News

Tindaklanjuti Pengaduan Masyarakat, DPRD Ngada Sidak Lokasi Perkebunan Kemiri Sunan

Tujuh orang anggota DPRD Ngada merespon aduan dan keluhan masyarakat adat Nginamanu di Kecamatan Wolomeze.

Penulis: Gordi Donofan | Editor: Benny Dasman
Dok. DPRD Ngada
Anggota DPRD Ngada saat di Perkebunan Kemiri Sunan Desa Nginamanu Kecamatan Wolomeze Kabupaten Ngada, Selasa (21/7/2020). 

Laporan Wartawan Pos Kupang, Com, Gordi Donofan

POS KUPANG, COM, BAJAWA -Tujuh orang anggota DPRD Ngada merespon aduan dan keluhan masyarakat adat Nginamanu di Kecamatan Wolomeze.

Anggota DPRD langsung ke lokasi perkebunan kemiri sunan di Desa Nginamanu.

Siaran pers yang diterima Pos KUpang, Sabtu (25/7), menyebutkan, mereka seperti berpacu dengan waktu.

Hal itu merupakan tindak lanjut pengaduan masyarakat yang tergabung dalam Forum Peduli Ulayat Nginamanu (FPUN) ke DPRD Ngada, Jumat (17/7).

Pengaduan terkait belum dibayarnya kompensasi sewa pakai lahan yang merupakan kewajiban PT. Bumiampo Investama Sejahtera (PT. BIS), sesuai kesepakatan.

Padahal perkebunan ini sudah berjalan selama 7 tahun, hingga saat ini janji hanya tinggal janji. Masyarakat adat tidak mendapatkan hak yang seharusnya diperoleh.

Di bawah hari terik matahari sekitar pukul 13.00 Wita, para wakil rakyat tiba di perkebunan kemiri sunan seluas 392,8 Ha itu.

Rombongan dewan dipimpin Wakil Ketua DPRD Ngada Aloysius Soa. Tampak menyertai anggota dewan dari lintas komisi, masing-masing yaitu, Marsel D. Nau, Mathias Rema, Ireneus Wale, Hilarius Muga, Yoseph Bei dan Yohanes Mari.

Menuju lokasi perkebunan, anggota DPRD Ngada didampingi pengurus forum FPUN, masing-masing Yohanes Lingge, Fransiskus Meno, Emanuel Djomba, Ahmad Damu dan para tokoh, unsur pemuda serta perempuan.

Mencapai lokasi, anggota dewan kelihatan sempat kerepotan, karena medan menuju titik di Mala Ana Kolo, lereng bukit Bei Watu cukup sulit.

Padahal akses masuk melalui Mataleza, Desa Denatana Timur, sebenarnya medannya lebih mudah ditempuh.

Menurun, jalan sedikit terjal, mobil anggota dewan juga kerepotan karena banyak batu lepas.

Hingga mencapai kali Lokoko di Tangiramba, mobil-mobil dipaksa parkir di bantaran sungai yang agak datar.

Dari titik ini, rombongan anggota dewan, pengurus forum dan sejumlah tokoh masyarakat menapaki jalan berbatu menanjak, agar mencapai lokasi yang dituju.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved