News

Sistem Ijon Menjadi Momok dan Menjerat Petani Lakekun Barat-Malaka dalam Lilitan Utang, Mengapa?

Sistem ijon sampai sejauh ini masih menjadi momok bagi petani di Desa Lakekun Barat, Kecamatan Kobalima-Malaka.

Penulis: Edy Hayong | Editor: Benny Dasman
POS-KUPANG.COM/Edi Hayon
Kepala Desa Lakekun Barat, Luan Martinus 

Laporan Wartawan Pos Kupang, Com, Edy Hayong

 POS KUPANG, COM, BETUN - Sistem ijon sampai sejauh ini masih menjadi momok bagi petani di Desa Lakekun Barat, Kecamatan Kobalima-Malaka.

Pemerintah desa selalu berusaha memberikan keyakinan kepada petani bahwa sistem ijon sangat rugi.

"Tetapi semuanya kembali kepada petani sendiri karena saat ini di desa sudah ada BUMDes yang mestinya bisa dimanfaatkan," ujar Kepala Desa Lakekun Barat, Luan Martinus, di ruang kerjanya, Jumat (17/7).

Martinus menyebut produk unggulan di Desa Lakekun Barat adalah padi. Lahan pertanian basah cukup luas dibandingkan lahan kering.

Total lahan yang ada sekitar 500 hektar, di mana bibit padi yang ditanam baik dari RPM maupun pribadi.

Namun, katanya, kendala utama sekarang adalah kecenderungan petani berhubungan langsung dengan pelaku ijon. Ketika masa panen, pelaku ijon sudah turun ke petani mengambil hasil padi.

Menyikapi kondisi ini, Martinus akan mengundang kelompok tani (poktan) untuk evaluasi bersama. Ini dengan maksud mendapatkan gambaran hasil padi yang diperoleh petani juga bagaimana mereka menjual hasil ke pelaku ijon.

"Kita rencana undang 28 poktan di 9 dusun, 12 RT, 11 RW untuk evaluasi hasil pada musim tanam I hasil panen berapa ton di lahan sekitar 500 hektar. Rata-rata hasil selama ini satu hektar sekitar 100 karung ukuran 20 kilogram. Kita juga akan undang pihak dinas pertanian memberikan materi soal manajemen pengelolaan hasil pertanian dengan bimtek," jelas Martinus. *

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved