Terharu! Kisah Seorang Janda di Belu Tinggal di Rumah Reot

Menjadi janda bukanlah hal mudah yang bisa dilewati oleh semua wanita dalam kondisi ekonomi sulit.

Penulis: Teni Jenahas | Editor: Ferry Ndoen
POS KUPANG.COM/TENI JENAHAS
SERAH BANTUAN---Seorang janda, Yuliana Abuk, warga Dusun Haumeni, Desa Tasain, Kecamatan Raimanuk, terima BLT Dana Desa yang diserahkan langsung Bupati Belu, Willybrodus Lay, Rabu (20/5/2020). 

POS KUPANG.COM/TENI JENAHAS

SERAH BANTUAN---Seorang janda, Yuliana Abuk, warga Dusun Haumeni, Desa Tasain, Kecamatan Raimanuk, terima BLT Dana Desa yang diserahkan langsung Bupati Belu, Willybrodus Lay, Rabu (20/5/2020).

Laporan Reporter POS KUPANG.COM,Teni Jenahas

POS KUPANG.COM| ATAMBUA-----Menjadi janda bukanlah hal mudah yang bisa dilewati oleh semua wanita dalam kondisi ekonomi sulit.
Seorang wanita harus berperan ganda dan berjuang menjadi seorang ibu sekaligus ayah bagi anak-anak mereka.

Tidak semua kehidupan janda menjadi beruntung ketika anak-anak mereka sudah menikah dan memiliki keluarga. Seperti kisah hidup yang dialami seorang janda tua bernama Yuliana Abuk, warga Dusun Haumeni, Desa Tasain, Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu.

Yuliana bersatatus janda setelah sang suami meninggal dunia beberapa tahun lalu. Yuliana memiliki dua orang anak, satu diantaranya sudah meninggal dunia, sedangkan yang satunya lagi sudah menikah dan bekerja di rantaun.

Yuliana tinggal sendirian di rumah reot, rumah tidak layak huni.
Rumahnya ukuran 4x6 meter, dinding pelupu, atap seng dan lantai tanah. Untuk menyambung hidup, Yuliana bekerja menenun kain setiap harinya.

Di tengah pandemi Covid-19, Yuliana terdata sebagai penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa sebesar Rp 600.000 ribu per bulan selama jangka waktu tiga bulan.

Karena kondisi kesehatannya, Yuliana tidak bisa ke kantor Desa untuk menerima bantuan seperti warga lainnya sehingga Bupati Belu, Willybrodus Lay mendatangi rumahnya guna menyerahkan bantuan berupa buku rekening dan kartu ATM.

Ketika turun dari mobil, Bupati Willy Lay melihat Yuliana Abuk sudah menunggu di depan rumahnya. Yuliana mengenakan sarung, baju kaos putih dan sendal jepit serta menggunakan masker.

Yuliana duduk di bangku kayu ukuran panjang sambil melihat Bupati Belu dan rombongan melangkah menuju rumahnya. Yuliana tidak banyak berkata-kata karena memang tidak bisa berbahasa Indonesia.

Bupati Belu, Willybrodus Lay tampak terharu, diam dan nyaris jatuh air mata ketika melihat kondisi rumahnya Yuliana. Sebagai seorang pemimpin, Willy Lay sangat merasakan beban hidup yang di alami Yuliana Abuk. Ia juga tidak ingin warganya terus tinggal dalam kondisi seperti itu. Ia harus segera menggambil sikap demi warganya.

Dalam situasi diam, berlahan, Bupati Willy Lay menggambil posisi duduk dekat dengan Yuliana seraya meminta staf protokol untuk menanyakan kondisi kehidupan Yuliana pakai bahasa Tetun. Setelah mendapat gambaran tentang kehidupan Yuliana, secara spontan, Bupati Willy Lay menyatakan, dirinya siap membedah rumah Yuliana.

"Kita bedah rumah ini. Nanti kita desain rumah sederhana dan di kerjakan dalam waktu yang singkat, tiga hari. Nanti mama tua tinggal tahan di keluarga supaya kita bedah rumahnya", kata Bupati Willy Lay sambil menyuruh stafnya untuk menyampaikan hal itu kepada Yuliana.

Saking terharunya dengan kondisi hidup Yuliana, Bupati Belu langsung panggil Kepala Desa Tasain, Amandus Koamesak dan menegaskan kepada kepala desa agar menjadi kepala desa harus peka dengan kondisi kehidupan masyarakat.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved