Dikira dari Keluarga Tak Mampu, Vina Amalia, Putri Mahfud MD, Diberi Susu oleh Dosen Chairul
Selama mengenyam menapaki pendidikan di universitas itu, tak satu pun dosen yang tahu, bahwa Vina Amalia adalah putri Mahfud MD.
Dikira dari Keluarga Tak Mampu, Vina Amalia, Putri Mahfud MD, Diberi Susu oleh Dosen Chairul
POS-KUPANG.COM - Siapa tak kenal Mahfud MD yang kini mengemban jabatan sebagai Menko Polhukam?
Sosoknya sangat bersahaja, walau kini berpredikat sebagai pejabat tinggi di Tanah Air.
Bahkan anak pun dilarang membuka jati dirinya sebagai anak pejabat, ketika masih sekolah.
Mungkin karena itu, sehingga salah soerang putri Mahfud MD, yakni Vina Amalia, sempat dikira berasal dari keluarga tidak mampu oleh dosen di kampusnya, saat ia masih berkuliah.
Mahfud MD merupakan mantan politisi yang pernah menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi atau MK.
Meski mengemban jabatan penting di pemerintahan, Mahfud MD selalu berpesan kepada ketiga anaknya agar merahasiakan identitas mereka.
Hal ini dilakukan Mahfud MD, karena tak ingin anak-anaknya dikenal publik karena ada hubungan darah dengannya.
Dan, permintaan Mahfud MD untuk ketiga anaknya itu, justeru menyisakan kisah nan unik.
Kisah unik itu dialami putri keduanya, Vina Amalia.
• Viral! Nenek 65 Tahun Nikahi Pria Muda 25 Tahun, Lalu Tinggal di Gubuk Samping Pemakaman
• Kisah Cinta Kakek 70 Tahun dengan Gadis 20 Tahun, Kesemsem Lihat Otot Kekar, Lalu Berakhir Tragis
• Masa Pandemi Covid-19, Yuni Shara Bantu Memasarkan Masker Karya Pengrajin NTT
Seperti yang diceritakan Mahfud MD dalam acara Alvin & Friends, Vina Amalia mengenyam pendidikan di Universitas Airlangga.
Selama mengenyam menapaki pendidikan di universitas itu, tak satu pun dosen yang tahu, bahwa Vina Amalia adalah putri Mahfud MD.
Padahal, ketika Vina Amalia kuliah di tahun 2011, Mahfud MD mengemban tugas sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi.
Putri Mahfud MD itu pernah diberi susu oleh dosennya
"Waktu anak saya yang nomor dua kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair), sampai diwisuda, hampir semua dosennya enggak tahu kalau itu anak saya," kata Mahfud MD.
Bahkan selama kuliah, putrinya itu pernah diberi susu oleh salah satu dosennya, namanya Chairul.
Vina diberi susu oleh sang dosen, karena Chairul menganggap Vina Amalia adalah mahasiswanya yang tidak cukup kebutuhan gizinya.
Karena hal itulah dosennya memberikan susu saat Vina Amalia sedang lewat dihadapannya.
"Bahkan ada dosennya, namanya Pak Chairul, kalau ada anak saya itu lewat diberi susu 'Ini nih (buat) kamu, kekurangan susu, dikasih," ungkap Mahfud MD.
Momen unik itu akhirnya diceritakan Vina Amalia kepada Mahfud MD.
Dosennya diundang untuk makan malam oleh Mahfud MD
Saat sedang makan malam, Mahfud MD sangat berterima kasih kepada Pak Chairul.
Kemudian Pak Chairul bertanya kepada Mahfud MD, siapa nama putri Mahfud MD yang berkuliah di tempatnya mengajar.
"Abis itu saya panggil, undang makan. (Dosennya bilang) pak terima kasih, siapa putranya? (Mahfud MD jawab) itu Vina anak saya," ucap Mahfud MD.
Mendengar pengakuan Mahfud MD tersebut, Pak Chairul pun kaget dan langsung meminta maaf kepadanya karena sempat memberikan susu kepada Vina Amalia.
Hal itu dilakukan oleh Pak Chairul karena menganggap Vina Amalia adalah anak dari orang yang tidak mampu.
"Loh, saya kira dia anaknya orang enggak punya. (Makanya saya) kasih susu. Wah itu dia minta maaf," kenang Mahfud MD seraya tersenyum.
Momen unik itu menjadi momen yang tidak terlupakan, baik untuk Vina Amalia, Mahfud MD dan Pak Chairul.
Vina Amalia menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Kedokteran Unair pada tahun 2012.
Saat itu, Mahfud MD juga masih menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi.
Kini, Vina Amalia bekerja sebagai dokter di RSUD Dr. Soetomo Surabaya bidang Rehab Ortopedia Bedah Tulang.
• Harga Terbaru Mitsubishi Pajero dan Xpander Bekas, Lengkap dengan Cara Cek Mobil Second
• Selalu Menolak Hubungan Intim Setelah Menikah, Ternyata Sang Istri Menderita Kejang Vagina
• Mengenang Kepergian Sang Jurnalis NTT, Peter Apollonius Rohi
Siapa Mahfud MD?
Dilansir dari wikipedia, Mohammad Mahfud MD atau lebih dikenal dengan Mahfud MD, adalah politisi dan pengacara kawakan.
Dia keturunan Madura, lahir di Sampang, sebuah kabupaten di Pulau Madura.
Dia adalah hakim agung Mahkamah Konstitusi Indonesia, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Partai Kebangkitan Nasional dan juga Menteri Pertahanan dan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia di semasa Presiden Gus Dur.
Dia menyelesaikan masa jabatan lima tahunnya sebagai hakim agung pada bulan April 2013 dan telah mengumumkan bahwa dia tidak akan mengupayakan pemilihan kembali sebagai ketua pengadilan.
Mahfud memegang gelar master dalam ilmu politik dan doktor dalam hukum konstitusi (1993) dari Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.
Sejak 1984, ia juga menjadi profesor hukum konstitusi di fakultas hukum di Universitas Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta. Ia juga mengajar di sejumlah universitas lain di Indonesia.

Menteri Pertahanan RI
Mahfud MD diangkat sebagai Menteri Pertahanan oleh Presiden Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan sapaan Gus Dur, pada 23 Agustus 2000.
Penunjukan Mahfud sebagai Menteri Pertahanan menimbulkan kontroversi, setelah dikabarkan bahwa penunjukan itu tidak disetujui oleh Wakil Presiden, Megawati Soekarnoputri.
Meskipun Mahfud akhirnya mengakui bahwa ia bertemu dengan Megawati secara pribadi dan menegaskan bahwa dia tidak memiliki masalah dengan pengangkatannya.
Setelah perombakan kabinet pada 20 Juli 2001, Mahfud pindah dari portofolio pertahanan dan diangkat menjadi Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.
Dia memegang jabatan singkat sampai pemakzulan Wahid oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat beberapa hari kemudian dan pembentukan Kabinet Bantuan Bersama.
Pada 2004, Mahfud menjadi salah satu calon Partai Kebangkitan Nasional untuk pemilihan parlemen 2004.
Ia sukses dalam pemilihan dan menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk periode 2004-2009.
Dia duduk di sejumlah komisi parlemen selama masa jabatannya di parlemen.
Pada 2008, Mahfud terpilih sebagai salah satu hakim konstitusi.
Dalam pemilihan Mahkamah Konstitusi Indonesia untuk hakim agung, ia dengan tipis mengalahkan Jimly Asshiddiqie yang berkuasa untuk menjadi ketua pengadilan kedua.
Dia menjabat di posisi itu sampai masa jabatannya berakhir pada April 2013. (*)