News

Relawan Forum Malaka Bangkit Bagi Sembako Sasar Guru-guru Honor, Dua Tahun tak Terima Gaji, Sedih!

Relawan FMB besutan Emanuel Bria dan Roy Tei Seran ini membagikan 100 paket sembako berisikan beras dan mie instan.

Penulis: Benny Dasman | Editor: Benny Dasman
POS-KUPANG.COM/TENI JENAHAS
Guru honor di Desa Tialai, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Ermelinda Olo (35) menerima BLT dana desa, Jumat (1/5/2020 

 Laporan Wartawan Pos Kupang, Com, Benny Dasman

POS KUPANG, COM, BETUN - Relawan Forum Malaka Bangkit (FMB), Sabtu (2/5), menyisir para guru honorer di daerah itu membagikan sembako mengingat penghasilan mereka untuk sementara waktu tidak ada sebagai dampak Covid-19.

Relawan FMB besutan Emanuel Bria dan Roy Tei Seran ini membagikan 100 paket sembako berisikan beras dan mie instan.

Sebelumnya para relawan yang terdiri dari anak-anak muda ini sudah mendata identitas para guru honorer yang hidupnya masih belum terbilang sejahtera.

Ada yang sudah belasan tahun lamanya mengabdi menjadi guru dengan upah yang tak pasti. "Keadaan miris kesejahteraan para pendidik di Malaka ini membuat relawan FMB ini melakukan aksi bagi sembako," ujar Emanuel Bria, motor penggerak FMB.

Terpantau masih banyak guru honorer yang hidupnya masih jauh dari sejahtera. Di Kecamatan Weliman, guru SDN Beistaek, Ernalinda Yosefa Ade Bria mengaku sudah mengajar dan masih honor di SDN Beistaek ini sejak tahun 2011 hingga sekarang. Ernalinda mengaku sudah tidak menerima gaji sejak tahun 2018.

"Kepala sekolah sudah tidak adakan rapat bersama guru. Saya dan beberapa teman lain sudah dua tahun tidak terima gaji. Kami pasrah saja, karena pada prinsipnya, semua demi anak-anak didik kita. Kami mohon, setidaknya Pemda Malaka memperhatikan nasib kami," ujar Ernalinda saat menerima sembako dari FMB.

Terpisah, di Desa Rabasa Hain, Kecamatan Malaka Barat, ada Yani Yovita Seran. Guru honorer yang mengajar di SDK Rabasa Hain dari tahun 2006 hingga sekarang ini juga nasibnya tidak jauh beda dengan Ernalinda Yosefa Adi Bria.

Dia juga mengaku menerima upah yang sangat minim dan tidak bisa dijadikan sandaran hidup yang pasti.

Harapannya ada pada pencairan dana BOS yang menurutnya kadang tidak tepat waktu.

"Biasanya per tiga bulan. Tapi kadang bisa lebih, bahkan sampai enam bulan macetnya. Artinya selama itu, kami stengah mati hidupnya," ungkap Yani Yovita Seran, Minggu (3/5).

Kepadanya juga dibantu sembako oleh relawan FMB.
Di Desa Rabasa Biris, Silvester Seran, guru SMA 17 Agustus Woee itu sudah belasan tahun menjadi guru honorer.

"Sudah dari tahun 2005 mengajar menjadi guru honorer. Tapi karena cinta profesi ini, saya tetap semangat mengajar," kata Silvester Seran tenang. *

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved