Renungan Harian Katolik

Memaknai Surat-surat dari Molokai-Hawaii ( 22 ): Beati Mundo Corde; Berbagialah yang Suci Hatinya

Dalam refleksinya atas hidup dan pelayanan, ia terus berusaha menyatukan dan menyelaraskan hati dan kehendaknya dengan hati Tuhan sendiri.

Editor: Agustinus Sape
Dok Pribadi
RD Maxi Un Bria (kiri) saat berada di Kalawao- Molokai, 3 Juni 2003 

Renungan Harian Katolik, Senin 8 Juni 2020
Memaknai Surat-Surat dari Molokai- Hawaii ( 22 ) Beati Mundo Corde; Berbagialah yang Suci Hatinya

Oleh: RD. Maxi Un Bria

POS-KUPANG.COM - Cor unum et anima una; satu hati dan satu jiwa, selalu menjadi permenungan St. Damian de Veuster.

Dalam refleksinya atas hidup dan pelayanan, ia terus berusaha menyatukan dan menyelaraskan hati dan kehendaknya dengan hati Tuhan sendiri.

Ia yakin Tuhan memiliki cara pikir dan desain tersendiri atas hidup setiap insan manusia. Karena itu, apa yang terjadi dan dialami sepantasnya dikaitkan dengan frame penyelenggaraan Tuhan.

Dalam suratnya kepada Pamfilius, ( akhir Agustus 1886 ), Damian de Veuster tidak tahu bahwa ibundanya yang saat itu berusia 82 tahun telah meninggal dunia.

Ia menulis bahwa ibunya telah berusia senja. Sepanjang hidup telah bekerja keras dan sekarang sudah selayaknya dapat menikmati istIrahat dekat Hati Bapa yang abadi. Sampaikan salamku kepadanya bahwa saya tidak melupakannya di altar. Saya yakin sebagai orang Kristen yang baik, ibu tahu bagaimana mempersiapkan diri akan kematian yang baik.

Damian selanjutnya bercerita bahwa ia telah mencoba menggunakan pengobatan alternatif cara Jepang selama lima minggu, namun hasilnya jauh dari yang diharapkan.

Dalam kondisi demikian, Pater Damian masih diminta pemerintah untuk mendirikan sebuah rumah sakit yang besar di Molokai demi mengobati ratusan penderita di bawah bimbingannya.

Sehingga Pater Damian nantinya tidak hanya bekerja sebagai seorang imam, tetapi sekaligus menjadi arsitek dan dokter.

“Syukurlah kekuatanku agak pulih. Sampaikanlah salamku kepada teman-teman dan keluarga di Leuven dan Tremelo. Marilah kita saling mendoakan” ( E. Brion, 1988 : 63 ).

Sabda Bahagia Yesus menguatkan hati Damian de Veuster. Damian tetap merindukan kehadiran Allah dalam karya pelayanannya. Ia tekun membangun relasi personal dengan Yesus Sang Guru.

Ia merenungkan Sabda-Nya dan meneguhkan hati para penderita kusta dengan santapan Ekaristi Kudus dan Firman Tuhan.

Ia melayani para penderita kusta dengan hati yang suci dan belaskasih yang besar.

“ Berbahagialah orang yang berbelaskasihan karena mereka akan beroleh belaskasihan. Berbahagialah orang yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah” ( Matius 5 : 7-8 ).

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved