Beli Saham Mulai Rp 100 Ribu, Geliat Pasar Modal di Kupang
Masyarakat NTT mulai menunjukkan ketertarikannya terhadap dunia pasar modal

Namun, ia merasa terlibat dalam pasar modal cukup menyenangkan dan seru, karena IHSG bisa diprediksi, namun tak bisa ditebak. Itulah yang menjadi tantangannya selama berinvestasi di pasar modal.
Ia harus memprediksi pergerakan harga menggunakan analisis yg baik dan benar, kapan waktu untuk beli dan kapan waktu untuk jual.
"Jangan sampai hanya ikut-ikutan dan malah rugi gara-gara tidak tahu cara menganalisisnya. Semoga makin banyak lagi kaum milenial yang melek investasi di pasar saham Indonesia, sehingga memunculkan lebih banyak lagi investor-investor muda," ujarnya.
"Sebab saat ini hanya ada sekitar 1-2 persen dari total penduduk Indonesia, angka yang sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga kita. Dan harapan yg paling penting ya semoga IHSG cepat pulih," ujarnya bersemangat.
Pengakuan sejumlah investor tersebut seolah memberikan gambaran kalau minat masyarakat Kupang terhadap investasi saham mulai terlihat. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) Kantor Perwakilan Nusa Tenggara Timur, jumlah investor di NTT mengalami pertumbuhan selama tiga tahun terakhir.
Jumlah investor pada tahun 2018 sebanyak 4.122 meningkat menjadi 5.127 investor pada tahun 2019. Selanjutnya, terdapat penambahan 482 investor sehingga naik menjadi 5.609 investor per Juni 2020.
Pastikan Aman
Adapun tiga daerah dengan investor terbanyak, yaitu Kota Kupang, Sikka dan Belu. Menurut Adevi Sabath Sofani, Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Kantor Perwakilan NTT, ketertarikan masyarakat NTT berinvestasi saham sudah berlangsung sejak 2017.
Adanya penambahan jumlah investor yang signifikan itulah sehingga Bursa Efek Indonesia melakukan riset. Data tersebut dipakai sebagai dasar pendirian Kantor Perwakilan BEI NTT pada 27 November 2019.
Adevi menjelaskan, masyarakat NTT tertarik untuk investasi saham karena masyarakat sudah bisa mengakses program edukasi belajar saham online, sehingga mudah mengaksesnya. Selain itu, masyarakat dapat mulai investasi hanya dengan Rp 100 ribu.
"Sangat terjangkau. Beli saham perbankan saat ini contohnya beli saham Bank BRI (kode saham BBRI). Harga per 07 Agustus 2020 hanya 3.110 per lembar saham. Kalau mau beli minimal 100 lembar per 1 lot, hanya butuh 311.000 untuk investasi saham jadi pemilik BBRI," urai Adevi.
Satu alasan lagi mengapa masyarakat tertarik investasi saham karena masyarakat mulai memilah-milah mana investasi yang menguntungkan, terhindar dari inflasi, paham risiko, dan tahu cara minimalisisasi risiko.
"Saham bukan forex, saham bukan bitcoin. Tidak ada lagi istilah main saham karena saham bukan untuk dipermainkan. Spekulasi, ketakutan, dan keserakahan yang akan membuat kita jatuh menerima risiko. Masyarakat NTT perlahan mau belajar dan berproses," tambahnya.
Berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia tentu bukanlah investasi bodong. Devi berujar, investasi saham di BEI terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kemenkeu. Bahkan, aturan sistem perdagangan dan regulasi menyeluruh dapat diakses melakui website idx.co.id.
"Investasi bodong itu banyak tipenya, biasanya menawarkan keuntungan tinggi dalam jangka waktu pendek. Skema Ponzi adalah salah satu cara yang dipakai pihak-pihak yang menawarkan investasi bodong. Silakan cek ojk.go.id, pelajari dengan baik produk investasi, temui profesional untuk mendapatkan informasi yang akurat sebelum mulai investasi," anjur Adevi.