Militer China Kian Mengerikan di LCS,Tak Sanggup Disaingi Amerika,AS Harus Lakukan iniAgar Tak Kalah
Dengan kekuatan dengan jumlah lebih banyak, China lebih unggul dari AS , sehingga AS harus menambah jumlah alat perang termasuk kapal perang bila hany
Misil ini tunjukkan ancaman serius terhadap kapal perang yang lain, karena pertimbangan ketidakpastian mengenai efektivitas perlawanan melawan kapal perang lain.
Misil bernama A2/AD tersebut memiliki keuntungan bagi China berupa kapal lain harus menjauh dan menjaga jarak agar menghindari serangan misil tersebut.
Dengan mendorong angkatan laut negara lain dari perairan utaama, senjata ini langsung menjadikan Laut China Selatan sebagai teritori perairan China.

Menurut Pemegang Komando militer AS di Indo-Pasifik , Laksamana Phil Davidson, "China sekarang mampu mengontrol Laut China Selatan dengan berbagai skenario perang pendek dengan AS."
Beberapa tahun belakangan, China secara ilegal telah membangun dan terus-terusan menambah pangkalan militer pulau buatan menggunakan berbagai hal seperti terumbu karang, beting dan pulau karang di perairan internasional Laut China Selatan.
Pulau-pulau buatan ini telah ciptakan konflik kepentingan yaitu terkait wilayah kedaulatan yang dicuri antara China dan negara ASEAN bahkan juga terhadap Taiwan.
Konstruksi itu telah terjadi di tujuh situs di Kepulauan Spratly, 20 situs di Kepulauan Paracel dan di Beting Scarborough.
Total klaim China yang sangat agresif ini mencapai lebih dari 3200 acre (12.94 km persegi), dengan pembangunan gila-gilaan fasilitas militer canggih termasuk lapangan udara dan tempat peluncuran misil.
Aturan Arbitrasi yang telah ditetapkan oleh Pengadilan PBB untuk membantu Filipina melawan China pada Juli 2016 lalu secara jelas menolak klaim China di wilayah dekat Filipina di Laut China Selatan.
Hasil persidangan itu mengatakan jika klaim China terhadap kedaulatan 90% Laut China Selatan, terutama di Pulau Spratly yang merupakan wilayah kedaulatan Filipina, adalah tidak benar.
Secara spesifik persidangan itu temukan jika "China telah melanggar hak kedaulatan Zona Ekonomi Eksklusif Filipina di Laut China Selatan".
Secara virtual, semua negara di wilayah itu menolak klaim China.
Namun China, mengabaikan peraturan PBB tetap melanjutkan militerisasi wilayah itu. Pesawat dan kapal perang China terus-terusan menggempur berbagai kapal dan pesawat negara lain yang mendekat.
Kini China telah mendapat kekuasaan untuk memperbolehkan kapal dagang yang lewat Laut China Selatan, atau justru menangkap mereka.
AS dan negara-negara lain melanjutkan untuk lakukan Operasi Navigasi Pembebasan (FONOPS) berdekatan dengan posisi China dan melewati Selat Taiwan, tapi China memprotes keras hal ini dan memerintahkan AS dan sekutu mereka keluar dari teritori mereka.