Berita Lembata

Ajakan Membangun Lembata Dengan Gemohing

Pembangunan di Lembata, lanjutnya, seyogyanya melibatkan semua masyarakat. Sebagaimana gemohing, semua masyarakat punya peran dalam pemba

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Ferry Ndoen
Foto/Ricko Wawo
/Relawan Taman Daun saat membedah rumah Nenek Peni di Kalikasa, Kecamatan Atadei, Kabupaten Lembata. Rumah Nenek Peni dibedah oleh Relawan Taman Daun sejak Senin (29/6/2020). 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo

POS-KUPANG.COM-LEWOLEBA-Budaya Lamaholot gemohing atau gotong royong mulai luntur di kalangan masyarakat Kabupaten Lembata. Padahal, budaya warisan nenek moyang ini bisa menjadi semangat dasar untuk membangun Lembata ke arah yang lebih baik.

Sejumlah orang muda Relawan Taman Daun yang melakukan bedah rumah seorang janda di Kampung Kalikasa, Kecamatan Atadei menuai apresiasi dan gagasan menghidupkan kembali gemohing pun muncul kembali.

Ketua DPRD Lembata Petrus Gero mengatakan spirit atau gagasan gemohing itu harus dilanjutkan dan dia mendorong anak-anak muda Lembata untuk terlibat dalam gerakan-gerakan gemohing yang sudah dimulai para relawan Taman Daun.

"Budaya itu warisan nenek moyang sejak zaman dulu. Dulu itu kerja kebun atau bangun rumah orang pakai gemohing. Gemohing itu kita sama-sama ambil bagian dan sama sama ambil peran. Termasuk petik hasil itu juga pakai budaya gemohing," ungkap Petrus saat ditemui di Kantor DPRD Lembata, Kamis (16/7/2020).
Lalu sejak kapan budaya khas Lamaholot ini mulai luntur?

Menurut Petrus, semangat dan nilai gemohing dalam masyarakat Lembata mulai tampak luntur sejak awal otonomi Kabupaten Lembata.

Menurut pandangannya, ada banyak faktor yang mempengaruhi lunturnya nilai gemohing di Lembata. Salah satunya adalah ketika Lembata berpisah dari kabupaten induk Flores Timur dan kucuran anggaran dari pemerintah pusat mulai mengalir ke Lembata.

"Ketika kita dapat anggaran dari negara masyarakat mulai berpikir semuanya jadi urusan negara. Masyarakat jadi objek pembangunan. Itu keliru, masyarakat itu subjek pembangunan," kata politisi Partai Golkar ini.
"Beberapa organisasi dulu kalau ada pertemuan di desa, biasa mereka sudah mulai dengan uang duduk, itu yang buat mental masyarakat mulai terpengaruh," imbuhnya berpendapat.

"Orang akhirnya hitung-hitungan untuk terlibat dalam kegiatan. Itu yang bagi saya kita tumbuhkan kembali dengan meniru gaya orangtua dulu-dulu," lanjutnya.

Perihal aksi bedah rumah dengan spirit gemohing, Petrus berpendapat bahwa rumah-rumah tidak layak huni di kampung-kampung bisa direnovasi kembali dengan gotong royong bersama.

"Intinya itu atap, lantai dan dinding. Kalau tiga ini bermasalah maka kita harus bantu. Berikutinya adalah sanitasi seperti toilet," kata Petrus.

Pembangunan di Lembata, lanjutnya, seyogyanya melibatkan semua masyarakat. Sebagaimana gemohing, semua masyarakat punya peran dalam pembangunan di Lembata. Dia mengajak orang muda untuk menghidupkan kembali budaya gemohing untuk pembangunan masyarakat.

Sementara itu, bagi budayawan Romanus Sole Lasar, perkembangan teknologi dan informasi juga turut melunturkan semanga gemohing di tengah masyarakat Lembata. "Masyarakat sekarang sudah mati rasa. Dia sibuk dengan keegoannya, dia sibuk dengan handphone itu. Kemajuan teknologi juga merusak mental masyarakat termasuk gemohing," tandasnya saat ditemui di bilangan Lusikawak, Kota Lewoleba, Kamis (16/7/2020).

Ketika bertugas sebagai guru di Pulau Adonara, Flores Timur dua dekade lalu, Romanus masih menemukan semangat gemohing itu masing sangat kental. Namun, hal yang sama tidak dia temukan di Lembata pada masa sekarang.

/Relawan Taman Daun saat membedah rumah Nenek Peni di Kalikasa, Kecamatan Atadei, Kabupaten Lembata. Rumah Nenek Peni dibedah oleh Relawan Taman Daun sejak Senin (29/6/2020).
/Relawan Taman Daun saat membedah rumah Nenek Peni di Kalikasa, Kecamatan Atadei, Kabupaten Lembata. Rumah Nenek Peni dibedah oleh Relawan Taman Daun sejak Senin (29/6/2020). (Foto/Ricko Wawo)
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved