Renungan Harian Katolik

Memaknai Surat-surat dari Molokai - Hawaii ( 12 ): Pro Salute Animarum; Demi Keselamatan Jiwa-jiwa

Dalam surat kepada Ibunya dan sanak keluarga ( 2 Februari 1885 ), Pater Damian tidak menceriterakan sepatah kata pun tentang kabar buruk yang menimpa

Editor: Agustinus Sape
Dok Maxi Un Bria
RD Maxi Un Bria dengan latar belakang menara Pizza Italia. 

Renungan Harian Katolik, Kamis 28 Mei 2020
Memaknai Surat-Surat dari Molokai- Hawaii ( 12 ) : Pro Salute Animarum; Demi Keselamatan Jiwa-jiwa

Oleh: RD. Maxi Un Bria

POS-KUPANG.COM - Dalam surat kepada Ibunya dan sanak keluarga ( 2 Februari 1885 ), Pater Damian tidak menceriterakan sepatah kata pun tentang kabar buruk yang menimpa dirinya. Ia berusaha menutup penderitaan yang dialami. Ia merenungkannya dalam hati dan coba mengaitkannya dengan penderitaan yang dialami Kristus.

Pada suratnya hanya sedikit tersirat pergumulan hati yaitu bahwa ia memasukkan kakinya ke dalam air yang mendidih tanpa merasakan sakit, sebuah isyarat bahwa penyakit lepra telah dideritanya. ( E. Brion,1988; 17 ).

Dalam kondisi sakit Pater Damian merayakan Ekaristi Hari Minggu dan berkotbah kepada kaum kusta dengan duduk di kursi di depan altar. Kepada familinya ia menulis, “Kini saya menderita sakit di tengah umatku yang sakit. Saya berusaha memikul salib saya dengan gembira, seperti yang diminta Tuhan kita Yesus Kristus” ( E. Brion ,1988:20 ).

Menjadi satu dengan Tuhan secara spiritual sungguh dihidupi Pater Damian de Veuster. Ia berusaha menyatukan hati, pikiran, kehendak dan tujuan hidupnya di dalam kasih dan kebenaran Firman Allah.

Ia yakin akan kasih Tuhan yang tidak terbatas terhadap dirinya dan terhadap umat yang dilayani. Ia sadar bahwa dalam dan melalui pelayanan bagi orang-orang kusta di Molokai, nama Tuhan dimuliakan dan kasih Allah dihadirkan kepada dunia.

“ Ya Bapa, Aku mau supaya di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan” ( Yoh 17 : 24 ).

Sabda Yesus ini meneguhkan Pater Damian. Sebagaimana Yesus dipermuliakan di atas salib dengan wafat dan kemudian bangkit dengan jaya, demikian juga Pater Damian berkeyakinan bahwa waktunya akan tiba penderitaan panjang karena sakit lepra di bumi akan berakhir. Dukacita karena derita akan berubah menjadi sukacita abadi.

Kepada ibu dan sanak saudaranya Pater Damian berpesan, “Hiduplah terus sebagai orang Kristen yang baik. Marilah berdoa dan bertekun dalam tugas suci sampai pada suatu ketika kita semua berkumpul kembali di surga yang indah, di mana tidak ada lagi pembatasan” ( E. Brion,1988 ;20).

Pater Damian berpesan demikan karena ia sadar akan kondisinya bahwa tidak mungkin ia berkesempatan untuk datang mengunjungi keluarganya di Leuven- Belgia.

Pada bagian akhir suratnya, Pater Damian menulis, “Demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa-jiwa, saya berharap akan tinggal di sini sampai mati. Jangan terlalu berharap melihat saya lagi di dunia ini. Marilah kita tetap bersatu dengan Tuhan kita Yesus Kristus, sekarang dan untuk selama-lamanya”. Amin.

Doa : Ya Tuhan berkati dan lindungi keluarga dan sahabat kenalan yang selalu hadir dalam ziarah pelayananku melalui doa, sapaan dan perhatian, amin.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved