News

Petani Cengkeh Manggarai Timur Menjerit, Harga Terjun Bebas, Melorot Tajam, Ini Penyebabnya

Para petani di Desa Lembur, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) menjerit dengan harga komoditi cengkeh menurun dratis.

Penulis: Robert Ropo | Editor: Benny Dasman
ISTIMEWA
Petani di Lembur sedang membresihkan buah cengkeh setelah dipetik 

Laporan Wartawan Pos Kupang, Com, Robert Ropo

POS KUPANG, COM, BORONG -Para petani di Desa Lembur, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) menjerit dengan harga komoditi cengkeh menurun dratis.

Petani Cengkeh Kampung Rende, Desa Lembur Kecamatan Kota Komba, Stef Marus (61) kepada wartawan, Selasa (11/8) mengeluh dengan harga komoditi cengkeh menurun dratis tidak sesuai dengan harapan masyarakat.

Dikatakannya, harga sekarang hanya dibeli dengan Rp 50 ribu/kg. Padahal tahun 2019 lalu harga cengkehnya normal mencapai Rp110 ribu/kg untuk yang kering patah.

"Tahun lalu, harga cengkeh Rp 110 ribu untuk 1 kilo yang kering patah, sekarang hanya Rp50 ribu saja. Harga ini tidak bersahabat dan merugikan kami petani," ungkap Stef.

Ia mengaku kerugian itu, sebab selain ongkos tanam, biaya perawatan hingga biaya petik dimana upah per hari untuk biaya petik 60 ribu/orang.

"Jadi saya biasa panen normal itu 300 Kg, sekarang masih proses petik. Yang sudah petik sudah dijual untuk biaya orang yang petik dengan upah per hari Rp60 ribu/kg, orang tidak mau upah Rp50 ribu/hari karena menyangkut nyawa, sehingga kita rugi besar dengan harga yang tidak bersahabat ini,"ungkap Stef.

Petani Cengkeh Kampung Kipo, Desa Lembur, Kecamatan Kota Komba, Bernadus Palus (62) juga mengeluh hal yang sama.

Ditambahkanya, sejak awal musim panen tahun ini harga turun, padahal kebutuhan masyarakat petani di tengah pandemi covid-19 sangat banyak antara lain untuk biaya kuliah anak, untuk keperluan adat, untuk beli beras serta kepeluan lain sehari-hari.

"Sehingga diharapkan pemerintah menaikan harga komoditas petani khususnya cengkeh apalagi sekarang musim kering, masyarakat petani hanya mengandalkan hasil pertanian," pungkas Bernadus. *

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved