TERNYATA Orang Asia Lebih Tahan Corona Dibanding Amerika & Eropa, Ini Bukti Ilmiahnya
Berbagai penelitian sedang membutikan secara ilmiah, apakah benar orang Asia lebih kuat dalam menghadapi virus corona.
TERNYATA Orang Asia Lebih Tahan Corona Dibanding Amerika & Eropa, Ini Bukti Ilmiahnya
POS KUPANG.COM -- Asal mula virus corona dari Wuhan , China kini sudah menyebar ke berbagai negara di dunia
Negara-negara Asia yang bertetangga denan China diketahui lebih dahulu terkontaminasi virus yang juga disebut Covid-19 ini
Namun dampak serius dari Covid-19 ini paling dirasakan oleh warga di Eropa dan Amerika
Berbagai penelitian sedang membutikan secara ilmiah, apakah benar orang Asia lebih kuat dalam menghadapi virus corona
Pasalnya, kasus kematian akibat virus coroan per kapita di Asia lebih kecil dibandingkan negara Eropa dan Amerika.
Hal inilah yang mendorong ilmuwan untuk mencari tahu penjelasan ilmiah terkait fenomena tersebut.
• Raffi Ahmad Dekat Banyak Wanita, Nagita Slavina Ijinkan Suaminya Menikah Lagi,Ini Kata Ayah Rafathar
• RAMALAN ZODIAK Hari ini, Hari ini Sabtu 13Juni 2020: Cancer Ada Berita Keutungan,Aquarius Realistis
• Borok Ruben Onsu Dibongkar Putusan Pengadilan, Benarkah Ayah Betrad Curi Resep dari Teman Bisnis
• Dita Karang Jago Masak, Sampai Jinny Secret Number Jatuh Cinta pada Masakan Balado
Saat menghadapi pandemi Covid-19, Jepang menerapkan pembatasan yang jauh lebih lambat.
Meski demilkian, Jepang juga mencatat kasus infeksi dan kematian yang lebih rendah.
Virus corona yang dipindai dengan mikroskop elektron (NIAID)
Menteri keuangan Jepang, Taro Aso mengatakan bahwa fenomena ini merupakan tingkat budaya yang tinggi.
Stasiun televisi TBS berteori bahwa bahasa Jepang sangat sedikit memiliki kata yang harus diucapkan keras, sehingga percikan droplet yang keluar dari mulut lebih sedikit.
Selain itu, masyarakat Jepang meyakini bahwa pola dan menu makanan yang mereka terapkan bisa melindungi dari serangan virus.
Seluruh Asia
Ternyata, fenomena tahan virus corona ini tidak hanya muncul di Jepang, namun seluruh Asia.
Seluruh Asia mencatat kasus infeksi dan kematian yang disebabkan oleh Covid-19 relatif rendah.
Cina yang menjadi negara asal virus ini pun hanya mencatat tiga kasus per satu juta warganya.
Beberapa negara Asia lainnya seperti Korea Selatan dan Indonesia yang memiliki fatalitas tinggi, ternyata tidak setinggi negara-negara Eropa dan Amerika.
Tingkat fatalitas di Eropa dan Amerika diketahui sangat tinggi.
Seperti dilansir dari DW Indonesia, rekor fatalitas dicatat oleh Italia, Spanyol dan Inggris dengan rata-rata 500 kematian per sejuta populasi.
Jika perbedaan jumlah fatalitas akibat Covid-19 ini merujuk pada jumlah orang yang diuji terkait virus ini, hal itu tidak memiliki basis kuat.
Korea Selatan menjadi negara dengan jumlah uji virus corona di dunia, dan menunjukkan fatalitas yang tetap berada di bawah negara-negara Eropa dan Amerika.
Karena itulah, para ilmuwan mencari penyebab rendahnya kasus infeksi dan kematian akibat Covid-19 dari sisi lainnya.

Virus Corona (The Centers for Disease Control and Prevention (CDC))
Apakah mutasi memicu virus menjadi semakin ganas?
Para peneliti di Los Alamos National Laboratory di AS menyebutkan adanya kemungkinan virus corona yang mewabah di Eropa dan Amerika mengalami mutasi.
Mutasi tersebut membuat virus menjadi semakin cepat menular dan ganas.
Profesor emeritus Tatsuhiko Kodama, pakar medis dari Universitas Tokyo memperkirakan bahwa warga di Asia Timur memiliki antibodi yang lebih kuat dalam melawan virus.
“Banyak virus flu dan virus corona yang memicu gejala seperti influenza di masa lalu berasal dari kawasan Cina Selatan, dan menginfeksi warga di negara tetangganya. Karena itu dalam darah mereka sudah terdapat sel darah putih yang mampu memerangi virus yang sekeluarga seperti SARS-CoV-2“, papar Kodama lebih lanjut.
Selain itu, Tasuku Honjo juga menjelaskan terkait perbedaan sistem pertahanan tubuh orang Asia.
“Orang Asia secara genetis punya perbedaan besar dengan orang di barat, terkait sistem pertahaan tubuhnya terhadap virus“, papar pakar imunologi Jepang itu.
Meski demikian, profesor Kodama memperingatkan bahwa masyarakat Asia tetap bisa tertular virus dan belum tentu aman.
“Virus yang bermutasi bisa sama mematikannya bagi warga Asia maupun warga Eropa, tegas pakar medis dari Universitas Tokyo itu.
Berbagai faktor lain yang mungkin berpengaruh
Para peneliti juga mencari faktor lain yang mungkin berpengaruh, misalnya kasus obesitas atau kegemukan.
Data menunjukkan pola makan masyarakat Asia relatif lebih berimbang dan lebih berisiko rendah memicu obesitas.
Kasus obesitas di Jepang hanya tercatat sekitar 4%, dan di Korea Selatan hanya 5%.
Sedangkan di Eropa barat, angka obesitas bahkan mencapai 20% dan di AS mencapai 36%.
Meski belum ada bukti ilmiah yang berkaitan langsung antara obesitas dengan kematian akibat Covid-19, namun orang dengan obesitas biasanya memiliki riwayat penyakit yang berbahaya jika terpapar Covid-19.
Sembuh Dari Penyakit Lain, Pasien Rumah Sakit Bisa Mudah Kena Corona, Begini Gambaran Penularannya
Sementara itu, berawal sakit biasa, ini gambaran betapa virus corona mudah menular lewat ranjang rumah sakit.
Artinya, bisa sembuh satu penyakit, malah bisa ketularan penyakit baru yang lebih gawat, yakni Covid-19 .
Seperti diketahui, virus Corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 7.5 juta orang di dunia.
Virus ini juga telah sebabkan lebih dari 423 ribu orang meninggal dunia.
Belum lama ini, para peneliti menerbitkan sebuah penelitian yang menyelidiki seberapa cepat virus DNA dapat menyebar di permukaan yang terkontaminasi di lingkungan rumah sakit.
Seperti yang dilaporkan dalam Journal of Hospital Infections, para ahli sengaja menempatkan DNA dari virus yang menginfeksi tanaman ke tempat tidur pasien dan melacak bagaimana penyebarannya.
Virus yang digunakan sama sekali tidak membahayakan manusia.
Tim juga menambahkan sedikit air ke virus itu untuk mereplikasi konsentrasi yang ditemukan dalam salinan pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2.
Setelah 10 jam, virus yang menginfeksi tanaman ditemukan di sekitar 41 persen sampel bangsal.
Setelah tiga hari, penyebarannya meningkat menjadi 59 persen.
Lalu, pada hari kelima, penyebaran menurun ke tingkat 41 persen lagi.
Dilansir IFL Science, Kamis (11/6/2020), studi ini menggambarkan pentingnya membersihkan permukaan dan menjaga kebersihan dengan baik.

Apa yang harus dilakukan?
Terkait penyebaran virus corona SARS-CoV-2, hingga saat ini masih banyak yang belum diketahui.
Inilah sebabnya mengapa menerapkan jaga jarak fisik (physical distancing), penggunaan masker, memakai kacamata, dan selalu mencuci tangan dengan sabun harus dilakukan.
Setidaknya, perilaku itulah yang telah terbukti membantu mencegah virus menginfeksi tubuh.
"Orang dapat terinfeksi Covid-19 melalui droplet atau tetesan pernapasan yang dihasilkan selama batuk atau bersin.
"Sama halnya, jika tetesan ini mendarat di permukaan, seseorang dapat terinfeksi setelah tangan menyentuh permukaan (yang terkontaminasi) kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut mereka," kata rekan penulis Dr Elaine Cloutman-Green, seorang ilmuwan kesehatan terkemuka di Great Ormond Street Hospital, dalam sebuah pernyataan.

dengan sabun dan air," lanjut Dr Cloutman-Green.
"Membersihkan dan mencuci tangan merupakan garis pertahanan pertama kami terhadap virus dan penelitian ini adalah pengingat yang signifikan bahwa petugas kesehatan dan semua pengunjung rumah sakit dapat membantu menghentikan penyebarannya melalui kebersihan tangan yang ketat, membersihkan permukaan, dan penggunaan alat pelindung diri (APD) yang tepat," tutupnya.
Viral Kuitansi Berobat Corona Bikin Tercengang, Mantan Pasien: Masih Berani Keluyuran Tanpa Masker?
Sementara, ini kisah viral berbeda yakni cerita seorang pasien sembuh Covid-19, harus rela menggelontorkan uang Rp 70 Juta demi membayar jumlah tagihan perawatan corona.
Mantan pasien pun menyodorkan tantangan: Bagi yang masih keliaran tanpa masker, sodorin saja kuitansi tagihan ini, masih berani keluyuran?
Mendapatkan serangkaian penanganan di sebuah RS Swasta, seorang pasien yang kini sembuh dari Covid-19 membeberkan rincian biaya yang harus dikeluarkannya.
Tak main-main, total biaya perawatannya pun mencapai puluhan juta.
Lantas cerita ini menjadi viral dan ramai diperbincangkan di jagat Twitter.
Mulanya, Juno melalui akun pribadi @jtuvanyx membagikan pengalamannya dalam sebuah utas Twitter, pada Rabu (9/6/2020).
Dalam cerita tersebut, Juno juga melampirkan sebuah foto bukti biaya perawatan.
Juno terlebih dahulu membagikan biaya perawatan Covid-19 sebelum pindah ke Wisma Atlet.
Diketahui, ia ditagih kurang lebih Rp 34 juta saat masih dirawat di sebuah RS Swasta.
Sembari melampirkan potret rincian biaya, Juno tak lupa menuliskan keterangan untuk menjelaskan maksudnya.
"Ini biaya perawatan gue sebelum masuk Wisma Atlet dulu.
Karena hasil swab belum keluar jadi merujuk pada diagnosa Bronchopneumonia (BP).
Kalo ada teman atau kenalan kalian yang berkeliaran di luar tanpa masker dan enggak social distancing sodorin tagihan ini aja.
Udah siap bayar biaya-biayanya kalau kena Covid?" tulis Juno dalam unggahan Twitter-nya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan jumlah biaya tersebut termasuk biaya kamar isolasi 9 hari, obat, lab thorax dan darah, serta biaya dokter.
Bahkan, Juno menyampaikan jumlah itu bisa naik 3 kali lipat bila membutuhkan tindakan lain seperti ventilator.
"Ini aja biayanya cuma atas kamar rawat (isolasi) 9 hari, obat-obatan, lab thorax sama darah, visit dokter, udah.
Enggak ada tindakan yang gimana-gimana karena puji Tuhan gue enggak sampai sesak napas.
Biaya bisa naik 3x lipat kalo lo butuh tindakan-tindakan, ventilator, dll
Ayo keluar aja terus di jalanan!" lanjutnya.
Ia terbesit muncul perasaan khawatir lantaran takut ditolak.
"Buat gue waktu itu enggak ada pilihan selain melipir ke RS swasta,
yang mana waktu itu datang juga dengan perasaan was-was karena udah dengar beberapa orang juga ditolak sama RS swasta," tambahnya.
Menurutnya, pihak pemerintah juga telah menyediakan fasilitas gratis di rumah sakit rujukan.
Akan tetapi, hal itu akan sulit masuk lantaran tetap harus didukung diagnosa medis.
"Buat yang pertanyakan fasilitas gratis dari pemerintah itu udah dikasih RS Rujukan kok.
Lo berobat kesana gratis, tapi ya kalau buat pasien baru yg gejalanya ringan2 aja dan belum didukung diagnosa medis suka agak susah masuk.
Lo bakal diminta ikut tes dulu.
Buat yang positif gejala ringan bisa ke Wisma Atlet di Jakarta, buat yang positif gejala berat langsung ke RS Rujukan.
Lokasi menyesuaikan daerah masing-masing ya," jelas Juno.
Dalam cerita yang dibagikannya, Juno menyampaikan bahwa perawatan di Wisma Atlet gratis alias tak dikenakan biaya.
Sedangkan, biaya yang dikeluarkankannya selama perawatan di sebuah RS Swasta telah ditanggung oleh asuransi pribadi.
Biaya Perawatan Pasien Covid-19, Erick Thohir: Mahal Banget!
Sementara itu, demi selamatkan nyawa pasien penderita virus corona, ternyata Pemerintah Indonesia harus mengeluarkan biaya sebesar ini untuk satu orangnya.
Wabah virus corona memang tidak bisa disepelekan begitu saja.
Tak hanya mematikan, biaya perawatan untuk pasien penderita Covid-19 juga tak main-main.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan perkiraan biaya perawatan pasien Covid-19.
Biaya pengobatan pasien Covid-19 tersebut harus ditanggung oleh pemerintah.
Terang-terangan Erick Thohir menyebut angka fantastis untuk biaya perawatan pasien Covid-19.
Menteri BUMN Erick Thohir usai laporan kepada Menkopolhukam Mahfud MD di Kantor Kemenkopolhukam, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (5/12/2019). (KOMPAS.com/Deti Mega Purnamasari)
"Kalau kita lihat dari data-data, kena Covid itu per orang bisa Rp 105 juta.
Kalau yang ada penyakit tambahan Rp 215 juta kalau enggak salah.
Mahal banget,” ujarnya dalam diskusi virtual, Jumat (29/5/2020).
Oleh karena itu, Erick Thohir meminta masyarakat harus tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan selama menjalani situasi new normal.

Ia yakin bila masyarakat disiplin, maka Indonesia bisa cepat melalui masa pandemi Covid-19.
Erick mengatakan, masyarakat Indonesia akan menghadapi situasi kenormalan baru atau new normal dalam waktu yang lama.
Sebab, selama belum ditemukannya vaksin Covid-19, masyarakat harus tetap hidup dengan situasi new normal.
“Memang new normal harus kita hadapi cukup lama.
Selama vaksinnya belum ditemukan, mohon maaf juga vaksinnya itu harus diproduksi, habis diproduksi harus didistribusi, abis itu baru disuntik.
Itu makan waktu,” ujar Erick

Kendati begitu, Erick meyakini Indonesia bisa melewati masa-masa sulit tersebut.
Sebab, Indonesia sudah terbukti mampu bangkit dari situasi sulit.
“Saya yakin negara kita bisa keluar lah, sudah beberapa kali bangsa Indonesia membuktikan prediksi-prediksi dari negara lain salah.
Dibilang 1998 bubar dan ternyata enggak jadi kenyataan.
Kalau kita terbuka, enggak enggak baperan, insyaallah kita ada jalannya,” ucap dia (TribunStyle.com/Anggie)
Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com dengan judul BERSYUKURLAH! Orang Asia Lebih Kebal Hadapi Corona Dibanding Amerika & Eropa, Ini Bukti Ilmiahnya, https://style.tribunnews.com/2020/06/13/bersyukurlah-orang-asia-lebih-kebal-hadapi-corona-dibanding-amerika-eropa-ini-bukti-ilmiahnya?page=all.