Eksplorasi dan Eksploitasi Geothermal Wae Sao Kabupaten Manggarai Barat Ditolak
Proyek Geothermal di Wae Sano, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat Provinsi NTT ditolak.
Penulis: Ryan Nong | Editor: Rosalina Woso
Eksplorasi dan Eksploitasi Geothermal Wae Sao Kabupaten Manggarai Barat Ditolak
POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Proyek Geothermal di Wae Sano, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat Provinsi NTT ditolak.
Gelombang penolakan terhadap proyek yang akan mengeksplorasi dan mengeksploitasi Geothermal di Wae Sano, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat itu juga terus mengalir dari berbagai organisasi kepemudaan.
Terkini, berbagai organisasi kepemudaan dan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Manggarai Raya (AMMARA) Kupang menyatakan sikap menolak.
Koordinator Umum AMMARA Kupang, Adeodatus Syukur, mengatakan, pihaknya menilai kehadiran proyek Geothermal di Wae Sano menunjukkan sikap malas Bupati Manggarai Barat Agustinus Ch. Dula untuk mengembangkan sektor primer di Manggarai Barat.
Syukur mengatakan, jika Bupati Gusti Dula tidak berpihak pada masyarakat Wae Sano yang sudah menyatu dengan adat-istiadat, berarti keberadaannya sebagai orang Manggarai patut dipertanyakan.
"Proyek Geothermal bukan satu- satunya cara untuk mensejahterakan Masyarakat di Wae Sano," ujarnya.
Bupati Manggarai Barat, tegas Syukur, harus konsisten dengan pernyataannya pada tanggal 18 Februari 2019, yang mengatakan jika masyarakat akan dievakuasi, maka lebih baik proyek geothermal ini dihentikan dan Pemkab Mabar tidak memiliki lahan baru untuk mengevakuasi warga Nunang.
Saat itu Pemkab Mabar menyatakan lebih baik fokus pada sektor pariwisata dari pada mengevakuasi warga.
Alasan AMMARA-Kupang menolak pembangunan proyek geothermal di Wae Sano, beber Syukur, diantaranya karena sumur-sumur pengeboran (well pads) proyek geothermal ini persis terletak di tengah ruang hidup warga setempat yaitu kesatuan yang utuh antara pemukiman, lahan pertanian/perkebunan, pusat-pusat adat, sumber air, fasilitas publik (sekolah, tempat ibadat, fasilitas kesehatan).
Sumur-sumur pengeboran itu juga terletak pada titik yang lebih tinggi dari ruang hidup masyarakat setempat.
Selain itu, menurut AMMARA, pembangunan geothermal tersebut berpotensi besar akan merusak ekosistem danau Sano Nggoang yang telah lama menjadi bagian penting dari kehidupan warga setempat. Dengan bentangan alam yang indah, Pemerintah Manggarai Barat telah menetapkan Danau Sano Nggoang sebagai salah satu destinasi pariwisata yang sangat potensial untuk kesejahteraan masyarakat setempat.
Proyek tersebut sekaligus berpotensi besar merusak ekosistem hutan Danau Sano Nggoang sebagai habitat alami beberapa spesies burung endemik Flores seperti Gagak Flores, Celepuk Flores, Punai Flores, Celepuk Wallace, Celepuk Maluku, dan Sepah Kerdil.
Kehadiran proyek geothermal di Desa Wae Sano juga, menurut mereka, telah menghadirkan konflik di tengah masyarakat Wae Sano yang telah lama hidup secara harmonis.
Karena itu mereka mendesak Mendesak Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian ESDM di Jakarta, untuk segera mencabut izin dari PT SMI sebagai pelaksana proyek. Mereka juga mendesak PT SMI untuk menghargai hak perseorangan ataupun hak ulayat yang sifatnya komunal dan tidak bisa diwakili.
Selain itu, sikap tegas mereka juga mendesak Bupati Manggarai Barat, Agustinus Ch. Dula, dan DPRD Manggarai Barat untuk menindaklanjuti aspirasi penolakan masyarakat terkait rencana pengembangan panas bumi di Wae Sano ke pemerintah pusat serta mendesak Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat untuk segera memberi pengakuan terhadap lembaga adat untuk mencegah konflik horizontal yang terjadi pada masyarakat adat.
Mereka mendesak Pemerintah Pusat untuk menghargai terkait pemberian jaminan kebebasan dari masyarakat setempat sesuai dengan amanat konstitusi dan mengajak seluruh elemen masyarakat untuk lebih peduli dan tidak membenarkan segala upaya yang berusaha menimbulkan konflik di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
"Kami juga meminta institusi gereja katolik Manggarai dibawah naungan keuskupan Ruteng untuk secara tegas menolak kehadiran proyek Geothermal di Desa Wae Sano dan meminta Bupati Manggarai Barat, Agustinus Ch. Dula, dan Wakil Bupati Manggarai Barat, Maria Geong tidak boleh mengangkangi nilai-nilai kebudayaan yang sudah bertahun-tahun menyatu dengan kehidupan masyarakat Wae Sano," tandas Syukur.
Sikap mereka juga mendesak pemerintah Manggarai Barat untuk memberdayakan sektor pariwisata Danau Sano Nggoang demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meminta pemerintah tidak menghalalkan cara-cara yang tidak baik, seperti mengintervensi atau memberi tekanan kepada masyarakat penolak demi meloloskan proyek Geothermal itu.
• Tujuh Tahun Layani Masyarakat Kecil Pencari Keadilan di NTT
• Pilkada Kabupaten Sumba Timur - DPP NasDem Sudah Keluarkan SK Usung Kris Praing- David Wadu
"Kami mendesak pemerintah Kabupaten Manggarai Barat untuk mengembangkan model-model pembangunan yang ramah lingkungan serta memberdayakan masyarakat setempat di Desa Wae Sano secara khusus dan Kabupaten Manggarai Barat secara umum dan mendesak Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat untuk konsisten dengan pernyataannya terkait moratorium tambang di NTT," pungkas Syukur. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ryan Nong)