Timor Leste
Dulu Dibantu Militer Australia Merdeka dari RI, Sekarang Bagaimanakah Kekuatan Militer Timor Leste?
Dulu Dibantu Militer Australia Merdeka dari RI, Bagaimana Kekuatan Militer Timor Leste Sekarang?
Atas permintaan Dili, Pasukan Stabilisasi Internasional (ISF) yang dipimpin Australia dikerahkan ke Timor Timur, dan Dewan Keamanan PBB membentuk Misi Terpadu PBB di Timor Leste (UNMIT), yang mencakup kehadiran polisi resmi lebih dari 1.600 personel.
ISF dan UNMIT memulihkan stabilitas, memungkinkan pemilihan presiden dan parlemen pada tahun 2007 dalam suasana damai.
Pada Februari 2008, sebuah kelompok pemberontak melancarkan serangan yang gagal terhadap presiden dan perdana menteri.
Pemimpinnya tewas dalam serangan itu, dan sebagian besar pemberontak menyerah pada April 2008.
Sejak serangan itu, pemerintah telah menikmati salah satu periode terlama stabilitas pasca-kemerdekaan, termasuk pemilihan umum 2012 yang sukses untuk parlemen dan presiden dan transisi kekuasaan yang sukses pada Februari 2015.
Pada akhir 2012, Dewan Keamanan PBB mengakhiri misi penjaga perdamaiannya di Timor Leste dan baik ISF maupun UNMIT meninggalkan negara itu.
Pemilihan parlemen awal pada musim semi 2017 akhirnya menghasilkan pemerintahan mayoritas setelah berbulan-bulan mengalami kebuntuan.
Saat ini, pemerintah merupakan koalisi tiga partai dan presiden merupakan anggota partai oposisi.
Pada 2018 dan 2019, konfigurasi ini menghalangi nominasi untuk posisi kementerian utama dan memperlambat kemajuan pada masalah kebijakan tertentu.
Kekuatan Militer
Dilansir dari The Odora, kekuatan Militer Timor Leste terdiri dari F-FDTL (Forcas de Defesa de Timor Leste) yang tugasnya menjaga pertahanan negara.
Lalu ada F-FNTL atau Policia Nacional De Timor Leste (PNTL) yang lebih mengkhususkan dirinya di dalam negeri.
• 3 Anaknya Lakukan Ini, Maia Estianty Murka Sampai Keluarkan Kalimat Menohok Ini, Irwan Mussry Syok
Namun keduanya sebagaimana dilansir Wikiwand, mempunyai peranan yang tumpang tindih sehingga menyebabkan ketegangan antar layanan.
Bahkan itu diperburuk oleh moral yang buruk dan ketidakdisiplinan dalam F-FDTL.
Masalah F-FDTL memuncak pada tahun 2006 ketika hampir separuh pasukan dibubarkan menyusul protes atas diskriminasi dan kondisi yang buruk.