diberi kesempatan kedua.

Hal tersebut pun menggemparkan banyak pihak lantaran getolnya warga Timor Leste pada akhir abad ke 20 lalu yang menginginkan kemerdekaan sebagai sebuah negara.

Namun ternyata fakta yang diungkap oleh bank dunia ini menjadi bukti kuat alasan banyak warga Timor Leste ingin kembali ke pelukan Ibu Pertiwi.

Mengutip dari Kompas.com yang melansir dari laporan United National Development Programme ( UNDP ), Timor Leste berada di peringkat 152 negara sebagai negara termiskin di dunia dari 162 negara.

Hal itu sangat jomplang dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Laman Heritage bahkan menyebutkan skor kebebasan ekonomi Timor Leste adalah 45,9.

Skor tersebut menjadikan negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia tersebut menduduki peringkat 171 negara di dunia dalam indeks 2020.

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di Timor Leste diungkap sebagai sebabnya, lantaran lemah meski ada peningkatan sejak tahun 2009.

Tak hanya itu saja, perekonomian negara tersebut hanya bergantung pada pengeluaran pemerintah.

Sedang dana masuknya hanya diperoleh dari Dana Perminyakan saja.

Dengan kata lain seperti apa yang diungkap dari laporan resmi Bank Dunia tahun 2020, menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Timor Leste paling lambat dibanding dengan negara Asia Tenggara lainnya.

Oleh sebab itu, negara dengan nama resmi Republica Democratica de Timor Leste masuk dalam daftar negara paling miskin di dunia.

Angka PDB per kapita Timor Leste diperkirakan akan mencapai 2.356 dollar AS atau sekitar Rp 34,23 juta (kurs Rp 14.532) pada Desember 2020.

Capaian itu masih di bawah pendapatan per kapita Indonesia pada tahun 2019 lalu sebesar 4.174,9 dollar AS atau sekitar Rp 60 juta.

Sejumlah sektor ekonomi Timor Leste sebenarnya masih sangat bergantung pada Australia dan Indonesia, terutama barang-barang impor.

Timor Leste sendiri masih mengandalkan pemasukan dari hasil minyak.

Pada tahun 2019 lalu, produksi minyak Timor Leste mencapai 38 juta barel setara minyak (BOE) yang banyak dikerjasamakan dengan Australia.

Sementara itu, mengutip data Timor Leste Economic Report yang dirilis Bank Dunia pada April 2020, ekonomi Timor Leste bakal semakin terpuruk di 2020 karena pandemi virus corona (Covid-19) dan kondisi politik yang belum stabil.

Pemerintah Timor Leste sudah mencairkan dana sebesar 250 juta dari Petroleum Fund di mana 60 persennya digunakan untuk penanganan Covid-19.

Hambatan lain untuk kebebasan ekonominya adalah korupsi yang merajalela dan tidak efektifnya peradilan, sehingga melemahkan integritas pemerintah. 

* Lepas Dari Indonesia, Timor Dikuras Australia Kini Bersiap Masuk Jebakan Hutang China, Siap Dikuasai Asing Lagi

Nasib masyarakat Timor Leste seperti sedang dipermainkan bangsa-bangsa lain. Negara ini ngotot ingin lepas dari bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI )

Setelah merdeka, kekayaan Timor Leste dikeruk habis oleh Australia, kini negara miskin ini menjadi incaran jebakan hutang dari China

Bila negara ini tak sanggup membayar hutang, maka China akan lebih gampang mengusai Timor Leste 

Timor Leste negara ini mungkin telah 18 tahun merdeka dari Indonesia, tetapi situasi ekonominya belum mengalami perkembangan.

Bahkan negara ini menjadi salah satu negara termiskin di Asia Tenggara, sehingga membutuhkan dana besar untuk melakukan pembangunan.

Sementara itu, negeri itu dikenal memang amat dekat dengan Australia, namun secara terselubung Timor Leste juga menjalin hubungan dengan China.

Menurut sebuah sumber, China sempat mengekspor barang setidaknya 160 dollar AS dari China dan Hong Kong.

Sementara itu, Timor Leste juga pernah meminta bantuan ke China ketika hubunganya dengan Australia cukup memanas.

Menurut The Strategist, Timor Leste melakukan pertemuan dengan China untuk meminta melatih perwira angkatan lautnya.

Kemudian, Timor Leste juga membeli dua kapal patroli Shanghai dari China.

Sementara itu, hubungan Timor Leste dan China tampaknya juga berpengaruh pada sistem ekonomi di mana negeri itu, membutuhkan suntikan dana untuk membangun negerinya.

Dikatakan, Timor Leste mengontrak perusahaan China tahun 2017, untuk membangun proyek infrastruktur besar.

Terasuk jaringan listrik tegangan tinggi nasional, dan jalan raya selatan negara.

Kemudian, Timor Leste juga mengontrak perusahaan China Harbour Enginering Company untuk membangun pelabuhan kontainer besar di Teluk Tibar.

China telah menyediakan dana untuk pembangunan kantor modern, bagi Kementerian Luar Negeri dan Pertahanan Timor Leste, serta istana kepresidenan dan pasukan pertahanan.

Investasi ini secara tidak langsung mempengaruhi gejolak politik di Timor Leste, meski anggapan itu dibantah keras oleh Presiden Jose Ramos Horta melalui South China Morning Post.

Dia mengatakan, hubungan China dan Timor Leste terlalu dibesar-besarkan, dia menambahkan China perlu berbuat banyak untuk membantu negaranya.

Selain itu, diketahui China merupakan negara pertama yang membuka hubungan dengan Timor Leste, pasca kemerdekaanya tahun 2002.

China juga salah satu dari sedikit negara yang memberikan dana dan pasokan senjata bagi milisi Timor Leste ketika mencoba melepaskan diri dari Indonesia sejak 1975.

Sejarah panjang hubungan Timor Leste dan China itu membuka spekulasi bahwa Bumi Lorosae, bisa saja masuk ke dalam jebakan utang China

Kehadiran China di Pasifik Asia, melalui Inisiatif Road and Belt, mebuat Timor Leste menjadi sasaran empuk tawaran utang China.

Tahun 2016, China dan Timor Leste menandatangani pinjaman senilai 50 juta Dollar AS dari Bank Ekspor-Impor China untuk merehabilitasi sistem drainase Dili.

"China bukan datang untuk membantu, tetapi bekerja sama dengan Timor Lorosae sebagai mitra yang setara dalam pembangunan Timor Timor," kata duta besar China, Liu Hongyang.

Tetapi kesepakatan itu ditolak oleh Pengadilan Audit Timor Leste, namun itu hanya satu kesepakatan yang gagal.

Tahun 2017, Timor Leste menjadi anggota Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), bank pembangunan yang berbasis di Beijing.

Tak hanya itu, kantor berita Macau, melaporkan 2018, negosiasi sedang dilakukan untuk membangun jalur penerbangan Timor Leste dan Guangzhou di China selatan.

Beberapa perusahaan berbasis di Macau termasuk Charlestrong Enginering Technology and Consulting Ltd, sedang membangun resort di wilayah khusus.

Desas-desus menyebutkan, hubungan Timor Leste dan China bukan mengarah ke Beijing tetapi ke Macau, wilayah administratif Khusus China yang juga wilayah Portugis hingga 1999.

Sebagai sama-sama bekas jajahan Portugis, Timor Leste mengambil bagian dalam banyak acara multilateral yang diselenggarakan di Macau.

* Timor Leste Percaya Diri Lepas dari NKRI Karena Punya Minyak Bumi, Kini Sudah Habis, Jadi Negara Miskin

Semasa menjadi bangian dari Negara Kestuan Republik Indonesia, Timor Leste saat itu masih bernama Timor Timur

Wilayah di bagian Timur Pulau  Timor itu pun berjuang berupaya keras melepaskan diri dari Indonesia dengan memintah dukungan internasional

Negara Australia , Selandia Baru dan negara-negara Eropa akhirnya ikut campur hingga wilayah itu lepas dari Indonesia

Setelah merdeka, Australia salah satu sponsor Timor Leste saat melawan Indonesia ternyata punya niat busuk yaitu ingin mengusai kekayaan bumi Lorosae

Kini Timor Leste hanya bisa menjadi negara miskin dengan penganggran yang sangat besar. Negara ini bersama negara miskin lainnya hanya berharap bantuan dari negara lain

Pandemi virus corona membawa ekonomi banyak negara ke jurang kehancuran, terutama ekonomi negara-negara Pasifik.

Sudah 20 Tahun Merdeka Timor Leste Tak Sanggung Obati Penyakit Warganya Sampai Minta Bantuan Indonesia (via sosok grid.internatinal.la-croix.com)
Tak seperti Asia Timur, yang telah mengubah dirinya menjadi kekuatan ekonomi yang maju selama 40 tahun terakhir, pendapatan per kapita di Papua Nugini (PNG) saat ini dan kepulauan Pasifik tidak jauh lebih tinggi daripada tahun 1980.

Pendapatan per kapita Timor-Leste pun tidak jauh lebih tinggi dari pada saat kemerdekaan.

Timor Leste resmi memisahkan diri dari Indonesia pada 20 Mei 2002 atau pasca-refrendum.

Tingkat pengangguran yang tinggi dan sistem kesehatan yang lemah membuat wilayah kepulauan Pasifik sangat rentan terhadap pandemi Covid-19.

Pertumbuhan ekonomi di masing-masing negara di wilayah kepulauan Pasifik selama lima tahun terakhir ditunjukkan pada gambar di bawah ini. 

World Development Indicators and country documents
Pertumbuhan PDB riil rata-rata tahunan di Pasifik, lima tahun terakhir.

Fiji adalah salah satu yang menonjol, tetapi pertumbuhannya telah melambat sejak 2018.

Negara lain menunjukkan pertumbuhan rata-rata baru-baru ini sekitar 1% atau kurang.

Dan kemudian datanglah pandemi. Gambar di bawah ini menunjukkan pertumbuhan PDB untuk tahun berjalan pada 14 negara, pertama seperti yang diproyeksikan sebelum Covid dan kemudian sejak Covid muncul.

ADB Pacific Economic Monitor, July 2020 and ADO 2019 Update; various country documents
Pertumbuhan ekonomi di Pasifik: sebelum dan sesudah COVID

Secara keseluruhan, perbedaannya sangat mencolok, dan beberapa angka pasca-Covid masih terlihat optimis.

Kisarannya juga mencolok: Tuvalu dan Kiribati masih diproyeksikan tumbuh pada tahun 2020, sementara negara lain akan mengalami kontraksi mulai dari ringan hingga masif.

Meski banyak sektor hancur setelah pandemi, namun banyak juga harga komoditas yang bertahan, termasuk kayu, kopi dan tuna, meskipun tidak untuk minyak dan gas, dan minyak sawit.

Jatuhnya harga minyak dan gas merupakan hal yang baik bagi sebagian besar negara Pasifik, yang merupakan importir minyak.

Sementara Timor-Leste, hampir kehabisan minyak untuk dijual (hanya mengekspor $ 40 juta minyak pada tahun 2018, lebih sedikit dari yang diperoleh negara dalam pengiriman uang).

Ketergantungan bantuan daerah menjadi kekuatan saat ini.

Sepuluh negara kepulauan Pasifik dan Timor-Leste berada di 20 besar negara yang bergantung pada bantuan di dunia.

Tak terasa, ternyata Timor Leste sudah lepas dari Indonesia dan menjadi negara sendiri sejak 20 tahun silam. 

Pelepasan Timor Leste yang dulunya disebut sebagai Timor Timur itu memang berdarah-darah. Pasalnya, banyak korban berjatuhan pasca jajak pendapat itu.

Untuk diketahui, Timor Leste resmi pisah dari Indonesia pada masa pemerintahan Presiden BJ Habibie.

Presiden BJ Habibie memutuskan melepas Timor Leste setelah melalui berbagai pertimbangan.
Namun demikian, Timor Leste sebenarnya belum seutuhnya merdeka. Hingga saat ini Timor Leste masih disebut-sebut sebagai negara 'jajahan' Australia. 

Begini ceritanya. pada 20 tahun silam, pasukan penjaga perdamaian internasional yang dipimpin Australia atau dikenal dengan INTERFET tiba di Timor-Leste.

Australia merupakan negara yang memimpin pasukan penjaga perdamaian yang berasal dari 22 negara tersebut.

Dilansir oleh Crikey.com.au, John Howard menyebut intervensi itu sebagai "kemenangan kebijakan luar negeri yang signifikan" dan mengatakan ia tidak akan mengubah apa pun tentang itu, dan tentara Indonesia menarik diri sepenuhnya pada akhir Oktober.

Karena intervensi tersebut bahkan personel pertahanan Australia mendapat pujian.

Meski demikian sebenarnya INTERFET hanyalah sebagian kecil dari kisah Australia dengan Timor-Leste.

Setelah lebih dari 78% orang Timor memilih merdeka dalam referendum pada 30 Agustus 1999, milisi paramiliter pro-Indonesia yang marah, menanggapinya dengan kekerasan.

Secara sistematis, mereka meruntuhkan kota, membakar bangunan, dan menyerang serta membunuh orang.

Sekitar 1500 warga Timor diperkirakan tewas dalam kekerasan itu, puluhan ribu meninggalkan rumah mereka ke gunung-gunung, dan pasukan Indonesia memaksa lebih dari 300.000 orang melewati perbatasan darat ke Timor Barat.

Kemarahan internasional tersebut akhirnya memaksa pendirian INTERFET.

Pemain kunci dalam keputusan untuk campur tangan - membalikkan satu dekade kebijakan luar negeri yang ambivalen yang lebih suka melupakan masalah Timor-Leste dan melangkah masuk.

Tidak ada pertanyaan bahwa INTERFET bekerja dengan baik.

Tetapi keputusan Australia untuk pergi ke Timor-Leste tidak hanya berprinsip ingin mengamankan kedaulatan negara tetangganya yang masih baru.

Perebutan Minyak di Timor Leste

Hanya dua bulan sebelum kemerdekaan penuh Timor-Leste dipulihkan, Australia menarik pengakuannya atas yurisdiksi Mahkamah Internasional untuk menyelesaikan perselisihan batas laut.

Itu merupakan jenis diskusi yang tepat yang perlu dikumpulkan oleh Timor-Leste tentang cadangan minyak dan gas yang menguntungkan terkubur jauh di dalam Laut Timor.

Bebas dari pandangan adjudicator independen, Australia mengambil pendekatan bullish dalam negosiasi atas kekayaan minyak dan gas multi-miliar dolar Laut Timor.

Negosiasi menghasilkan beberapa perjanjian untuk menggunakan sumber daya, tetapi tidak ada batas permanen.

Australia ingin menghindari adanya batas karena mereka tahu mereka mengklaim sumber daya yang bukan haknya untuk diambil.

Namun, jika ada batasan, hak pengambilan sumber daya itu akan jatuh secara sah ke tangan Timor-Leste.

Jadi, Australia telah membuat rencana untuk menghindarinya.

Tapi, rencana tersebut digagalkan.

Pada 2012, mantan perwira intelijen ASIS yang dikenal sebagai Witness K mengungkapkan bahwa Australia telah menyadap ruang-ruang di Timor-Leste untuk mendapatkan keuntungan dalam negosiasi itu.

Saat adanya renovasi pembangunan yang didanai bantuan, Australia mengirim teknisi untuk memasang alat-alat pendengaran agar Australia mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk mengubah negosiasi dengan cara mereka.

Timor-Leste kemudian merobek-robek perjanjian “Pengaturan Maritim Tertentu di Laut Timor” (CMATS) dan membawa Australia ke Den Haag untuk konsiliasi.

Langkah itu pada akhirnya akan menarik batas maritim bersejarah yang permanen di tengah Laut Timor, menempatkan hampir semua sumber daya daerah yang sangat berharga di pihak Timor-Leste.

Di depan umum, Australia memuji perjanjian "landmark" tersebut.

Namun, secara sepihak, mereka berencana menuntut orang-orang yang mengatakan kebenaran: Witness K dan pengacaranya Bernard Collaery yang kemudian menghadapi dakwaan.

Perdana Menteri Timor-Leste saat itu, Mari Alkatiri, menyebut penyadapan itu sebagai "kejahatan", yang ditanggapi oleh Alexander Downer dengan menuduh Timor-Leste menyebut  Australia pengganggu.

Yang merupakan kesalahan, menteri berkata, "ketika Anda mempertimbangkan semua yang telah kami lakukan untuk Timor Timur".

Bantuan Australia sebelumnya, menurut Downer, melisensikan Australia untuk memperlakukan Timor-Leste seperti yang Australia inginkan setelah pasukan INTERFET pergi. Ini termasuk memaksa persetujuan untuk pencurian minyak yang dilakukan Australia.

Kembali ke Dili

Tahun 2019 lalu, PM Australia Scott Morrison dan Cosgrove menerima undangan Timor-Leste untuk menyaksikan perayaan hari referendum Timor-Leste (dikabarkan 100 kepala negara diundang).

Mereka akan disambut dengan hangat di Dili, datang untuk menghargai bantuan INTERFET, dan untuk memperkuat peran Australia sebagai donor bantuan asing terbesar di Timor-Leste; serta di atas kertas, tetangga dekat yang ingin melihat Timor-Leste berkembang.

Tetapi Witness K dan Collaery terjebak dalam proses hukum yang berlarut-larut dan membingungkan.

Perjanjian perbatasan yang dimenangkan dengan pahit tetap tidak diratifikasi oleh parlemen Australia, dan sampai saat itu, Australia terus memperoleh jutaan dolar per bulan dari Laut Timor yang telah disepakati bukan milik Australia.

Diperkirakan secara konservatif $ 60 juta, jumlah yang Australia ambil melebihi jumlah bantuan asing senilai $ 95,7 juta yang telah Australia janjikan ke Timor-Leste antara 2018 dan 2019.

Pada penandatanganan perjanjian perbatasan pada bulan Maret tahun 2018, Julie Bishop memuji "babak baru" dalam hubungan bilateral.

Dia benar: Australia telah membalik halaman kemuliaan INTERFET, dan sekarang hanya melihat kisah menyedihkan mencuri kekayaan, memata-matai teman dan menuntut orang-orang yang berani mengatakan yang sebenarnya.

Australia Bantu Timor Leste

Portugal dan Australia dikenal sebagai negara yang ikut andil dalam kemerdekaan Timor Leste dari Indonesia.

Australia membantu Timor Timur untuk lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Meski demikian, dua negara tersebut pernah bersitegang di tahun 2004 silam.

Sebab Bumi Lorosae, negara yang baru seumur jagung itu disadap oleh Australia di kantor kabinetnya.

Australia digadang-gadang memiliki agenda terselubung di balik alasan membantu kemerdekaan Timor Leste.

Salah satunya yakni agar mendapat manfaat teritorial laut antara Australia dan Timor Leste tanpa adanya campur tangan Indonesia.

Namun, negara itu ternyata juga menjadi musuh dalam selimut bagi Timor Leste.

Penyadapan yang dilakukan Australia membuat hubungan kedua negara semakin tegang, sehingga Timor Leste pernah dikatakan berakhir meminta bantuan Australia.

Mengutip The Strategist, pasca penyadapan tersebut, Timor Leste meminta bantuan ke China.

Permintaan itu dibuat oleh Menteri Pertahanan dan Keamanan Timor Leste, Filomeno Paixao.

Pembicaaran itu dilakukan dengan Laksamana Muda Yu Wenbing dari Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA).

Pembicaraan berlangsung selama kunjungan ke Dili untuk melatih Angkatan Laut Timor Leste, dua negara tersebut berdiskusi soal kapal perang China.

Hal itu membuat Australia resah, karena pengaruh militer Beijing yang mulai tumbuh di Dili.

Permintaan China untuk melatih perwira Angkatan Laut Timor, dikonfirmasi oleh sumber pertahanan lokal.

Perwira dengan awak kapal Qi Jiguang, yang berbobot 5.548 ton, dan sebuah kapal pelatihan Type-679, menerima sambutan gala saat kapal itu dibawa ke Dili.

Kapal patroli kelas Shanghai, adalah satu dari dua yang dibeli Timor Leste dari China pada tahun 2008 untuk melindungi wilayah maritimnya.

Kunjungan kapal perang China itu dianggap sensitif oleh Australia, membuat Perdana Menteri Australia Scott Morison melakukan kunjungan ke Timor Leste.

Kunjungan Morison salah satunya adalah agenda untuk memperkuat pengaruhnya.

Morrison juga berjanji memberikan paket langkah dukungan maritim untuk dukungan peningkatan pelabuhan angkatan laut kecil di Hera, timur Dili.

Hera akan menjadi pelabuhan rumah bagi dua kapal patroli kelas Guardian baru yang diberikan kepada Timor Leste di bawah Program Keamanan Maritim Pasifik Canberra, dengan pengiriman hingga 2023.

Timor Leste menjadi satu dari 13 negara yang menerima kapal patroli, yang akan dibangun di halaman Austal di Australia Barat.

Progam ini merupakan bagian dari insentif maritim, untuk memanfaatkan kekuatan lunak di kawasan Asia-Pasifik untuk melawan pengaruh investasi China.

Meski demikian, bagi Timor Leste membangun hubungan dengan China, dianggap sebagai nilai yang berguna, dalam segi ekonomi dan pertahanan.

Tetapi Australia juga tidak selamanya buruk bagi Timor Leste, karena Dili menyambut baik kapal pemberian Australia itu untuk meningkatkan kemanan negerinya.

Brigadir Jenderal Falur Rate Laek, dari Angkatan Pertahanan Timor Leste, menyebut ketegangan dengan Australia tidak mempengaruhi kerja sama antara kedua negara itu. (*)

Sebagian artikel ini sudah tayang di Grid.ID dengan judu: Ekonominya 'Jalan di Tempat' Sejak Lepas dari Indonesia, Timor Leste Kini Sampai Kehabisan Minyak untuk Dijual Gara-gara 'Badai' Covid-19  https://intisari.grid.id/read/032296079/ekonominya-jalan-di-tempat-sejak-lepas-dari-indonesia-timor-leste-kini-sampai-kehabisan-minyak-untuk-dijual-gara-gara-badai-covid-19?page=all

Sebagian artikel ini sudah tayang di Intisari.Grid.ID dengan judul: Terkuak! Ada Campur Tangan China di Timor Leste Untuk Merdeka dari Indonesia, Setelah Merdeka Dapat Suntikan Dana China Tanpa Pikirkan Dampaknya https://intisari.grid.id/amp/032307533/terkuak-ada-campur-tangan-china-di-timor-leste-untuk-merdeka-dari-indonesia-setelah-merdeka-dapat-suntikan-dana-china-tanpa-pikirkan-dampaknya?page=all

Artikel ini telah tayang di Grid.ID dengan judul: 21 Tahun Negaranya Merdeka Ini Kisah Pemuda Timor Leste Merantau Ke Australia Demi Capai Kemakmuran: https://intisari.grid.id/read/032316058/21-tahun-negaranya-merdeka-ini-kisah-pemuda-timor-leste-merantau-ke-australia-demi-capai-kemakmuran?page=all

Artikel ini telah tayang di Grid.ID dengan judul: Di Masa Pemerintahannya Timor Leste Lepas Dari Indonesia Ternyata Ini Alasan Cerdas BJ Haibie Biarkan Provinsi ke-27 RI Itu Merdeka:  https://intisari.grid.id/read/032316149/di-masa-pemerintahannya-timor-leste-lepas-dari-indonesia-ternyata-ini-alasan-cerdas-bj-habibie-biarkan-bekas-provinsi-ke-27-ri-itu-merdeka?page=all

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jeremy Teti Cerita Ditodong Pistol Saat Meliput Konflik di Timor Leste", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/hype/read/2020/08/27/195500966/jeremy-teti-cerita-ditodong-pistol-saat-meliput-konflik-di-timor-leste?page=all#page2

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved