STKIP Malaka Lepas 30 Lulusannya ke
STKIP Sinar Pancasila, Betun, Kabupaten Malaka, secara resmi melepas 30 lulusannya ke "Kampus Masyarakat"
Penulis: Edy Hayong | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | BETUN - Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan ( STKIP) Sinar Pancasila, Betun, Kabupaten Malaka, secara resmi melepas 30 lulusannya ke "Kampus Masyarakat".
Pelepasan oleh Lembaga yang bernauang di bawa Yayasan Marlilu ini ditandai dengan penyerahan ijazah kepada 30 Mahasiswa bernomor seri nasional.
Penyerahan ijazah secara simbolik kepada 30 Mahasiswa prodi sejarah diberikan langsung oleh pendiri Yayasan Marlilu Betun Malaka, NTT, Mikhael Bria di kediamannya dan di Kampus STKIP yang berada di Kawasan Manumuti Betun Malaka, Sabtu (18/7/2020).
• Penuhi Permintaan KPK, Pendaftaran Kartu Pra Kerja di Sumba Timur Dihentikan Sementara
Selain penyerahan ijazah juga para mahasiswa yang masih aktif mendapat angin segar. Dimana
60 mahasiswa semester ganjil dan 50 mahasiswa semester baru akan mendapat beasiswa dari L2DIKTI wilayah 8 yang meliputi Bali, NTB dan NTT.
Mikhael Bria (84) yang juga menjabat sebagai, Ketua Dewan Pembina Yayasan Marlilu Betun Malaka, ikut bergembira. Penyerahan secara simbolik ini diwakili oleh dua orang mahasiswa.
• Bupati Soliwoa Minta Terapkan Protokol Kesehatan di Era New Normal
Setelah penyerahan, Mikhael Bria, berpesan kepada mahasiswa lulusan prodi sejarah tersebut untuk ikut menjaga nama almamater dimanapun berada.
Dikatakan Bria bahwa barometer kesuksesan kampus STKIP ini terletak pada 30 orang mahasiswa lulusan perdana ini. Ia berpesan agar para lulusan pergunakan ijazahnya sebaik mungkin dan bermanfaatlah bagi generasi penerus bangsa Indonesia.
"Saya sudah tidak bisa bergerak jauh dan sekarang sedang pengobatan rutin. Tapi ide untuk membangun STKIP terus saya kontribusikan setiap saat," tandas Mikhael Bria yang bisa duduk di atas kursi roda.
Dalam kegiatan ini, para lulusan dibagi dalam ruangan mengingat masih ada pandemi covid19. Tiap ruangan diisi 15 orang mahasiswa dengan tujuan mahasiswa tetap jaga jarak sesuai protokol kesehatan covid.
Penyerahan ijazah kepada 30 Mahasiswa STKIP prodi sejarah itu diberikan di dua tempat, yakni satu di kediamannya Mikhael Bria dan kedua di kampus STKIP yang berada di Kawasan Manumuti Betun Malaka.
Di ruangan pertama langsung dibagikan oleh Ketua Yayasan Marlilu Betun, Maria Gaudensiadan Bria, yang didampingi oleh ketua bidang akademik, Agustinus Seran.
Dan di ruangan kedua dibagikan langsung oleh ketua STKIP, Antonius Berkanis yang didampingi oleh Ketua Badan Administrasi Akademik Kemahasiswaan, Bendiktus Bria.
Dengan penyerahan ijazah ini, Maria Gaudensia Bria selaku Ketua Yayasan STKIP Betun membantah isu yang berkembang di luar bahwa STKIP tidak jelas dan berbagai ocehan itu dengan sendirinya terbantahkan.
Sedangkan Ketua STKIP Betun, Antonius Berkanis mengatakan, untuk tahun 2020 STKIP mendapatkan beasiswa sebanyak 60 mahasiswa semester ganjil. Terdiri terdiri dari semester tiga, lima dan tujuh.
"Sementara untuk mahasiswa baru atau semester 1 (satu) mendapatkan beasiswa sebanyak 50 orang tapi dikurangi 25 orang dan sisanya 25 orang pula," tandasnya.
Bagi Antonius, capaian ini sudah luar biasa. Sebab persaingan semakin ketat di dunia pendidikan tinggi di era digital saat ini. Sumber beasiswa tersebut melalui L2Dikti Denpasar Wilayah 8 yang meliputi Bali, NTB dan NTT.
Menurut Antonius Berkanis, jangankan 60 orang mahasiswa yang mendapatkan beasiswa, 10 orang saja sudah membanggakan. Karena dari 198 perguruan tinggi untuk wilayah Bali, NTB dan NTT, salah satunya STKIP Malaka mendapatkan beasiswa bagi Mahasiswa.
Kemudian, Ketua Yayasan STKIP Betun, Maria Gaudensia Bria menjelaskan bahwa untuk isu diluar selama ini mengenai STKIP tak jelas kini sudah terjawabi pula. Dirinya berharap warga harus pandai menilai melihat dan menilai.
"Kami juga tak mungkin membiarkan mahasiswa yang begitu banyak untuk keluar tanpa kejelasan dari kampus. Hari ini terbukti bahwa STKIP secara resmi memberikan ijazah berseri nasional kepada 30 orang mahasiswa prodi sejarah," ungkapnya.
Dilanjutkannya, bagi yang tak lunasi uang SPP tentu kampus tak mengurusinya. Karena kampus STKIP sudah terpisah dari Universitas Negeri Cendana (Undana).
"Ia STKIP pada awalnya kerjasama dengan Universitas Negeri Cendana (Undana). Jadi lulusan pertama itu ijazahnya diterbitkan oleh Undana. Tapi setelah berusaha dan akhirnya dapat akreditasi dari L2DIKTI Wilayah 8 Bali, NTB dan NTT, STKIP mulai berdiri sendiri hingga sekarang," ujarnya.
Dirinya berharap dengan adanya kejelasan hari ini semoga kampus STKIP akan mencetak banyak sarjana-sarjana handal untuk kepentingan Nusa dan bangsa.
Sebagai informasi, 30 orang mahasiswa prodi sejarah STKIP tersebut adalah wisudawan/ wisudawati perdana yang telah diwisuda pada tanggal 14 Maret 2020 lalu. Saat ini STKIP sudah mendapatkan sebanyak 25 orang calon mahasiswa baru untuk tahun akademik 2020-2021. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Edi Hayong)