Kepala Sekolah SMA Sint Carolus Sebut Buku Sebagai Jendela Dunia
para siswa tidak memilki buku, sudah pasti mereka menjawab soal yang diberikan mungkin dengan browsing di internet lalu selesai.
Kepala Sekolah SMA Sint Carolus Sebut Buku Sebagai Jendela Dunia
POS-KUPANG. COM| KUPANG-- Kepala Sekolah SMA Katolik Sint Carolus Penfui, Fredus Kolo, mengatakan apabila dalam situasi pandemi para siswa tidak memilki buku, sudah pasti mereka menjawab soal yang diberikan mungkin dengan browsing di internet lalu selesai.
"Mereka tidak punya ruang untuk duduk membaca, merenung serta meresapi tujuan pembelajaran dari kompetensi dasar. Sehingga kami harus menjelaskan kepada orang tua bahwa buku merupakan jendela dunia," ujar Fredus kepada POS-KUPANG. COM, Selasa (04/08/2020).
Ia menyampaikan, kami berusaha rapat dengan komite, karena anak-anak belajar online mengalami kesulitan dalam mengakses materi pembelajaran.
Sehingga, lanjut Fredus, rapat dengan orang tua murid, kami mengusulkan supaya siswa memilki buku pegangan (buku paket). Sehingga kami bekerja sama dengan Erlangga untuk menghadirkan buku pelajaran.
Fredus berharap, orang tua bisa membeli langsung untuk kebutuhan anak belajar dari rumah. Dan inilah langkah antisipatif kami seperti itu.
Pada pertemuan dengan orang tua murid tanggal 20 juli kemarin, lanjut Fredus, semua orang tua murid setuju karena banyak anak yang tidak miliki buku sumber untuk dapat belajar.
"Sehingga kami menawarkan kepada orang tua siswa harus memilki kepekaan membantu pihak sekolah dengan menerapkan buku pembelajaran bagi anak, agar proses KBM di masa pandemi ini berjalan dengan lancar," ujar Fredus.
Menurut Fredus, ini memang beban, tapi kita harus tanggap terhadap kondisi ini. Karena disatu pihak berat untuk membeli paket untuk anak-anak, Lalu membeli buku pelajaran, apalagi di dalam keluarga itu banyak anak yang sedang sekolah.
"Ini berat, tetapi kami sudah lakukan diskusi dengan orang tua untuk perlahan sesuai kemampuan membeli buku pelajaran agar anak bisa leluasa menekan waktu untuk belajar,' tegas Fredus.
Menurutnya, apalagi dengan semangat literasi anak wajib harus membaca. Apabila membaca di internet habis baca selesai. Namun ia juga harus mempunyai pulsa untuk membuka internet. Dan tidak semua anak punya HP android.
Fredus menambahkan, buku mungkin menjadi solusi yang gampang, walaupun mengeluarkan uang untuk membeli buku. Tetapi dengan buku yang sudah ada, masih bisa diberikan kepada adik-adik untuk gunakan di tahun-tahun berikutnya.
Dengan alasan ini, kata Fredus, kami sampaikan kepada orang tua dalam diskusi itu. Dari berbagai alternatif yang ditawarkan Mereka setuju untuk membelikan buku untuk kepentingan anak-anaknya belajar.
"Buku menjadi referensi yang tidak terhingga. Namun apabila anak-anak gunakan HP untuk membrowsing berita-berita di google, itu ilmiah dan tidak ilmiah. Namun dibedakan dengan buku itu sudah lewati ujian oleh pakar-pakar dan itu dilahirkan menjadi satu rangkaian berpikir yang perlu dipelajari, dihayati, diamalkan serta dieksekusikan di dalam kehidupan sehari-hari," ujar Fredus.
Ia menambahkan, apabila anak tidak dilatih untuk belajar, semangat literasi membaca akan hilang. Apabila kita dilembaga pendidikan takut menyuruh orang tua membeli buku. Namun di masa yang akan datang, generasi mendatang diperintahkan untuk membaca buku tidak mungkin, karena semangat membaca tidak ditanamkan dari saat ini di lembaga pendidikan.