Peringati HUT ke-75 RI, Warga Bonopo di TTU Ubah 45 Jenis Sampah Jadi Eco Enzyme
Memperingati hari ulang tahun ( HUT) Kemerdekaan RI ke-75, para petani yang ada di Desa Banopo merakit 45 jenis sampah dapur menjadi eco enzyme
Penulis: Thomas Mbenu Nulangi | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | KEFAMENANU-Dalam rangka memperingati hari ulang tahun ( HUT) Kemerdekaan RI ke-75, para petani yang ada di Desa Banopo, Kecamatan Bikomi Selatan, Kabupaten Timor Tengah Utara ( Kabupaten TTU) merakit 45 jenis sampah dapur menjadi eco enzyme, Minggu (16/8/2020).
Menggunakan satu buah drum bercat merah putih, mereka merakit eco enzyme yang dikumpulkan dari sampah dapur seperti tomat busuk, kulit semangka, kulit pisang, dan 45 jenis sampah dapur lainnya.
Mereka mencampur semua sampah-sampah dapur tersebut dengan air dan gula ke dalam drum yang sudah disiapkan, kemudian difermentasi selama tiga bulan. Hasil fermentasi itu kemudian dijadikan sebagai pupuk.
• Bupati Don Tegaskan Pentingnya Kerjasama dan Gotong Royong Membangun Nagekeo
Seorang pegiat eco enzyme, Charles Malelak mengatakan, pelatihan eco enzyme atau cairan ajaib hasil fermentasi dari sampah organik yang multiguna di HUT RI ke-75 bertujuan untuk membantu kesulitan masyarakat sekaligus memberikan edukasi kepada para petani agar mulai memanfaatkan sampah organik.
"Jadi ada hari ini kita melakukan demo untuk pembuatan eco enzym memanfaatkan 45 jenis sampah dapur untuk dijadikan pupuk. Dan pembuatan eco enzime sekaligus memproduksi gas O3 untuk lapisan ozon," ujarnya.
• Sekretaris Desa Komodo Berharap Gerakan BISA Terus Dilakukan
Ketua Kelompok Tanu Sehati Bonopo, Frater Herman Tugas Ginting mengaku, dirinya bersama anggota kelompok tani sehati ikut serta dalam pelatihan tersebut lantaran ingin merdeka bukan saja dari penjajahan, namun merdeka dari kemiskinan.
Baginya, pengetahuan tentang pembuatan eco enzime dari 45 jenis sampah dapur tersebut akan diadopsi untuk meningkatkan hasil panen di kebun kelompok tani sehati Bonopo.
"Kenapa hari ini kami buat eco enzime karena kami ingin merdeka bukan saja dari penjajah tetapi merdeka dari kemiskinan," ungkapnya.
Sementara itu, seorang petani bernama Arianto Tethun mengaku, pengetahuan tentang pembuatan eco enzime ternyata sangat mudah, namun selama ini para petani justru tidak mengetahui cara pembuatan pupuk organik cair tersebut.
Untuk itu, kata Arianto, kedepan petani akan membuat fermentasi sampah dapur sebanyak mungkin supaya dapat mengurangi pembelian pupuk.
"Ternyata buat pupuk ezoenzime mudah padahal selama ini kami tidak tau, kami senang karena tidak akan beli pupuk di toko lagi apalagi sudah dapat pupuk saat begini," pungkasnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Tommy Mbenu Nulangi)