China Terancam Bangkrut Pada Saat Corona Padahal Negara yang Suka Memberi Utang, Ini Penyebanya
Kemajuan China ini bahkan melampaui negara-negara Eropa dan Amerika, tak heran bila negara-negara tersebut sangat waspada dengan ekpanasi ekonomi Chin
Menurut Amerika kebijakan Beijing menghamburkan uang untuk memberi pinjaman ini, disebut sebagai "diplomasi perangkap utang."

Amerika juga memperingatkan, negara-negara kecil untuk berhati-hati dalam meminjam uang dari China.
Namun, dalam konteks pandemi berlangsung dan berdampak langsung pada ekonomi dunia, China menghadapai risiko kehilangan pinjamannnya.
Karena negara debitur, mengatakan mereka tidak bisa membayar utang ke China.
Jika China setuju untuk merekonstruksi atau menghapus utang, ini akan memberikan tekanan besar pada keuangan negara.
Karena, pada saat yang sama semua orang di dunia dalam kondisi sulit akibat mewabahnya Covid-19.
Namun, jika China memutuskan untuk memulihkan utang dan tetap memberikan tagihan pada negara-negara yang terpukul, akan membuat negara pengutang membenci China.
Padahan tujuan China memberikan utang, adalah untuk memberikan pengaruh citra sebagai pemimpin dunia dan dalam masa pendemi ini sangat berpengaruh besar.
"Dalam hal ini Tiongkok dirugikan, jika tekad untuk mengambil tagihan, dan negara tersebut tidak bisa membayar, China akan mengambil aset strategis di negara yang tidak mampu," jelas Andrew Small, anggota senior dana Marshall Jerman.

Hal itu akan mempengaruhi reputasi Tiongkok di mata dunia, mempertanyakan tanggung jawab China sebagai negara penyebab bencana global ini.
Sementara itu, China diketahui telah membelanjakan 2 miliar dollar (Rp29 triliun) untuk mencegah epidemi.
Sedangkan, China telah meminjamkan setidaknya 350 miliar dollar AS (Rp5.148 triliun) ke banyak negara, sekitar setengah jumlah dari negara peminjam ekonominya sangat terpukul.
"Mengurangi utang, mungkin paling efektif yang bisa dilakukan China, masih ada untung alih-alih menghapus utang," kata Tong Vi, pejabat departemen penelitian Kementerian Perdagangan Tiongkok.
Beberapa orang China mulai mempertanyakan, apakah uang yang mereka hasilkan akan terbuang sia-sia di luar negeri.
Tiongkok dikenal mengenakan suku bunga tinggi, dan jatuh tempo yang pendek ketika memberikan pinjaman, namun China mudah memberikan pinjaman asal diberi jaminan aset nasional penting.