Renungan Harian Katolik

Memaknai Surat-surat dari Molokai-Hawaii (28): Matahari Tetap Bersinar

Damian de Veuster telah berusaha melakukan yang terbaik dalam pelayanannya. Ia melayani lintas kelompok dan agama.

Editor: Agustinus Sape
Dok Pribadi
RD Maxi Un Bria (kiri) saat berada di Kalawao- Molokai, 3 Juni 2003 

Renungan Harian Katolik, Rabu 17 Juni 2020
Memaknai Surat-Surat dari Molokai-Hawaii (28): Matahari Tetap Bersinar

Oleh: RD. Maxi Un Bria

POS-KUPANG.COM - Si vis amari ama; Jika engkau ingin dicintai, cintailah. Demikian bunyi pepatah. Namun terutama cintailah dengan cinta Kristus sendiri yang mencintai dengan segala totalitas dan pengorbanan tanpa menuntut balas.

Dalam hal cinta dan kebajikan, Yesus mengajarkan agar belajar menjadi sempurna seperti Bapa di surga adalah sempurna.

Damian de Veuster telah berusaha melakukan yang terbaik dalam pelayanannya. Ia melayani lintas kelompok dan agama.

Dunia kehidupan para penderita kusta di Molokai diwarnai berbagai komunitas, baik yang beragama Kristen Protestan, Katolik maupun aliran kepercayaan.

Pater Damian tulus dan total melayani kemanusiaan tanpa diskriminatif. Seperti matahari bersinar untuk semua orang, demikiani Damian de Veuster memposisikan dirinya dalam pelayanan dan interaksi sosial.

Itulah sebabnya ia mendapat rasa simpati dari berbagai kalangan. Baik yang datang dari Eropa maupun di wilayah Amerika.

Sekalipun ia mendapat apresiasi dari banyak kalangan, Pater Damian tetap merasa bahwa ia hanyalah seorang pelayan biasa yang memiliki banyak keterbatasan dan khilaf.

Karena itu dalam suratnya kepada Bapak Uskup sering ia ungkapkan bahwa ia rindu untuk menerima sakramen rekonsiliasi.

Ia juga minta untuk didoakan agar kuat dan tetap sabar dalam menghadapi derita yang dialami maupun berbagai kharakater para penderita kusta.

“ Tolong mendaftarkan nama saya untuk Serikat Doa, milik Pater de Lirins Jozephus Damianus de Veuster; pendosa kusta yang jarang mengaku ini “ ( E. Brion, 1988:72 ).

Pater Damian mengutarakan demikian untuk menyatakan kerinduan hatinya, menerima rahmat sakreman rekonsilisiasi. Ia tetap merasa diri sebagai orang berdosa yang jauh dari kesempurnaan.

Mata dunia tertuju pada ‘matahari’ yang terbit di Molokai. Wilayah dengan iklim tropis ini selalu menghadirkan pemandangan yang indah di pagi hari manakala matahari terbit di sela-sela pegunungan yang memagari kampung kusta dan menjadi indah di senja hari ketika matahari terbenam perlahan di atas permukaan Samudera Pasifik.

Hidup seperti matahari, ada waktu untuk terbit, dan ada waktu untuk terbenam. Mula-mula kesejukan menghampiri alam semesta di pagi hari dengan embun sejuk yang menyegarkan, kemudian beranjak menuju suasana panas yang menyegat di siang hari dan pada akhirnya kembali menjadi teduh di senja hari, sebelum malam menghampiri kehidupan.

Dinamika kehidupan Pater Damian dalam pelayanan menjadi kisah heroik yang menyedot perhatian banyak kalangan. Mulai dari apresiasi, support sampai dengan ketidakpahaman segelintir orang, amarah bahkan fitnah.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved