Umat Muslim di Berlin-Jerman, Shalat di Gereja Martha Lutheran, Bukti Toleransi Antarumat Beragama
Gereja Martha Lutheran di Berlin, Jerman membuka pintunya untuk menampung jemaah shalat Jumat dari Masjid The Dar Assalam yang berada dekat gereja.
Umat Muslim di Berlin - Jerman, Shalat di Gereja Martha Lutheran, Bukti Toleransi Antarumat Beragama
POS-KUPANG.COM - Gereja Martha Lutheran di Berlin, Jerman membuka pintunya untuk menampung jemaah shalat Jumat dari Masjid The Dar Assalam yang berada tak jauh dari gereja tersebut.
Upaya ini mereka sebut sebagai "Amazing Sign of Solidarity".
Hal ini dilakukan karena mereka memahami kapasitas masjid akan banyak berkurang akibat adanya imbauan jaga jarak fisik dari pemerintah untuk mencegah penularan Covid-19.
• Opor Ayam Hidangan yang Cocok Disajikan Bersama Ketupat di Meja Makan Saat Lebaran
• Simak 3 Tips Sederhana Menyimpan Ketupat Agar Tidak Cepat Basi Saat Lebaran
• Anda Suka Makan Sayur Kuah? Yuk Praktek Resep Ini, Dipastikan Gurih dan Bisa Dongkrak Nafsu Makan
Penjarakan antar jemaah lantaran imbauan jaga jarak terkait pandemi corona, tentu membuat masjid tak bisa menampung jumlah jemaah sebanyak biasanya.
Untuk itu, sebagian jemaah yang tidak tertampung dipersilakan menggunakan ruangan gereja untuk tetap bisa melaksanakan ibadah.
Penggunaan ruang gereja sebagai tempat Shalat Jumat merupakan salah satu wujud toleransi antarumat beragama yang diwujudkan oleh masyarakat dunia.
Menjaga batas minimal jemaah menjaga jarak aman saat melakukan Shalat Jumat di Karachi, Pakistan.
Pemerintah menerapkan batasan shalat berjemaah dan menyerukan warga untuk tetap di rumah, dalam rangka menahan penyebaran virus corona atau Covid-19.

Tempat-tempat peribadatan di Jerman mulai dibuka sejak awal Mei ini. Akan tetapi, jemaah diminta untuk menjaga batas minimal antar satu dan lainnya minimal 1,5 meter.
Masjid ini biasanya menampung ratusan jemaah setiap Jumat. Namun kali ini hanya bisa memuat setengahnya saja. Pihak gereja pun menawarkan bantuan dengan mempersilakan jemaah yang tidak tertampung untuk menggunakan ruangan ibadah mereka untuk tetap bisa mengikuti Shalat Jumat yang dilakukan secara berjamaah.
"Ini bisa terjadi karena solidaritas. Pihak gereja melihat bagaimana Muslim mengalami kekurangan tempat dan mereka bertanya kepada kami, 'Apakah kalian membutuhkan ruang untuk berdoa?', Itu adalah tanda solidaritas yang sangat hebat di tengah kondisi ini," kata imam masjid, Mohamed Taha Sabry.
"Pandemi ini membuat kami bersatu. Krisis menyatukan umat antar-agama," kata sang imam dalam khutbahnya yang di sampingnya terdapat kaca patri yang menggambarkan perawan Maria.
Salah satu jemaah bernama Samer Hamdoun menyebut melakukan ibadah shalat di lingkungan gereja membuatnya harus menyesuaikan diri, karena tidak terbiasa.
"Rasanya aneh karena ada alat-alat musik, gambar-gambar. Tapi ketika kamu lihat lagi, ketika kamu abaikan detail-detail kecil itu, pada akhirnya ini adalah Rumah Tuhan," kata Hamdoun.