Hari Anak Nasional
Yafron, Ivon Dan Ayu Curhat ke Gubernur NTT Viktor Laiskodat dan Presiden Jokowi
Tiga anak NTT yakni Yefron asal Manggarai Timur, Ivon dari Ende dan Ayu dari Kupang Curhat atau mengadu ke Gubernur NTT, Viktor Laiskodat dan Preside
Penulis: OMDSMY Novemy Leo | Editor: OMDSMY Novemy Leo
Menurut Yefron sekolah yang seharusnya menjadi tempat pembentukan karakter siswa dan juga meningkatkan intelektual siswa namun tak berjalan sebagaimana mestinya.

"Kami sering diperlakukan kasar secara verbal, yang membuat kami merasa tertekan dan itu saya alami sendiri. Guru mempunyai tanggungjawab dalam mendidik siswa agar memunyai sifat dan tingkah laku baik, entah itu berada dalam lingkungan sekolah atau pun masyarakat. Namun sebaliknya, oknum guru yang saya hadapi berbeda yaitu guru yang otoriter, pembuli, penjajah dan orang tua tiri. Hal ini mengakibatkan saya takut untuk bermimpi, saya kurang percaya diri juga ingin rasanya tidak bersekolah lagi. Bapak gubernur yang saya hormati apakah saya harus atau pantas mendapatkan semua ini. Pantaskah saya untuk meruntuhkan semua mimpi saya," kata Yefron.
Yefron berharap kondisi seperti itu tidak terjadi lagi dan penegakan hukum yang adil bisa berlaku untuk kondisi itu.
"Saya anak bangsa yang sangat merindukan pendidikan yang adil nan bijaksana . Saya anak bangsa yang pantas dilindungi oleh semua termasuk Pemerintah," kata Yefron.
Yefron berharap Gubernur NTT bisa mengaktifkan kembali lembaga perlindungan anak di setiap kabupaten sehingga bisa menekan grafik angka kekerasan terhadap anak.
Yefron juga meminta ada taman baca yang memadai di setiap daerah sehingga bisa menjadi tempat anak-anak untuk belajar diluar waktu sekolah.
"Saya sangat merindukan adanya taman baca dengan perpustakaan yang menyimpan buku bacaan demi terpenuhinya minat baca kami. Kami terlahir dari anak petani yang mengandalkan hasil panen satu tahun sekali sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa orangtua kami susah memenuhi bahan bacaan kami," kata Yefron.
Yefron berharap Gubernur Viktor bisa mendengarkan keluhan dan mengabulkan keinginan mereka itu.
"Pak Gubernur yang saya kagumin, sekian dulu ulasan hati saya. Saya mohon pamit dari hadapan bapak. Saya tunggu surat balasannya," kata Yefron.
Anak lainnya, Ayu dari Kupang juga membacakan surat terbuka untuk Presiden Jokowi. Surat Yafron, Ivon dan Ayu yang mewakili anak-anak NTT itu kemudian diserahkan kepada WVI dan diteruskan kepada Wakil Rakyat, DR Ince Sayuna untuk diteruskan ke Pemerintah, Gubernur NTT dan Presiden Jokowi.
Sementara itu, Ketua Persatuan Tuna Daksa Kristiani (Persani) NTT, Desderdea Kanni, menyampaikan kesulitan yang dihadapi penyandang disabilitas untuk mengakses pendidikan dan kesehatan di masa pandemi Covid-19.
Di masa Pandemi Covid-19, kondisi fisik dan psikis penyandang disabilitas semakin tak tak membaik.
"Dulu hanya hambatan intelektual sedikit, ditambah Covid-19 akhirnya pikiran lebih strees, semakin ditekan, apalagi kondisi ekonomi menurun," kata Desderdea.
Ketika sakitpun, penyandang disabilitas enggan ke rumah sakit karena disana petugas tak punya kemampuan untuk melayani disabilitas. Fasilitas pun belum mendukung untuk diakses penyandang disablitas.
Eben E Sembiring membeberkan begitu besarnya dampak Covid-19 terhadap pendidikan anak, pengasuhan dan perlindungan anak, gizi dan kesehtaan anak, dan juga berdampak terhadap kualitas kesejahteraan rumah tangga.
