Benarkah PDIP akan Tinggalkan Jokowi di Tengah Pertarungan? Pengamat Beberkan Tanda-tandanya

Benarkah PDIP akan Tinggalkan Jokowi di Tengah Pertarungan? Pengamat Beberkan tanda-tandanya

Editor: Adiana Ahmad
KOMPAS.com/SABRINA ASRIL
Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri memberikan ucapan selamat kepada Joko Widodo seusai pelantikan presiden dan wakil presiden, Senin (20/10/2014). 

Itulah pilitik, tak ada kawan atau lawan abadi, yang abadi kepentingan.

Mega pun tak pernah merecoki SBY hingga dua periode pemerintahannya. Mega konsisten di jalurnya sebagai oposisi loyal. Sebab Mega memang konstitusionalis sejati.

Di sisi lain, Jokowi adalah anak ideologis kesayangan Mega.

Kalau tidak sayang, bagaimana mungkin Mega mencalonkan Jokowi sebagai Walikota Surakarta, kemudian membawa Jokowi dari Solo ke Jakarta, lalu dari Gubernur DKI Jakarta ke kursi RI-1?

Bukankah Jokowi bukan siapa-siapa di PDIP, sehingga kalau mau Mega bisa saja maju sendiri pada Pilpres 2014?

Karena rasa sayangnya itulah maka nyaris mustahil Mega akan membiarkan Jokowi jatuh di tengah jalan, apalagi menggembosinya.

Di sisi lain, Mega mempertimbangkan keselamatan bangsa dan negara bilamana Jokowi jatuh di tengah jalan.

Mega tak mungkin mau mengambil keuntungan politik di tengah terancamnya keselamatan bangsa.

Bahwa kadang-kadang Megawati mengalami kekecewaan terhadap Jokowi, itu wajar-wajar saja sebagai dinamika politik.

Tapi Mega pun sadar, kue kekuasaan yang tersedia di meja Jokowi memang tak cukup memuaskan semua pihak.

Sisi lain lagi, pemerintahan Jokowi identik dengan PDIP, karena partai berlambang banteng ini pemegang saham mayoritas.

Kemenangan PDIP juga identik dengan kemenangan Jokowi yang "dijual" PDIP dalam kampanyenya.

Jadi, kalau Jokowi jatuh, otomatis citra PDIP juga jatuh, sehingga posisinya terancam pada Pemilu 2024. Sebaliknya, Jokowi tidak pumya beban karena ia tak bisa maju lagi di Pilpres 2024. Jokowi dan PDIP adalah dua sisi dari satu mata uang.

Di saat bangsa ini sedang terkena musibah wabah Covid-19, seyogyanya semua elemen bangsa bersatu padu melawan Corona, menjadikan virus mematikan itu sebagai common enemy (musuh bersama), bukan malah berpikir jatuh-menjatuhkan pemerintah.

Siapa pun presidennya, akan kocar-kacir menghadapi Corona. Lihat itu Presiden Amerika Serikat Donald Trumph.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved