News

Punya HP, Siswa tak Mampu Beli Pulsa, Pembelajaran During-Luring tak Efektif di Sumba Barat, Miris!

Untuk tahap awal, sekolah memprioritaskan pembelajaran eksata, yakni matematika, fisika, kimia dan Bahasa Inggris.

Penulis: Petrus Piter | Editor: Benny Dasman
FOTO POLSEK ALOK/UNTUK POS-KUPANG.COM
SISWA-Siswa SMP dan SMA belajar di Polsek Alok karena ketiadaan pulsa internet. 

Laporan Wartawan Pos Kupang, Com, Petrus Piter

POS KUPANG, COM, WAIKABUBAK - Kepala SMAN I Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat, Paulinus Sukur, S.Pd, mengatakan, sistem pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran di rumah baik sistem during maupun luring tidak efektif, Senin (3/8).

Sekolah yang dipimpinnya menerapkan keduanya mengingat tidak semua siswa memiliki handphone android atau memiliki handphone android tetapi tidak memiliki uang membeli pulsa paket.

Berdasarkan pengalaman hampir sebulan lebih ini, terasa tidak efektif. Guru juga sulit mengawasi kegiatan belajar mengajar (KBM) anak-anak sekolah secara langsung sehingga tidak mengikuti perkembangan anak didik, apakah memahami materi pelajaran tersebut atau hanya sekadar mengerjakan tugas yang diberikan guru.

Pada titik itulah, guru sulit mengikuti perkembangan peserta didik karena hanya mengikuti perkembangan anak sekolah melalui tulisan jawaban atas soal atau tugas yang diberikan guru baik secara online maupun offline.

Karena itu, dalam waktu dekat, pihaknya akan mengadakan rapat bersama seluruh guru mengevaluasi sistem pembelajaran yang sedang berlangsung dan merumuskan bersama sistem pembelajaran yang cocok sesuai kondisi yang dihadapi sekarang.

Karena itu, dalam perbincangan dengan beberapa guru mengusulkan pertemuan terbatas dengan guru dengan jumlah siswa terbatas pula.

Misalnya, satu rombongan belajar terdiri 36 siswa siswi maka akan dibagi dalam 3 kelompok belajar terdiri 12 orang per kelompok belajar.

Selanjutnya, guru akan mengadakan pertemuan dengan siswa siswi tersebut di lokasi belajar yang telah ditentukan. Mininal satu jam lamanya.

Untuk tahap awal, sekolah memprioritaskan pembelajaran eksata, yakni matematika, fisika, kimia dan Bahasa Inggris.

Baginya dengan pertemuan langsung, terjadi interaksi guru dan siswa sehingga hal yang sulit atau belum paham terpecahkan melalui penjelasan guru secara langsung.

Sebab kalau hanya tulisan, kesannya yang penting bisa mengerjakan tugas sekolah dan kumpul di sekolah. Semua sudah dianggap selesai.

Padahal guru tidak dapat memastikan apakah anak-anak itu sungguh belajar dan mengerjakan tugas sekolah itu. *

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved