Di LCS Hadapi AL Amerika,Di Darat China Siap Gempur India,Tapi Tentara Hindustan Bukan Kaleng-kaleng
Dengan jumlah sekitar 2 juta personil, tentara China yang dilengkapi dengan persenjataan super canggig diyakini bisa menghadapi negara manapun termasu
Di LCS Hadapi AL Amerika , Di Darat China Siap Gempur India, Tapi Tentara Hindustan Bukan Kaleng-kaleng
POS KUPANG.COM -- Tentara Pembebasan Rakyat atau PLA China diakui sebagai pasukan dengan personil terbanyak du dunia
Dengan jumlah sekitar 2 juta personil, tentara China yang dilengkapi dengan persenjataan super canggig diyakini bisa menghadapi negara manapun termasuk Amerika Serikat
China juga dianggap ancaman bagi Taiwan yang diklaim Beijing sebagai bagian integral dari Republik Rakyat China
Selain itu, wilayah Hongkong juga sedang bergejolak sering dengan pengesahan UU Keamanan Negara yang dipaksanakan China
Sementara di Laut China Selatan atau LCS , angkatan laut PLA China tengah berhadapan dengan Angkatan Laut Amerika Serikat
Di daratan juga tidak kalah sengit, pasukan China juga kini tengah berhadap-hadapan dengan pasukan India di bagian utara negeri itu
Bila pada perang sebelumnya tahun 1962 , China membuat pasukan India kedodoran saat perang namun tidak kali ini
Militer India juga sudah menjelma menjadi raksasa baru bahkan India juga sudah punya senjata nuklir
Dengan kekuatan militer yang sama, maka China akan membuat kesalahan fatal bila berani melakukan agresi ke wilayah India

Presiden Xi Jinping telah bergerak maju dengan rencananya untuk melepaskan status terpisah Hong Kong.
Dia juga memaksakan keutamaan pemerintahan komunis China di bekas wilayah Inggris.
Tindakan Xi menyoroti ketidakjujuran mendasar Tiongkok dan membuat semua negara berhenti sejenak untuk mempercayai kesepakatan apapun dengan China
• Refly Harun Sindir 3 Wamen yang Rangkap Jabatan, Singgung Gaji Besar Dirut BUMN Dibanding Wamen
• Dewi Persik Ngamuk Dituding Seseorang Bernama Om Juli, Eks Saipul Jamil: Gak Jual Apem, tapi Suara
• Terbongkar Satu Persatu,Ini Pemilik Akun Danurnyinyir yang SebarVideo Syur Mirip Syahrini Ternyata?
• Hampir Pecah Perang Saat Kapal Perang China Hadang dan Usir Kepala Rudal Amerika
Hal itu mengingat bahwa ini bukan kesepakatan politik yang sederhana tetapi perjanjian Sino-Inggris resmi yang diratifikasi oleh kedua pemerintah di mana keduanya sepakat untuk mengizinkan Hong Kong mengatur dirinya sendiri selama 50 tahun, dasar dari apa yang disebut, kebijakan "One China, Two Systems."

Ketika Cina menghadapi ketidakpastian ekonomi dan jurang demografis , Xi mungkin merasa sebaliknya, percaya bahwa Amerika Serikat sebagai macan kertas dan krisis di selat Taiwan akan berguna untuk mengalihkan perhatian publik dari kegagalannya sendiri.
Karena itu, dalam komentar pada hari Jumat, 22 Mei, Perdana Menteri China Li Keqiang sengaja menghilangkan "damai" dari rumusan biasa tentang "penyatuan kembali secara damai."
Tetapi sementara para pakar dan perencana militer selama beberapa dekade khawatir tentang dorongan militer China ke Taiwan, krisis berikutnya mungkin tidak melibatkan agresi China melintasi Selat Taiwan, melainkan ke India.
Pemerinah Komunis China memprakarsai serangkaian pertempuran perbatasan dengan India setelah pemerintah India memberikan suaka politik Dalai Lama pada tahun 1959.
Pada tanggal 20 Oktober 1962, pasukan China melancarkan serangan serentak di sepanjang Garis McMahon, demarkasi antara Tibet dan India yang diajukan oleh Inggris pada Konferensi Simla 1914.
Pasukan China sebagian besar berhasil dan, setelahnya, militer India secara mendasar mempertimbangkan kembali postur dan strateginya.
Cina juga menyerang Ladakh pada tahun 1962. Sementara media Barat sering menggambarkan perselisihan Kashmir sebagai hanya antara India dan Pakistan, Cina menguasai 17 persen wilayah.

Setidaknya ada empat 'insiden' di seluruh garis kendali India-China dalam beberapa pekan terakhir.
Baca Juga: Ternyata Masih Ada 12 Negara Konfirmasi Nol Kasus Covid-19, Kenapa Bisa?
Sementara ada hampir 500 insiden di Ladakh timur pada 2019, insiden baru-baru ini berskala lebih besar dan terkoordinasi dengan lebih baik daripada yang terjadi pada 2019 dan sebelumnya.
Tentara Pembebasan Rakyat telah memperkuat posisinya di Lembah Galwan dan Demochok di Ladakh.
Letnan Jenderal (pensiunan) Deependra Singh Hooda, mantan komandan Angkatan Darat India Utara, menulis pada 24 Mei 2020 bahwa keputusan dan arahan agresi terbaru China nampaknya berasal di Beijing.
China tampak marahbahwa India sedang mengembangkan jalan dan kemampuan logistiknya di wilayah tersebut.
India saat ini berkuasa. Ia tidak menghadapi mimpi buruk demografi yang sama dengan yang dihadapi China sekarang karena kebijakan satu anak Beijing sebelumnya.
Militer konvensional India telah maju secara substansial selama setengah abad terakhir dan, sejak 1974, juga menjadi kekuatan nuklir.
Terlepas dari semua inefisiensi internal India, birokrasi yang membengkak, dan proteksionisme, perekonomiannya jauh lebih besar daripada setengah abad yang lalu.

Dunia juga telah berubah.
Ketika China awalnya menyerbu wilayah India, Presiden John F. Kennedy menawarkan beberapa senjata, tetapi terlalu sedikit terlambat, dan netralitas resminya kemungkinan mendorong para pemimpin India untuk lebih condong ke arah Uni Soviet.
Namun hari ini, kepercayaan akan kemitraan AS-India yang kuat adalah salah satu dari sedikit topik yang masih menyatukan Demokrat dan Republik di Capitol Hill dan lintas administrasi.
Ini bukan hal-hal negosiasi diplomatik di ruang belakang yang sunyi, tetapi dianut secara terbuka.
Cina mungkin percaya intimidasinya tidak akan menimbulkan konsekuensi serius seperti yang biasanya dilakukan di Laut China Selatan, tetapi India bukan China.
Xi mungkin percaya dia bisa melumat Hong Kong dan menghancurkan semangat kebebasannya, tetapi dia akan salah jika percaya bahwa India lemah atau bahwa Amerika Serikat — bahkan di bawah pemerintahan Trump — akan mengabaikan agresi yang dilakukannya.
* Perang dingin AS-China meningkat di Laut China Selatan, ini yang diperebutkan
Eskalasi perang dingin antara Amerika Serikat dan China di Laut China Selatan (LCS) meningkat akhir-akhir ini.
Selain keduanya saling memamerkan kekuatan dan saling sindir mengenai pandemi virus corona, sebenarnya kedua kekuatan ekonomi terbesar dunia tersebut tengah memperebutkan cadangan minyak dan gas alam di dasar LCS.
Hal itu sebagaimana diungkapkan Mantan Komandan Sekutu Tertinggi NATO dan pensiunan Angkatan Laut AS, Laksamana James Stavrdis dalam opininya diBloomberg, Jumat (22/5/2020).
Stavrdis mengatakan, ia telah menghabiskan sebagian besar karir militernya berlayar di Pasifik dan berlayar berkali-kali melewati perairan lembab Laut China Selatan.
Baca Juga: Bawa 1.000 ton senjata, AS kirim kapal induk Ronald Reagen ke perairan Indo-Pasifik
Stavrdis mengatakan Laut China Selatan merupakan perairan yang besar dan luas. Ukurannya setara dengan laut Karibia dan Teluk Meksiko bila digabungkan.
Nah ia menuturkan, dasar LCS penuh dengan cadangan minyak dan gas. Kemudian hampir 40% perdagangan internasional melewati jalur ini. Sehingga wilayah LCS sangat strategis.
Menurut Stavrdis, China telah mengklaim sebagian besar Laut China Selatan merupakan laut teritorialnya.
Dan saat hubungan China dan AS memburuk dipicu virus corona dan faktor politik, dimana tahun ini pemilihan presiden AS, peluang konflik dengan China meningkat.
Dalam beberapa pekan terakhir, beberapa kapal perang AS, termasuk kapal perusak yang pernah di bawah komando Stavrdis pada awal 1990-an, Barry, telah berkonfrontasi dengan kapal patroli militer Tiongkok.
Stavrdis menjelaskan, LCS menjadi titik nyala yang dapat memicu perang AS-China didasarkan banyak penyebab selain yang sudah dituliskan sebelumnya.
Dasar-dasar historis klaim China terhadap wilayah ini kembali ke pelayaran laksamana Zheng He abad ke-15. Stavrdis menulis tentang laksamana Zheng dalam buku terbarunya "Sailing True Nort,".
* AS-China kerahkan kapal perang, ini kronologi tingginya tensi di Laut China Selatan
Asia Times memberitakan, meskipun aksi China baru-baru ini mencuri perhatian di Laut China Selatan yang banyak diperebutkan, Amerika Serikat berhasil memukul mundur kapal Tiongkok dengan unjuk kekuatan di wilayah tersebut.
Aksi AS ditujukan untuk menggarisbawahi komitmennya terhadap keamanan kawasan maritim.
Bagaimana kronologi persaingan sengit antara Amerika dengan China di Laut China Selatan?
Dalam beberapa minggu terakhir, AS telah meningkatkan latihan angkatan lautnya di daerah maritim yang disengketakan, termasuk latihan bersama antara Angkatan Udara AS dan Marinir di Laut China Selatan serta latihan perang kapal selam di Laut Filipina yang bersebelahan.
Pada akhir April, Pentagon mengerahkan kapal perang USS Bunker Hill, USS America, dan USS Barry ke Laut China Selatan.
Menurut sejumlah analis, ini merupakan aksi unjuk kekuatan yang luar biasa kepada China. Mereka didampingi oleh fregat HMAS Parramatta dari Royal Australian Navy.
Pada 15 Mei, AS bahkan mengerahkan kapal perusak kelas USS Rafael Peralta Arleigh-Burke sekitar 116 mil laut di lepas pantai China dekat Shanghai.
Ini merupakan kapal perusak AS kedua yang terlihat di Laut Kuning sebelah utara dalam waktu kurang dari sebulan.
Secara signifikan, kapal-kapal tersebut diarahkan untuk operasi anti-pesawat tempur dan serangan.
Tanggapan AS mencerminkan rasa urgensi Pentagon setelah China sebelumnya memanfaatkan krisis Covid-19 untuk mengintensifkan militerisasi berbagai fitur sengketa wilayah.
Padahal, kapal induk USS Ronald Reagan dan USS Theodore Roosevelt harus berlabuh di masing-masing pelabuhan di Jepang dan Guam seiring menyebarnya infeksi Covid-19 di antara kru mereka.
Baru-baru ini, Komando Teater Selatan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) mengerahkan sebuah pesawat Y-8 untuk misi patroli perang kapal selam (ASW) ke Fiery Cross yang terletak di dekat Filipina.
Data yang dihimpun Asia Times juga menunjukkan, China baru-baru ini memposisikan sistem peringatan dini dan kontrol KJ-500 di udara (AEW & C) di pulau yang disengketakan di Spratlys, yang telah berfungsi sebagai pusat komando dan kontrol operasi China di daerah tersebut.
Sebagian Artikel ini sudah tayang di Intisari.Grid.ID dengan judul: Bentrokan China-India Akan Menjadi Kesalahan Besar Xi Jinping, Dunia Telah Berubah: Setengah Abad Terakhir Kemajuan Tentara India Sampai Pada Kekuatan Nuklir https://intisari.grid.id/read/032171710/bentrokan-china-india-akan-menjadi-kesalahan-besar-xi-jinping-dunia-telah-berubah-setengah-abad-terakhir-kemajuan-tentara-india-sampai-pada-kekuatan-nuklir?page=all