Breaking News

Ibu Tien

Banyak yang Lupa, Hari Ini 23 Agustus 1923 Siti Hartinah Lahir, Sosok Akrab Disapa Ibu Tien Soeharto

Hari Ini 23 Agustus 1923 Siti Hartinah Lahir, Sosok yang Akrab Disapa Ibu Tien Soeharto

Editor: Bebet I Hidayat
tribunnews.com
Ibu Tien Soeharto 

POS-KUPANG.COM - Lahir di Jaten, Karanganyar, Jawa Tengah, pada 23 Agustus 1923, Siti Hartinah masih berdarah bangsawan. 

Raden Ayu (RA) Siti Hartinah wafat karena penyakit jantung di Jakarta, pada 28 April 1996.

Perempuan yang kerap disapa Ibu Tien ini merupakan istri dari presiden kedua indonesia, Suharto.

24 Tahun Jadi Misteri, Jenderal Polisi ini Ungkap Penyebab Kematian Ibu Tien Soeharto

Selamat Ulang Tahun Ibu Tien Soeharto, Ini Deretan Penghargaan Luar Biasa yang Diraih Bikin Bangga

Siti Hartinah merupakan anak kedua pasangan KPH Sumoharyomo dan KRAy Hatmanti Hatmohudoyo.

Dari garis ibu, Siti Hartinah merupakan canggah Mangkunagara III.

Siti Hartinah menikah dengan Suharto pada 26 Desember 1947 di Surakarta.

Siti diberi gelar sebagai pahlawan nasional Indonesia tak lama setelah kematiannya.

Ir. Soeharto dengan istrinya, Tien Soeharto
Ir. Soeharto dengan istrinya, Tien Soeharto (net)

Semaca kanak-kanak, Siti Hartinah berpindah-pindah mengikuti penempatan tugas sang Ayah sebagai pamong praja.

Siti Hartinah bepindah mulai dari Klaten, Jumapolo, Matesih, Solo, kemudian ke daerah Kerjo, Kabupaten Karanganyar.

Siti Hartinah juga sempat diadopsi oleh teman sang Ayah, Abdul Rachman.

Namun karena terserang penyakit cacar, Siti Hartinah dikembalikan ke keluarganya.

Pendidikan

Siti Hartinah mengawali pendidikannya di Sekolah Dasar Dua Tahun (Sekolah Angko Loro).

Kemudian Siti Hartinah melanjutkan ke Hollandsch Inlandsche School (HIS) hingga 1933.

Ketika masih di bangku sekolah, Siti Hartinah mengikuti kursus membatik dan mengetik.

Presiden <a href='https://kupang.tribunnews.com/tag/soeharto' title='Soeharto'>Soeharto</a> menandatangani sampul hari pertama Perangko Seri <a href='https://kupang.tribunnews.com/tag/ibu-tien' title='Ibu Tien'>Ibu Tien</a> <a href='https://kupang.tribunnews.com/tag/soeharto' title='Soeharto'>Soeharto</a> yang diterbitkan PT Pos Indonesia dalam rangka memperingati 100 hari wafatnya Ny Tien <a href='https://kupang.tribunnews.com/tag/soeharto' title='Soeharto'>Soeharto</a>, di kediamannya Jl Cendana, Jakarta, Senin (5/8). Usulan menerbitkan perangko ini datang dari Komisi V DPR RI kepada Menparpostel, dan dari Perkumpulan Filatelis Indonesia, perorangan dari Yogyakarta, Surabaya, Pematangsiantar, Ujungpandang, Denpasar, dan Kudus.
(Kompas)

Perjuangan

Ketika tentara Jepang datang ke Indonesia Siti Hartinah ikut serta dalam organisasi Fujinkai atau Barisan Pemuda Putri.

Siti Hartinah juga turut serta membantu perang kemerdekaan di dapur umum dan Palang Merah Indonesia.

Siti Hartinah juga mnejalankan tugasnya sebagai ibu negara dengan baik dan mendampingi Suharto ketika menumpas pemberontak G 30 S/PKI.

Ibu Tien Soeharto, Tommy kecil, dan Pak Harto
Ibu Tien Soeharto, Tommy kecil, dan Pak Harto (anton-djakarta.blogspot.com)

Siti Hartinah selalu berusaha memperkenalkan Indonesia beserta budayanya kepada negara-negara sahabat.

Usaha tersebut diantaranya menyajikan jamuan makanan, tarian, dan dekorasi ala Indonesia pada saat diadakan jamuan kenegaraan.

Siti Hartinah memprakarsani Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada 1975.

Selain itu Siti Hartinah juga memprakarsai pendirian rumah sakit diantaranya RS Anak dan Bersalin, RS Jantung Harapan Kita, dan RS Kanker Dharmais.

Kepedulian Siti Hartinah terhadap kemanusiaan diwujudkan dengan mendirikan Yayasan Harapan Sosial, Yayasan Harapan Kita dan Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan.

Sebagai penggerak Kongres Wanita Indonesia, Siti Hartinah berpengaruh besar dalam pelarangan poligami bagi pejabat di Indonesia.

Perjuangan Siti Hartinah akhirnya menghasilkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1983 dan UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tentang pelarangan dengan tegas PNS untuk berpoligami.

Mengenang Ibu Tien Soeharto

Tepat 28 April 1996, Siti Hartinah, istri Presiden kedua RI Soeharto meninggal dunia.

Dikabarkan harian Kompas, Senin (29/4/1996), istri Presiden Soeharto yang akrab disapa dengan Ibu Tien itu dimakamkan di pemakaman keluarga Astana Giribangun, Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Ibu Tien meninggal pada dini hari di Jakarta dalam usia hampir 73 tahun karena serangan jantung.

Serangan jantung kepada Ibu Tien terjadi pada pukul 04.00 WIB di kediamannya di Jalan Cendana. Dalam keadaan kritis itu, Soeharto memimpin sendiri upaya pertolongan.

Presiden Soeharto terus mendampingi sang istri tercinta mulai dari kediaman sampai Ny Tien mengembuskan napas terakhirnya pada pukul 05.10 WIB di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.

Hari berkabung nasional 

Mensegneg Moerdiono mengumumkan hari berkabung nasional selama tujuh hari mulai Minggu, 28 April 1996 sampai Sabtu, 4 Mei 1996.

Dia meminta masyarakat untuk mengheningkan cipta pada pukul 13.00 WIB, saat jenazah diberangkatkan dari Ndalem Kalitan ke pemakaman. Upacara pelepasan jenazahnya dimulai pukul 12.30 WIB.

Berita kepergian Ibu Tien menyebar melalui berbagai media kala itu.

Berita yang diperoleh langsung diumumkan melalui shalat-shalat Idul Adha yang berlangsung Minggu pagi, demikian pula gereja-gereja yang sedang menyelenggarakan ibadah Minggu.

Bendera Merah Putih setengah tiang tanda berkabung dikibarkan dan masyarakat di Ibu Kota berbondong-bondong menuju rumah duka di Jalan Cendana untuk penghormatan terakhir.

Tanpa membedakan kedudukan masing-masing, mereka berdesak-desak berebutan memasuki rumah duka untuk melihat langsung wajah Ibu Negara, tanpa harus melalui pemeriksaan keamanan seperti biasanya.

Begitu banyaknya masyarakat sampai banyak yang harus puas hanya berdiri di sepanjang Jalan Cendana karena halaman rumah duka tidak mampu menampung.

Para petugas sangat kewalahan mengatur karena begitu banyaknya anggota masyarakat yang ingin masuk langsung ke dalam rumah duka.

Mengenal Ibu Tien 

Ibu Tien Soeharto lahir dengan nama Raden Ayu Siti Hartinah pada 23 Agustus 1923 di Jaten, dusun di pinggir jalan antara Solo-Tawangmangu, Jawa Tengah.

Ibu Tien dikenal sebagai ibu negara dengan multiperan, yakni sebagai ibu negara, sebagai ibu, sebagai nenek, dan nenek buyut.

Multiperan itu merupakan bagian dari kehidupannya sehari-hari dijalankannya bertahun-tahun tanpa mengeluh.

Jumat (26/4/1996), Ibu Tien sebagai Ibu Negara masih sempat menerima Menteri Agama Tarmizi Taher, Menteri Keuangan Marie Muhammad, dan Ponco Sutowo dari Panitia Festival Istiqlal.

Museum festival Istiqlal

Dalam pertemuan itu, Ibu Tien meminta Panitia Istiqlal membuat Museum Festival Istiqlal di kompleks Taman Mini, dan berharap agar museum itu bisa selesai sebelum ulang tahun Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tahun depan.

Selain itu, menjelang kepergiannya, Ibu Tien berjalan-jalan dengan cucu-cucunya sepanjang hari ke Taman Buah Mekarsari di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat. Perjalanan ke Cileungsi itu merupakan perjalanan terakhirnya.

Multiperannya sebagai ibu negara dimulai dengan dilantiknya Pak Harto sebagai Presiden RI kedua pada 27 Maret 1968.

Tugasnya semakin lama semakin berat sesuai dengan kemajuan Indonesia dan tantangan-tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia.

Dia dikenal peduli kepada rakyat kecil, kaum yang lemah, cacat, dan tertindas. Itu tampak dalam berbagai kegiatan sosial yang dilakukannya.

Beberapa peran Ibu Tien antara lain:

  1. Pelindung Yayasan Penderita Anak Cacat
  2. Ketua Yayasan Harapan Kita
  3. Ketua Panitia Dana Gotong Royong Kemanusiaan
  4. Ketua Yayasan Purna Bhakti Pertiwi
  5. Pendiri/Ketua Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia.

Sebagai Ibu Negara, Ibu Tien menerima penghargaan dari berbagai negara, antara lain:

  • The Order of The Golden Heart dari Filipina
  • Grand Cordon of The Order of Sheba (Ethiopia)
  • Grand Croix de L'ordre Royal de Sowathora (Kamboja)
  • First Class Knight, Grand Cross of The Most Illustrious Order of Chula Cham Klao (Thailand)
  • Darjah Utama Sri Mahkota Negara (Malaysia)
  • Kroonorder (Huis Order Van Oranje) dari Belanda
  • Sonderstufe Des Grosskreuzes (Special Order of The Grand Cross) dari Jerman.

Dari Pemerintah Indonesia Ibu Tien memperoleh penghargaan:

  1. Bintang Budaya Parama Dharma (1992)
  2. Adikarya Wanindyatama (1994)
  3. Adhikarya Wanondya Tama (1994)
  4. Bintang Republik dan Bintang Mahaputra (Penghargaan tertinggi yang diperolehnya)

Riwayat Jabatan

Ketua Umum Ria Pembangunan

Penasehat Utama Dharma Wanita

Penasehat Utama Dharma Pertiwi

Penasehat Utama Persit Kartika Chandra Kirana

Sesepuh Persatuan Isteri Purnawirawan ABRI (PERIPABRI)

Wakil Ketua / Ketua Bidang Keuangan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (1983-1993)

Penanggung Jawab Proyek Pembangunan Gedung Kwarnas Pramuka dan sejak 1993 sampai wafatnya sebagai Anggola Mabinas.

Pelindung Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPN1)

Ketua Umum Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia (IKGTKI)

Penasehat Utama Persatuan Isteri Veteran RI (PIVERI)

Ketua Kehormatan DPP Korps Wanita Veteran RI (KOWAVERI)

Pelindung Induk Koperasi Veteran RI (INKOVERI)

Pelindung Nasional Women’s International Club (WIC)

Ketua Yayasan Harapan Kita (YHK)

Ketua BP-3 Taman Mini Indonesia Indah (BP3-TMII)

Ketua Dewan Penyantun RS Anak & Bersalin “Harapan Kita”

Ketua Dewan Penyantun RS Jantung ”Harapan Kita”

Ketua Umum Yayasan Mangadeg Surakarta

Pendiri/Ketua Yayasan Kartika Jaya

Sesepuh Keluarga Besar Wirawati Catur Panca

Pendiri/Ketua Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan

Pelindung Yayasan Paraplegia Yudha Kencana Bhakti

Pelindung Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia (PERWOSI)

Ketua Kehormatan Perhimpunan Pemberantasan Tuberculosa Indonesia.

Ketua Penasehat Badan Kerjasama Usaha Pembinaan Warga Tama.

Pelindung Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia

Pelindung Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI)

Pelindung Himpunan Wanita Karya (HWK)

Pelindung Yayasan Nakula Sadewa

Pelindung KOWANI

Pelindung Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial

Pelindung Dewan Kerajinan Nasional (DEKRANAS)

Ketua Umum Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan (YDGRK)

Ketua Umum Yayasan Purna Bhakti Pertiwi (YPBP)

Pelindung Utama Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Pusat

Pelindung Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC)

Pelindung Save Our Soul (SOS) Desa Taruna

Ketua Kehormatan Palang Merah Indonesia (PMI)

Pelindung Persatuan Bowling Indonesia

Pelindung Yayasan Asma Indonesia

Pelindung Yayasan Persatuan Penyandang Cacat Indonesia (PPCI)

Pelindung Yatnawati Kartini

Pelindung Yayasan Bhakti Pertiwi Sejahteraan

Anggota Badan Pendiri Yayasan Serangan Umum 1 Maret 1949

Sesepuh Golkar

Pelindung Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI)

Pelindung Utama Gabungan Organisasi Penyelenggara Taman Kanak-kanak Indonesia (GOPTKI)

Pemrakarsa/Ketua Penanggung Jawab Pelaksana Pembangunan Museum Puma Bhakti Pertiwi

Pemrakarsa/Ketua Penanggung Jawab Pelaksanaan Pembangunan Agrowisata Taman Buah Mekarsari

Ketua Umum Badan Pendiri Yayasan Dharma Kusuma.

Pembina Laskar Putri Indonesia (LPI)

Pelindung Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI)

Pelindung Himpunan Pandu dan Pramuka Wreda (HIPRADA)

Pelindung Persatuan Penyantun Mata Tuna Netra Indonesia (PPMTI)

Pelindung Persatuan Wanita Republik Indonesia (PERWARI)

Pelindung Yayasan Jantung Indonesia

Tanda Kehormatan dan Penghargaan

Dari Pemerintah Republik Indonesia

Bintang Republik Indonesia Adipradana 1973

Bintang Gerilya 1987

Bintang Budaya Parama Dharma 1992

SatyaLencana Kebaktian Sosial 1991

Satyalancana Tunas Kencana Pramuka

Veteran Pejuang Kemerdekaan RI 1981

Medali Adimanggalnya Krida dari Menpora 1995

Gelar Pahlawan Nasional dengan Keputusan Presiden No. 060/TK/Tahun 1996 tanggal 30 Mei 1996.

Dari Mancanegara

Kroon Orde (Huis Orde van Oranje) dari Belanda 1970

Grand Cordon of The Order of Sheba dari Ethiopia 1968

First Class of Order of The Precious Crown dari Jepang 1988

Sonderstufe des Cross Kreuzes (Special Order of The Grand Cross) dari Republik Federasi Jerman 1970

Grand Croix de L’ordre Royal de Siwathora dari Kamboja 1968

The Grand Order of Mugunghwa dari Korea Selatan 1981

Cordon of The Order of Kuwait First Class (Wizman el-Kuwait dzu el-Wisah) dari Kuwait 1978

Darjah Utama Sen Mahkota Negara (DMN) dari Malaysia 1970

Supreme Class of The Order of Al Kamal dari Mesir 1978

Grand Croix de L’Ordre National Du Merite dari Perancis 1973

The Order of The Golden Heart dari Philipina 1968

The Order of The Tudor Vladimirescu Class dari Rumania 1983

Ommayad Zur Rozziah (Zou Al Ressieah) dari Syria 1978

Banda de Dama de la Orden Americanade Isabel La Catolica dari Spanyol 1988

Knight Grand Cross of The Most Illustrious Order of chula Chon Klao (First Class) dari Thailand 1970

Grand Cordon of The Jewelwed Al-Nanda (Order of Renaissance) dari Yordania 1986

Grand Cordon of The Yugoslav Star dari Yugoslavia 1983

Order del Libertador Grand Cordon dari Venezuela 1988.

(TRIBUNNEWSWIKI/Magi)

Sumber: https://www.tribunnewswiki.com/2019/08/09/17-agustus-serial-pahlwan-nasional-siti-hartinah 

Sumber: TribunnewsWiki
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved