Berita Sumba Timur

Gejala Klinis Mirip ASF, Sekitar 2000 Ekor Babi di Sumba Timur Mati, Simak INFO

Sedikitnya 2.000 -an ekor babi mati di Kabupaten Sumba Timur. Kematian ternak babi saat ini sudah mulai melandai.

Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Ferry Ndoen
zoom-inlihat foto Gejala Klinis Mirip ASF, Sekitar 2000 Ekor Babi di Sumba Timur Mati, Simak INFO
POS-KUPANG.COM/Oby Lewanmeru
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur Ir. Yohanis Radamuri

Laporan Reporter POS -KUPANG.COM, Oby Lewanmeru

POS- KUPANG.COM/WAINGAPU - Sedikitnya 2.000 -an ekor babi mati di Kabupaten Sumba Timur. Kematian ternak babi saat ini sudah mulai melandai.

Hal ini disampaikan Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur, Ir. Yohanis Radamuri , Rabu (22/7/2020).
Menurut Yohanis, kematian ternak babi itu mulai muncul pertama pada Bulan Maret 2020. Kasus pertama ditemukan di Kecamatan Lewa Tidahu

"Dari wilayah itu, kemudian menyebar ke beberapa kecamatan di Sumba Timur dengan tingkat kematian cukup tinggi. Sampai saat ini sudah ada sekitar 2.000-an ekor babi yang mati," kata Yohanis.

Dia menjelaskan, setelah kasus kematian ternak babi itu meningkat, pihaknya mengambil sampel dan mengirimkan ke Laboratorium Balai Besar Veteriner Denpasar (BB-Vet) Bali.

"Hingga saat ini kami belum dapat hasil pemeriksaan sampel dari Laboratorium Balai Besar Veteriner Denpasar, sehingga belum kami katakan kematian ternak babi itu akibat Virus African Seine Fever (ASF) atau demam babi," katanya.

Meski begitu, Yohanis mengatakan, karena gejala klinis yang terjadi mirip ASF maka pihaknya mengambil langkah pencegahan secara cepat.

"Karena virus ini belum ada vaksinnya, sehingga yang bisa kami lakukan adalah sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terutama peternak babi agar memperhatikan kebersihan kandang atau tempat memelihara babi serta kebersihan pakan atau makanan ternak yang sehat," katanya.

Dia mengakui, dari gejala kematian sudah mengarah ke ASF, karena dilihat dari gejala klinis dan penularan.
"Kita terus sosialisasi soal pencegahan terutama kebersihan kandang dan pakan. Kita tahu bahwa kebanyakan kita di Sumba Timur banyak peternak babi yang tidak mengandangkan sehingga kita minta dijaga kebersihannya," ujar Yohanis.

Terkait penularan, ia mengatakan, penularan penyakit ini bisa melalui kontak langsung dengan babi yang sakit atau produk daging babi, seperti sei atau lainnya.

"Karena itu, ada perilaku masyarakat Sumba Timur ketika ada babi yang mati dibuang, kemudian bangkainya dimakan anjing sehingga penyakit ini terus menyebar," katanya.

Dia mengharapkan jika ada ternak babi yang mati atau sakit sebaiknya jangan dikonsumsi, atau dibuang sembarangan.

"Sebenarnya konsumsi juga bisa tidak masalah, hanya sebaiknya jangan apalagi menjual ke tempat lain. Kita minta supaya kalau ada ternak babi yang sakit dan mati harus dikuburkan saja agar mencegah penularan penyakit ini," ujarnya.

Sedangkan soal populasi ternak babi di Sumba Timur sesuai data pada tahun 2019 lalu sebanyak 128.440 ekor.

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur
Ir. Yohanis Radamuri
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur Ir. Yohanis Radamuri (POS-KUPANG.COM/Oby Lewanmeru)
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved