Kura-Kura Leher Ular di Rote Ndao Sudah Punah, BKSDA Berupaya Pulangkan dari Singapura, Kok Bisa?

Kura-kura leher ular yang terdapat di kabupaten terselatan di Indonesia itu merupakan salah satu dari 25 spesies kura-kura terancam punah di dunia.

Editor: Frans Krowin
Kompas.com
Kura-kura Leher Ular (Chelodina mccordi) ditunjukkan saat rilis terkait kasus penyelundupan satwa di Gedung Balai Instalasi Karantina Hewan dan Tumbuhan Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Kamis (14/9/2017). 

Kura-Kura Leher Ular di Rote Ndao Sudah Punah, BKSDA Berupaya Pulangkan dari Singapura, Kok Bisa?

POS-KUPANG.COM - Saat ini, kura-kura yang memiliki leher panjang seperti ular, sarwa endemik milik Pulau Rote, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) telah punah.

Kura-kura leher ular atau dikenal dengan Chelonida mccordi  itu merupakan satwa ikonik-endemik Pulau Rote, Kabupaten Rote Ndao.

"Kura-kura leher ular di Rote Ndao itu habitatnya sudah habis," kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Timbul Batubara kepada wartawan di Kupang, Selasa (11/8/2020), seperti dilansir dari Antara.

Kura-kura leher ular yang terdapat di kabupaten terselatan di Indonesia itu merupakan salah satu dari 25 spesies kura-kura yang terancam punah di dunia.

Mereka hidup di perairan dekat Pulau Rote.

Sesuai namanya, kura-kura ini memiliki leher yang panjang menyerupai tubuh ular.

BKSDA NTT berencana memulangkan beberapa ekor kura-kura leher ular dari Singapura untuk dilepasliarkan di Rote Ndao.

Harapannya, populasi kura-kura kepala ular bisa ada lagi di daerah itu.

"Pada tahun 2020 ini kami akan berupaya memulangkan beberapa ekor kura-kura leher ular dari Singapura untuk dikembangkan lagi di Rote Ndao, sehingga bisa mempertahankan eksistensi populasinya," ujar dia.

Sebelum dilepas di Rote Ndao, beberapa kura-kura leher ular dari Singapura itu akan dipelihara selama tiga bulan di Kupang untuk adaptasi.

Andre Rosiade Bilang Prabowo Subianto Masih Kuat Pantas Ke Pilpres 2024, Sumatera Barat Dukung Total

Ramalan Zodiak Cinta Rabu 12 Agustus 2020 Libra Sebaiknya Anda Tenang Gemini Dominasi Libido, Anda?

Presiden Jokowi Punya 3 Putra Mahkota, Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto, Erick Thohir, Benarkah?

Jemput Secara Adat

Jika tak ada aral melintang, maka sebanyak kura-kura leher ular  sebanyak 28 ekor akan dipulangkan ke habitat aslinya di Danau Peto, Desa Maubesi, Kecamatan Rote Tengah, Kabupaten Rote Ndao.

Untuk hal tersebut, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Nusa Tenggara Timur (NTT) berencana menggelar upacara adat pada saat pemulangan 28 kura-kura leher ular (Chelodina mccordi) dari kebun binatang di Singapura.

Upacara adat tersebut menjadi pedoman dalam pengelolaan kura-kura bersama ekosistemnya untuk mendukung perlindungan satwa langka itu.

Kepala Seksi Perencanaan, Perlindungan dan Pengawetan BBKSDA NTT Imanuel Ndun mengatakan, pihaknya akan mengadopsi kearifan lokal yang berlaku di daerah setempat, seperti menyembelih kerbau yang dagingnya akan dimakan bersama oleh seluruh undangan.

"Misalnya daging kerbau dimakan bersama warga satu kampung, jika nanti ada yang melanggar akan dikenai denda adat satu ekor kerbau," ujar Imanuel Ndun kepada sejumlah wartawan di Kupang, Kamis (11/7/2019).

Menurut Ndun, upacara adat ditempuh lantaran puluhan kura-kura leher ular yang pernah dilepasliarkan pada 2009 di Danau Peto, saat ini tidak ditemukan lagi.

Beruntung, sekitar 1970-an saat kura-kura leher ular belum ditetapkan sebagai satwa yang dilindungi, kura-kura tersebut dijual bebas ke beberapa daerah termasuk ke luar negeri.

Kondisi tersebut yang belakangan membuat populasi kura-kura di habitatnya punah.

"Orang-orang di luar negeri berhasil mengembangkannya, tetapi mereka punya komitmen mengembalikan sebagian atau 10 persen kembali ke habitatnya," ujar Ndun.

Ndun menyebut, kura-kura dikembalikan ke alamnya untuk mempertahankan eksistensi satwa tersebut.

Pada 2009 silam, kura-kura leher ular dilepasliarkan oleh El Nusa, juga merupakan bagian dari komitmen mengembalikan 10 persen kura-kura yang dikembangbiakan ke alam.

Dia menduga, kura-kura yang dilepasliarkan itu punah karena dimakan predator seperti ular, ikan gabus, dan dampak kekeringan.

Namun, sesuai penelitian, di Rote masih ada tiga danau yang saat ini cocok untuk pengembangbiakan kura-kura leher ular yakni Danau Peto serta dua danau di Kecamatan Landu Leko yakni Danau Ledulu dan Lendo Oen.

Di tempat yang sama, Kepala BBKSDA NTT Timbul Batubara mengatakan, Gubernur NTT Viktor Laiskodat telah mengeluarkan keputusan tentang Kawasan Ekosistem Esensial Lahan Basah Sebagai Habitat kura-kura leher ular di tiga danau tersebut sejak 18 Juni 2019.

Dia menyebutkan saat ini tengah dilakukan negosiasi pemulangan kura-kura leher ular.

"Nanti dari Singapura, kura-kura dikarantina dulu di Kupang," ujarnya.

Sesi berikutnya, sebut Timbul, yakni memeriksa kesehatan kura-kura. Jika sehat, maka kura-kura dipindahkan lokasi yang akan dibangun mirip seperti habitat aslinya.

Selama proses tersebut lanjut Timbul, akan dipantau oleh dua pakar kura-kura dari Wildlife Conservation Society (WCS), termasuk mengunjungi habitat kura-kura di Pulau Rote.

"Proses ini agar jangan terjadi lagi kura-kura mati dan hilang," tutupnya.

Berdasarkan data dari Turtle Coalition tahun 2018, kura-kura jenis ini masuk dalam 25 spesies kura-kura terancam punah di dunia. 

Bahkan saat ini, di habitat alaminya di Danau Peto, wasitwa ini tidak ditemukan lagi keberadaannya.

Salah satu penyebab punahnya satwa ini, adalah eksploitasi berlebihan dan adanya alih fungsi lahan menjadi kawasan pertanian.

Saat ini Balai Besar KSDA NTT bekerja sama dengan WCS IP harus mendatangkan kembali (repatriasi) satwa khas Rote ini dari Kebun Binatang di Luar Negeri.

Fakta lengkapnya tentang spesies ini dapat Anda simak di sini:

Prabowo Subianto - Puan Maharani Berpotensi Maju di Pilpres 2024, Ibarat Cinta Lama Bersemi Kembali?

Lihat Fenomena Awan Ekstrim Ini, Bentuknya Seperti Gelombang Tsunami, Di Meulaboh Aceh Barat, Ngeri!

Coba Anda Bandingkan Kekayaan Presiden Jokowi dan Wapres Maruf Amin, Sama-Sama Punya Sepeda Motor

1. Spesies Endemik Pulau Rote

Di habitat alaminya di Danau Peto, saat ini tidak ditemukan lagi keberadaan satwa tersebut.

“Kabupaten Rote Ndao memiliki jenis reptilia unik yang tidak terdapat di tempat lain di dunia. Reptilia ini adalah kura-kura leher ular Rote atau Chelodina mccordi. Reptilia ini termasuk ordo testudines dari famili chelidae dan genus chelodina," kata Batubara.

2. BBKSDA: Warga Rote sendiri mungkin sudah lupa akan hewan ini

Menurut Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Timbul Batubara, masyarakat Rote Ndao bahkan telah lupa dengan keberadaan kura-kura ini.

Reptil yang hidup endemik di danau-danau di Pulau Rote ini justru kini dikembangbiakkan di daerah lain.

"Sayangnya akibat perdagangan bebas satwa endemik Pulau Rote ini kini tak bisa ditemukan lagi di habitatnya di Danua Enduy dan Danau Naluk Kab Rote Ndao," ujar Timbul.

3. Usaha BBKSDA Selamatkan kura-kura leher ular

 Untuk memulihkan keberadaan Kura-kura Leher Ular Rote, saat ini Balai Besar KSDA NTT bekerja sama dengan WCS IP harus mendatangkan kembali (repatriasi) satwa khas Rote ini dari Kebun Binatang di Luar Negeri.

"Belajar dari kasus ini, BBKSDA NTT mengimbau dan mengajak seluruh lapisan masyarakat agar menjaga kelestarian kekayaan sumber daya alam yang ada di daerahnya dan mendukung langkah-langkah Pemerintah dalam upaya upaya Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem," kata Timbul.

WCS-IP adalah sebuah lembaga yang berdedikasi menyelamatkan hidupan liar serta tempat-tempat liar dengan cara memahami masalah-masalah kritis, menemukan solusi berbasis ilmu pengetahuan, dan mengambil tindakan konservasi yang menguntungkan alam dan manusia.

4. Fasilitas tempat transit untuk kura-kura leher ular

 Timbul Batubara mengatakan, fasilitas koloni asuransi merupakan tempat transit koloni satwa kura-kura yang lebih lengkap.

"Ini menjadi tonggak bagian sejarah dalam rangka upaya penyelamatan kura-kura leher ular rote. Fasilitas ini ada tempat karantina, ada pengembangbiakan, ada tempat habituasi, sebelum dilepasliarkan," ungkap Timbul kepada Kompas.com, Jumat (28/6/2019).

Timbul menjelaskan, satwa di NTT ini merupakan satu-satunya kura-kura leher ular genus Chelodina yang berada di luar dataran Papua-Australia dan masuk dalam daftar CITES.

" Kura-kura leher ular Rote adalah satwa endemik ikonik Pulau Rote yang perlu untuk diperjuangkan kelestariannya dan dikembalikan kehabitat alaminya," ujar Timbul.

Kata Kapolri: Kalau Kau Komitmen Aman, Tapi Kalau Kau Konspirasi, Korupsi Akan Terjadi Sampai Kiamat

Presiden Jokowi Punya 3 Putra Mahkota, Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto, Erick Thohir, Benarkah?

Ramalan Zodiak Cinta Rabu 12 Agustus 2020 Libra Sebaiknya Anda Tenang Gemini Dominasi Libido, Anda?

5. Kura-kura dipulangkan dari Singapura

Dalam beberapa bulan ke depan, kura-kura leher ular asal Pulau Rote, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur ( NTT), akan dipulangkan dari Singapura.

"Inisiasi repatriasi kura-kura leher ular asal Rote Ndao dari Singapura ke Indonesia sudah dimulai dari sekarang," ungkap Timbul kepada Kompas.com, Sabtu (29/6/2019).

Batubara menjelaskan, jumlah kura-kura leher ular Rote di Singapura berdasarkan catatan WCS IP Singapura, berjumlah 26 ekor. Satwa-satwa tersebut merupakan hasil dari program breeding di Amerika dan Austria.

"Diharapkan pemulangan kura-kura kepala ular bisa dilakukan paling lambat akhir tahun ini, mengingat proses administrasi yang harus dilewati akan cukup memakan waktu," ujarnya.

6. Minta dukungan masyarakat dan pemerintah

Timbu mengakui, usaha penyelamatan kura-kura leher ular tak akan berhasil tanpa dukungan masyarakat, khususnya masyarakat Rote Ndao.

Sementara itu, Timbul menuturkan, fasilitas tempat transit berfungsi sebagai tempat asuransi (menjaga) untuk koloni kura-kura rote yang nantinya akan direintroduksi ke alam liar.

Selain sebagai supply untuk reintroduksi ke alam, kura-kura yang ada akan difasilitasi dan tetap dijaga untuk mempertahankan eksistensi populasinya.

"Fasilitas ini merupakan yang pertama di Indonesia sebagai fasilitas untuk koloni asuransi spesies reptil yang keberadaannya sudah punah di alam," kata Timbul.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Pulang ke NTT, 28 Ekor Kura-Kura Leher Ular Akan Disamut Upacara Adat: https://regional.kompas.com/read/2019/07/11/22340951/pulang-ke-ntt-28-ekor-kura-kura-leher-ular-akan-disambut-upacara-adat

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved