Opini Pos Kupang

Lawan Covid-19 dan Infodeminya di NTT

Kami di FPRB melakukan survei daring sederhana selama lima hari (1-5 Mei 2020) untuk memetakan pengalaman warga NTT ditengah pendemi Covid-19 ini.

Penulis: Ferry Jahang | Editor: Ferry Jahang
zoom-inlihat foto Lawan Covid-19 dan Infodeminya di NTT
ISTIMEWA
Noverius H. Nggili

Lawan Covid-19 dan Infodeminya di NTT

Oleh: Noverius H. Nggili
Pendiri LSM Geng Motor IMUT. Relawan FPRB NTT.

Bahaya penyebaran infodemi bisa melebihi kecepatan pendemi. Ketidakseimbangan informasi, berita yang keliru, hoaks dapat memupuk infodemi suburberkembang.

Sejak mewabahnya Covid-19, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan infodemi (infodemic) sebagai "banjir informasi mengenai suatu permasalahan (wabah tertentu), baik akurat maupun tidak, yang justru dapat mengaburkan solusi atau sumber panduan terpercaya atas permasalahan tersebut".

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Nasional bahkan memasang menu Hoax Buster disitus websitenya untuk mengkarantina berita yang menyesatkan masyarakat.

Pendemi global Covid-19 juga ikut meningkatkan pengunaan media sosial. Masyarakat menjadi aktif menyebarkan informasi, baik yang ilmiah ataupun antisains, membuat ketenangan ataupun kepanikan.

Platform media sosial besar seperti Facebook, WhatsApp, Twitter, Instagram dan Youtube paling banyak memberikan informasi bagi masyarakat.

Di zaman revolusi 4.0 saat ini, pemanfaatan perangkat komunikasi dan mudahnya akses informasi dapat merubah pola konsumsi informasi dan perilaku masyarakat, tak luput di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kami di FPRB melakukan survei daring sederhana selama lima hari (1-5 Mei 2020) untuk memetakan pengalaman warga NTT ditengah pendemi Covid-19 ini.

Responden dalam survei ini tidak ditentukan (convenience sampling), sehingga siapa saja boleh mengisi formulir yang disebarkan secara online.

Sampai penutupan survei ada 674 responden yang terlibat (46,3% perempuan dan 53,7% laki-laki). 623 responden diantaranya berdomisili di NTT.

Survei ini menunjukkan bahwa sosial media merupakan sumber informasi dominan di masa pandemi. Responden mendapatkan informasi Covid-19 terbanyak melalui Facebook (21%), WhatsApp (20,9%), Televisi (15,1%), News/Surat Kabar/Koran Online (15%), Youtube (10,8%), Instagram (8,1%) Surat Kabar/Koran Cetak (6%) dan Twitter (3,2%). Bila digabungkan, hanya 21% responden yang mendapat informasi dari media non daring, yakni televisi dan koran cetak.

Dengan beragamnya informasi yang beredar dalam infodemi, masyarakat dapat memilih jenis yang diinginkan dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya.

Responden dalam survei ini menginginkan informasi yang beragam terkait Covid19.

Cakupannya mulai dari data dasar medis (jumlah ODP, PDP, OTG, kasus konfirmasi), kapasitas penanganan pada fasilitas kesehatan, sampai informasi tentang dampak ekonomi dan ketahanan pangan serta transparansi pengelolaan dana bantuan sosial Covid19.

Tetapi ada kecenderungan bahwa informasi medis masih lebih dicari oleh responden daripada informasi tentang sosial ekonomi, seperti ketahanan pangan masyarakat dalam masa pandemi dan transparansi bantuan sosial Covid19.

Selain itu, berita palsu atau hoaks masih banyak diperoleh responden. Mayoritas responden (35,2%) mengaku 20% - 50% informasi yang diperoleh adalah hoaks.

Bahkan 29,1% responden memperkirakan 50%-80% berita yang diterima adalah berita palsu. Tidak mengherankan media social dengan karakteristik tanpa saringannya merupakan sumber hoaks terbesar.

Berdasarkan pengalaman 51,2% responden, hoaks terbanyak ditemukan di platform Facebook dan disusul oleh WhatsApp (36,9%).

Responden berharap bahwa informasi resmi dari pemerintah bisa menjadi sumber informasi yang benar dan anti-hoaks.

Mayoritas responden (50,4%) berharap bisa mendapatkan informasi resmi pemerintah antara 1 sampai 3 kali.

Sampai saat survey ini ditutup, mayoritas responden mengaku bahwa informasi yang didapatkan dari pemerintah sudah memenuhi harapannya (53,2%).

Walau demikian, itu artinya masih 46,8% responden yang mengaku bahwa informasi yang diterima dari pemerintah belum memenuhi harapannya.

Demikian juga bentuk penyajian dan timing informasi menentukan ketertarikan responden. Informasi spasial dengan data realtime merupakan pilihan 50,1% responden.

Yang menarik adalah, hanya 0,7% responden mengaku tertarik dengan flyer yang merupakan bentuk penyajian informasi di media sosial yang sangat populer.

Ada 66% responden menginginkan kampanye melawan Covid-19 di NTT juga dapat dalam bahasa daerah, sehingga pesannya lebih akrab dan lebih dipahami.

Bagian terakhir survei ini menyoroti maraknya pemanfaatan diskusi Covid-19 di NTT melalui Webinar.

76,8% responden menyatakan bahwa mereka tidak pernah mengikuti diskusi webinar dan bagi yang pernah mengikutinya mayoritas
menyatakan bahwa informasi yang didapat belum sesuai harapan mereka.

Ini menjadi masukan bagi para pelaksana diskusi webinar agar dapat mengemas dialog dengan tema yang dapat lebih banyak menarik minat publik serta host dialog dapat mengarahkan diskusi agar narasumber dapat memberikan informasi yang tepat.

Meskipun tidak dapat mewakili seluruh warga NTT, survei daring ini sekiranya menggambarkan harapan warga terhadap informasi yang harusnya mereka terima.

Pemerintah melalui Gugus Tugas percepatan penanganan Covid-19 di NTT sebagai benteng informasi harus meningkatkan produksi dan kualitas serta update suplai informasi kepada masyarakat, terutama melalui media sosial seperti Facebook dan WhastApp.

Himbauan agar informasi yang disebarkan hanya dari sumber resmi pemerintah saja tidak cukup, apabila kuantitas, kualitas dan jangkauannya masih rendah.

Dalam infodemi Covid-19 di NTT, narasi harusnya dibuat untuk mendorong warga berbagi informasi yang menarik, akurat dan bukan hoaks. Bagi masyarakat luas, mari kita lawan pendemi Covid-19 dan infodeminya di NTT.

Semoga wabah ini cepat berlalu.

Catatan: infografis dapat dilihat pada link: https://covid19ntt.com/survei

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved