Opini Pos Kupang

Menjahit Kembali yang Putus dan Terbelah

Pada setiap Minggu Paskah VI, Gereja Katolik sejagat merayakan Hari Komunikasi Sosial Sedunia

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Menjahit Kembali yang Putus dan Terbelah
ISTIMEWA
Fr. Giovanni A. L Arum

Melalui peristiwa inkarnasi, Allah telah mengangkat kita sebagai anak-anak-Nya melalui perantaraan Yesus Kristus. Dalam pengertian ini, cerita hidup manusia juga diangkat martabat dan nilainya.

Paus mengatakan "Sesudah Allah menjadi cerita, dalam arti tertentu, setiap cerita manusia adalah cerita ilahi."

Judul pesan Paus tahun ini diambil dari Kitab Keluaran yang berisi kisah mendasar yang melihat campur tangan Allah dalam cerita umat-Nya. Allah tidak pernah meninggalkan umat pilihan-Nya. Allah membebaskan umat Israel dari penderitaan dan perbudakan di Mesir karena Ia mendengar seruan umat-Nya.

Ia menunjukkan pelbagai tanda dan mukjizat di hadapan bangsa Israel untuk menunjukkan kasih-Nya yang tak terbatas. Kisah Keluaran ini kemudian menjadi cerita (narasi) keselamatan yang diteruskan turun-temurun dan menjadi tanda kehadiran Allah yang menguatkan dan menghidupkan.

Cerita yang Menguatkan dalam Situasi Pandemi

Pesan Paus untuk Hari Komunikasi Sosial Sedunia yang ke-54 ini telah ditulis sejak tanggal 24 Januari 2020 di Basilika Santo Yohanes Lateran Roma pada Peringatan Santo Fransiskus dari Sales. Pada saat itu, situasi pandemik Covid-19 belum seburuk saat ini. Namun, ketika pesan Paus ini dibaca dalam konteks aktual, tentu pemaknaanya menjadi khusus. Bagaimana mewartakan tentang cerita cinta Allah yang menyelamatkan dan menghidupkan di tengah ancaman pandemi Covid-19 yang justru mengancam cerita hidup seluruh umat manusia saat ini?

Paus sendiri mengatakan bahwa berbeda dengan cerita-cerita yang buruk dan destruktif yang berumur pendek, cerita-cerita yang baik mampu melampaui batas-batas ruang dan waktu.

Cerita-cerita itu tetap aktual berabad-abad lamanya karena memberi asupan dalam kehidupan. Cerita keselamatan Allah yang menghidupkan akan terus bergaung dalam sejarah hidup umat manusia. Ketakutan dan kecemasan dalam situasi pandemik ini dapat menjadi ancaman yang dapat memutuskan "benang-benang harapan" dalam cerita hidup kita, jika kita tidak mampu bertahan dalam iman.

Dalam situasi serba sulit ini, kesadaran iman kita diaktifkan kembali dengan mengingat dan merenungkan kembali "cerita cinta Allah" yang hadir dalam Kitab Suci. Cerita-cerita itu menguatkan kita untuk tekun bertahan dalam iman yang berkanjang, sebab Tuhan tidak pernah akan meninggalkan manusia sebagai yatim piatu. (Bdk. Yoh. 14: 18).

Kita percaya bahwa cerita keselamatan dalam peristiwa Exodus umat Israel akan menjadi cerita Exodus kita dalam melewati situasi pandemik ini. Kita perlu menjahit kembali benang harapan yang putus dan terbelah dengan mengintensifkan komunikasi kasih kita kepada Tuhan lewat doa dan juga komunikasi kasih dengan sesama dengan perhatian dan karya amal. Menjaga jarak fisik bukan berarti kita kehilangan jarak kasih.

Cerita-cerita kasih Allah yang menghidupkan akan menjadi pelita yang menerangi kesadaran iman kita yang mungkin telah dikepung oleh kecemasan dan ketakutan.

Melalui pesan Paus ini, kita juga belajar untuk berani menyampaikan cerita yang benar dan menguatkan iman saudara-saudari kita daripada menyebarkan berita bohong yang justru membawa kecemasan dan kesesatan.

Semoga cerita kelam pandemi Covid-19 dapat menjadi cerita iman yang menguatkan, karena kita percaya pada penyelenggaraan Ilahi Tuhan. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved